SUPERCUT

SUPERCUT

By:  RALANAISSANCE  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

[Warning: Every Locked Chapter Contains Explicit Sexual Graphic] Leon Alexander adalah seorang rock star, memimpin sebuah band asal Inggris yang telah merajai musik industri Hollywood selama beberapa tahun ke belakang. Sementara Lorna Lehnserr dikenal sebagai pengacara terbaik seantero Los Angeles, putri seorang Senator serta terkenal dengan sebutan Kesayangan Dewan. Kepribadian keduanya sangat mirip; keras kepala, manipulatif, serta dominan. Alex adalah Womanizer, Lorna adalah penjilat berkedok idealis. Lalu peresmian sebuah Bar di kawasan Santa Monica menjadi pertemuan yang tak bisa dilupakan. Takdir keduanya, mau bagaimanapun, sempat bersebrangan. Meskipun tak tahu apakah akan berakhir bahagia atau nestapa.

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
16 Chapters

[1] Santa Monica Bar

    ****     Sesi potong pita telah selesai, sekarang  semua tamu undangan kembali dipersilahkan masuk. Waktunya selebrasi, semua sudut ruangan mulai terisi. Minuman-minuman tersaji percuma di atas meja, obrolan-obrolan santai terdengar memasuki telinga.     "Terima kasih sudah datang," Kata David. Pemilik Bar sekaligus adik kandung Senator Lehnserr ini tak lupa mengundang pejabat yang ia kenal. Tujuannya agar memudahkan urusan birokrasi, mengurus segala izin usaha serta sekalian meminta proteksi.     Perempuan muda dengan iris coklat tersenyum tipis, "Santai saja, Paman. Hari ini aku sedang libur. Maafkan ayah yang tak bisa datang ya?"     Laki-laki paruh baya itu tertawa kecil, "Si tua bangka itu masih saja mengurusi politik. Mau sampai kapan?"     Pengacara kondang bernama Lorna Leh
Read more

[2] Theatre

  Hari Jumat. Gedung Firma Hukum milik keluarga Lehnserr tengah memberlakukan protokol baru. Perubahan ruangan-ruangan pegawai yang menjabat, serta transfer berkas lama ke kantor arsip Kejaksaan Agung akan dilakukan hari itu.   Tanpa mengetuk, salah satu pintu ruangan dibuka pelan, "Hei."   Lorna melirik tajam, "Mau apa?"   Aneh. Lorna mengira jarak pertemuannya dengan Alex akan berkisar dua minggu, atau bahkan lebih. Bisa jadi mereka tak akan bertemu lagi, mengingat sama-sama dirundung kesibukan.   Namun– tak sampai 48 jam berlalu, iris gelap kembali menatap netra terang. Lorna mengucap sumpah serapah dalam hati karena terlalu mabuk semalam, berakibat dirinya harus berurusan dengan orang ini lagi.   "Galak." Alex tersenyum miring, bibir manisnya didekatkan pada telinga si gadis.    "Kemarin malam saja sampai memohon-mohon minta disentuh."
Read more

[3] Conversation

Hari Minggu, pukul 6 pagi. Alex dan Regina sudah sampai di Bandara. Mengejar penerbangan menuju Maldives, tercetak pukul 8 pagi pada tiket mereka. Liburan yang telah lama direncanakan ini akhirnya terlaksana, butuh waktu lama untuk keduanya bisa menemui jadwal kosong yang sama.   "Minggu depan aku ada pemotretan untuk majalah Vogue." Kata Regina saat keduanya telah duduk santai di kursi penumpang, Alex merespon dengan senyum manis.   "Begitu?"   Regina mengangguk, "Aku yakin beberapa pertanyaan dalam wawancara itu akan menyinggung kau."   "Kau tak harus menjawabnya, sayang." Alex mengusap pipi sang kekasih, "Bilang saja melalui manajermu kau tak nyaman."   Perempuan dengan mahkota blonde itu mendengus kesal, tangan kasar si pemuda ditepis. "Tidak mempan."   
Read more

[4] Present

  “Jadinya mau dibelikan apa?” Suara Alex terdengar redam akibat jarak, padahal ponsel si perempuan sudah diletakan di meja dengan speaker menyala. Lorna menautkan alis, “Kenapa bisik-bisik begitu.” Ia sendiri tengah berada di ruangan baru tempat kerjanya– lantai tiga gedung firma hukum milik keluarga Lehnserr. Alex waktu itu membantu Lorna membereskan berkas lama, renovasi kecil itu selesai dan hampir semua staff melalui penyesuain tempat lagi. “Sedang di toilet.” “Menjijikan.” Alex mendesah pelan, “Jadi?” Perempuan itu terdiam, berpikir lama tentang jawaban dari pertanyaan aneh yang dilontarkan si pemuda. Sejujurnya ia tak mau dibelikan apa-apa, baik itu makanan ataupun barang. Apapun deh, Lorna bukan tipe orang yang suka membeli barang secara impulsif.  Lalu sang pengacara cukup tahu bahwa Leon Alexander ialah keras kepala menyamai dirinya, maka Lorna tak mau capek-capek mendebat pem
Read more

