Share

PENYESALAN YANG SAMA

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

196

Bastian masih sesenggukan di kaki Samudra. Bahkan saat Samudra mencoba melepaskan kakinya, pemuda itu malah menambah keras tangisnya.

“Tolong pertemukan aku dengan Mentari, Om. Aku mau bersujud dan minta maaf padanya. Atau kalau dia mau membunuhku sekali pun, aku pasrah asalkan dosaku termaafkan.” Pelukan di kaki Samudra semakin erat.

“Aku memang terkutuk. Laknat. Aku sudah menghancurkan wanita yang aku sangat tahu menjaga dirinya. Sumpah demi apa pun aku tidak pernah menyentuhnya, Om. Sebejat apa pun aku, tidak tega sampai merusak wanita baik-baik sepertinya.”

Samudra memejam. Dadanya mendadak sesak. Semakin banyak Bastian berkata, semakin besar penyesalan yang dirasakannya. Penyesalan yang sama dengan kata maaf Bastian. Tidak berguna sama sekali karena semua sudah terjadi.

Samudra menggerakkan kakinya. Meminta Bastian melepaskannya. Bukan ia tidak marah dengan pemuda itu, tapi semua memang sudah terjadi. Bahkan jika ia membunuh pemuda itu pun, tidak akan merubah apa-apa. Pernika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Triany Andiastuty
smg Ratri trmsk dalang makar bersama Bastian dl, smg Bastiang ungkapkan ke Samudra, sblm terlanjur menikah
goodnovel comment avatar
Nurul Ishaq
penasaran...semoga akhir yg menyenangkan bagi pembaca.
goodnovel comment avatar
Idatul Ibrahim
andai benar ratri punya agenda dlm kehancuran sam & tari, moga2 semua akn terungkap sblm samudera ambil keputusan utk bersama ratri..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ISTIRAHAT SAJA

    197“Aku ikut, Om.” Bastian mengejar Samudra saat berpapasan di lorong depan kamarnya. Kebetulan ia baru kelur kamar, dan Samudra yang sudah rapi dengan stelan kantor, melintas.“Kamu istirahat saja, Bas. Kamu pasti masih lelah.” Tanpa melirik atau menghentikan langkah, Samudra menjawab. Langah-langkah panjangnya dibawa menuju tangga di ujung lorong.“Aku tidak lelah, Om. Aku bahkan sudah istirahat beberapa hari ini seperti permintaan Om Sam. Aku ingin punya kegiatan, bosan di rumah terus. Bolehkah aku ke kantor lagi?” Bastian terus mengekori Samudra. Bukan mengada-ngada jika ia mengatakan bosan di rumah. Sejak dibawa pulang lagi ke rumah itu, Samudra belum mengizinkannya untuk pergi ke mana pun. Tidak ada kegiatan apa-apa selain tiduran di kamar. Padahal ia sangat ingin diajak ke mana pun Samudra pergi. Termasuk ke kantor dan yang terpenting menemui Mentari.“Aku tidak pergi ke Hanggara Enterprise.” Samudra menjawab masih dengan kaki yang bergerak.“Tidak apa, Om. Aku mau ikut Om ke

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   JANTUNG AMAN?

    198“Apa yang kamu lakukan, Bas?” Samudra memekik begitu mereka duduk berhadapan. Kekesalan yang sudah ditahan sejak tadi, tidak mungkin diluapkan di sana. Karena mereka berada di kantor polisi saat ini.“Aku tidak melakukan apa-apa, Om.” Bastian menjawab bingung.“Apa maksudmu tidak melakukan apa-apa? Kamu di sini lagi sekarang.” Samudra mendesis. Apa yang ia takutkan sebelum membawa Bastian pulang akhirnya terbukti. Pemuda itu membuat ulah lagi dan harus membuat repot dirinya.“Aku hanya datang ke rumah Mentari, Om. Hanya itu. Bahkan aku hanya sampai di depan pagarnya saja karena mereka tidak mau membukanya, lalu saat aku berusaha memanggil Mentari, datang polisi. Mereka langsung menangkapku.”Samudra memejam mendengar penjelasan Bastian yang terdengar jujur. Dari sorot matanya pun tidak terlihat jika ia sedang berkilah.“Maaf, Om. Tapi aku benar-benar tidak melakukan apa pun. Aku ke sana untuk menemui Mentari. Aku datang dengan cara baik-baik, tapi belum sempat bertemu dan mengatak

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KALUT VS EGO

    199Jangan tanya bagaimana kondisi hati Samudra. Jika ada yang paling kalut saat ini, dialah orangnya. Melihat Mentari yang menangis terus karena Barra yang tak kunjung membuka mata, padahal wanita itu pun terluka di beberapa bagian tubuhnya. Lalu Bulan yang lemah dan tidak mau lepas dari ibunya. Belum lagi Bima, pengasuh anak-anak dan juga laki-laki berbadan tegap yang ternyata seorang pengawal yang disewa Bima, semua terluka.Semua orang yang berada dalam mobil nahas itu terluka. Karena ternyata mobil mereka bergesekkan dengan truk sebelum kendaraan roda empat itu menambrak pembatas jalan dan setengah body mobil mengantung di bibir jurang.Ya, semua terluka karena guncangan dan benturan hebat mobil sebelum benar-benar berhenti. Tapi yang terparah adalah Barra. Bayi laki-laki sepuluh bulan itu kehabisan banyak darah dengan luka serius di beberapa bagian tubuhnya.Bahkan setelah beberapa saat mendapat penanganan dokter, bayi itu belum juga sadarkan diri. Kondisinya yang lemah dan meng