[5] Him

'Maverick?' "Ya?" Laki-laki itu melirik jam dinding, pukul tiga pagi. "Kenapa?" 'Ah, aku hanya ingin bertanya. Apa Al ada di rumahmu?' Jeda hening sepersekian detik, Regina melanjutkan penjelasan atas pertanyaannya barusan. 'Semalam kami baru saja sampai dan aku langsung tidur, terlalu lelah. Sekarang aku hanya sendirian. Selama perjalanan ia terus memikirkan ulang tahun Cassie yang terlewat. Jadi–' "Ada kok, Cassie tak mau lepas dari Alex. Makannya i
Read more

[6] Headlines

Allison Kathryn Rhode, 26 tahun. Lahir di Long Island, pindah ke Los Angeles saat mulai berpacaran dengan Julius Christian.  Lorna mencerna satu persatu bagian dokumen milik si klien. Gadis itu punya kebiasaan membuat catatan kecil sebagai summary atas garis besar serta benang merah yang terjadi pada kasus yang akan ia tangani, selanjutnya baru mencari bukti serta melengkapi dengan keterangan saksi. Proses akhir dari persiapan awalnya sebelum sidang adalah menyusun argumen atas nama sang klien. Sejak usia anak-anak hingga remaja, Allison punya prestasi baik, di bidang akademik maupun non-akademik. Punya bakat seni yang tampak pada usia muda, dikenal piawai menuangkan rasa dalam untaian kata; Allison jago berpuisi.  "Ally bertemu Julius di Klub Perpustakaan yang ada di SMU mereka," Seru Ibu yang menemani putrinya untuk pertemuan pertama dengan sang pengacara. 
Read more

[7] Dress

Pukul 7.15 malam. Cassandra O’Connor mengikat Lorna dalam kungkuhan erat, kedua tangan mungilnya tak mau lepas dari figur si perempuan kuat. Sudah hampir satu bulan setelah gempar berita beredar mengenai dua manusia yang belakangan perasaannya dipermainkan semesta, belum ada kontak apapun setelah berita-berita itu menyapa. “Aunty? Apakah masih lama?” Cassie sedikit menjauh guna menatap sepasang netra coklat, Lorna tersenyum kecil sebagai balasan. “Sebentar lagi.” Keduanya tengah menunggu kepulangan pemuda-pemuda yang baru selesai merekam album terbaru mereka. Lebih spesifiknya, Lorna hanya ingin mengembalikan Cassie pada Maverick. Konflik batin berhasil diabaikan sepanjang hari akibat presensi Alex pun akan ikut hadir. Begitu pula dengan James dan Nicholas, bayang-bayang secanggung apa suasananya nanti sudah beberapa kali menyelimuti.&nb
Read more

[8] The Wedding

  "Nona Lehnserr?"   "Hey!"   Lorna buru-buru berjalan beberapa langkah, mendekati si pemilik suara yang memanggilnya pelan. Dengan perasaan sedikit tak karuan—meninggalkan Regina dan Alex yang baru saja berbicara sebentar.    "Allison ... you're blooming."   Gadis itu tertawa, "Kau juga, Nona. I—can’t put it into words."   Setelah beberapa saat, hal yang paling mungkin terjadi akhirnya kesampaian. Allison dan Lorna jadi lumayan akrab, alasannya karena memiliki banyak persamaan juga. Perempuan, pintar, kesulitan menafsirkan perasaan.      Si penggugat sendiri datang dengan seorang laki-laki yang tak Lorna sangka, saat Neil menyapa– gadis itu menatap geli.     "Aah, you're fucking smooth."     "The fuck you're talking about?"    
Read more

[9] Danger

 Janji.Banyak arti minim realisasi. Niatnya mengurangi sakit hati, berakhir menggali kubur sendiri. Dari tujuh miliar manusia yang ada di dunia, puluhan ribu spektrum warna yang tampak oleh mata, ratusan ras dan suku bangsa yang berbicara ribuan bahasa, juga segala makhluk bentukan debu kosmik yang tercecer di alam semesta, kenapa orang-orang selalu  jatuh pada mereka yang jauh? Ada yang disatukan oleh iman yang sama namun dipisahkan amin yang berbeda. Yang lainnya dipertemukan dalam suatu keadaan, terbiasa dengan kehadiran, lalu malah kembali ditinggalkan. Jarak tak terhingga, negara yang berbeda. Halangan yang terlihat maupun yang tak tampak oleh mata; semuanya tak akan pernah meninggalkan bahagia tanpa diikuti derita.  Presensi manusia lain bisa dirasakan Alex saat lembar per
Read more

[10] Chaos

“Is that Aunty Lorna?” Pertanyaan singkat yang dilayangkan Cassie menyita perhatian Maverick. Pemuda itu baru beres menyelesaikan olahraga rutin yang ia lakukan setiap pagi. Badan besarnya masih berkeringat, dengan handuk kecil yang tersampir di leher. Berdiri di depan kulkas yang terbuka, tangan menggenggam botol sementara kepala mengara ke ruang tamu. “Where, Honey?” “In TV! Aunty’s on TV!” Maverick berjalan dengan tangan yang masih mencengkram minuman dingin, duduk di samping sang putri yang kelihatan asyik sendiri. Tatapan penasaran ikut dilayangkan pada figur di balik layar, benar saja. Tampak Lorna yang berjalan cepat didampingi dua orang bodyguard, badannya tegak namun kepala menunduk. Kamera yang bergerak mengikuti langkah kaki si pengacara malah sempoyongan menghasilkan gambar yang tak terlalu jelas dil
Read more
DMCA.com Protection Status