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   INI MUSIBAH

    200“Dek, aku minta maaf.”Entah untuk ke berapa kalinya kalimat itu terucap dari mulut Bima. Mentari sampai bosan mendengarnya.“Padahal, aku sudah mengecek semuanya sebelum menjemput kamu.”Mentari memejamkan matanya seraya memeluk tubuh Bulan yang kini tertidur setelah menyusu lama.“Namanya musibah, siapa yang tahu, Kak. Kita semua tidak ada yang mau celaka, bukan?” Mentari mencoba bijak.“Aku malu sama mantan suami kamu, Dek. Ia pasti menyalahkan aku atas musibah ini.”“Sudahlah, Kak. Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Semua ini musibah. Kakak juga sama terluka. Sopir yang membawa mobil juga sama terluka. Kita semua terluka. Jadi, ini murni kecelakaan. Ini musibah.” Mentari menenangkan Bima, karena sejak di rumah sakit pertama, laki-laki itu terus merasa bersalah atas musibah ini. Mungkin karena sikap Samudra yang tidak bersahabat.Mentari juga sebenarnya berada di posisi serba salah. Tidak mungkin menyalahkan Bima, karena Bima pun pada kenyataannya terluka. Ingin marah pada

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TANGGUNG JAWAB AYAH

    201Samudra menatap nanar wanita yang menatapnya tajam. Sungguh, tak menyangka jika kebencian Mentari sampai sebesar itu padanya. Bahkan tuduhan itu lebih buruk dari apa pun. Sang pria mengerjap setelah beberapa lama menikmati rasa perihnya mendapat tuduhan yang tidak manusiawi.“Kamu menuduh Mas mencelakai kalian?” tanyanya sedih.“Pak Samudra duluan yang menuduh Kak Bima. Tuduhan yang tidak masuk akal. Bagaimana ia mau mencelakai kami, sedangkan di mobil itu juga ada dirinya sendiri yang ikut celaka. Lagipula, apa untungnya buat dia mencelakai kami? Dia malah dirugikan dengan mobilnya yang rusak parah.”Samudra mengembus napas, lalu mendudukkan dirinya di kursi bekas Bima tadi. Tatapan nanar masih berpendar di matanya.“Lalu, apa untungnya juga kalau Mas mencelakai kalian?” tanyanya lembut.“Ya, siapa tahu biar bisa dekat-dekat sama anak-anakku terus.” Mentari menjawab ketus, dengan tatapan tak pernah tertuju pria di hadapannya.Lagi sang pria mengembus napas kasar. Sikap ketus dan

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   NALURI AYAH

    202Samudra mengangkat sebelah tangannya. Menahan agar Mentari tidak turun dan tetap tenang. Ia sendiri kembali mengangkat tubuh Bulan dan membawanya dalam pelukan. Menimang dan menenangkan sang anak semampu yang ia bisa.Dengan berjalan pelan ke sana ke mari, Samudra menenangkan bayi itu dengan cara ditepuk lembut bokongnya. Belaian juga sesekali ia berikan di sepanjang tubuh bagian belakang sang anak.Samudra belum berpengalaman mengurus anak. Belum pernah menggendong bayi mana pun. Barra dab Bulan adalah bayi pertama yang pernah ia gendong seumur hidupnya. Ia juga tidak tahu bagaimana cara menenangkan bayi yang rewel, tetapi nalurinya bekerja keras di sini. Naluri ayah yang mengkhawatirkan anak-anaknya.Samudra tidak tahu apa pun mengurus bayi, tapi yang ia tahu, dirinya ingin Barra selamat dan Bulan tenang. Karenanya segala cara ia lakukan untuk anak kembarnya itu.Ajaib memang, Bulan yang terbangun lagi karena dibaringkan di ranjangnya, kembali tenang dan tertidur setelah Samudra

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   BERBAGI TUGAS

    203“Aku ikut!” Dengan melepaskan paksa payudara yang tengah dihisap Bulan, Mentari beringsut ke tepi ranjang. Lalu menurunkan kakinya hingga menjuntai di lantai.Samudra yang berniat keluar ruangan, membalikkan tubuhnya dengan cepat. Lalu kembali menghampiri Mentari dengan kecemasan yang sudah menguasai dirinya.“Kamu di sini saja, kasihan Bulan.” Sang pria menunjuk bayi perempuan yang menangis dan menyibak kerudung yang menutupi dada sang ibu. Mencari sumber kehidupannya lagi.“Aku juga ingin melihat Barra. Aku takut terjadi sesuatu dengannya.” Mentari tetap dengan pendiriannya, padahal di pangkuannya, Bulan menangis seolah memprotes ulah sang ibu yang mengakhiri aktivitas menyusunya dengan paksa.“Biar Mas yang urus Barra, kamu urus Bulan saja.” Samudra bernego karena kasihan melihat Bulan yang terus menangis. Namu, Mentari tetap memaksa.“Aku mau melihat Barra. Aku tidak akan memaafkan diriku jika sampai terjadi sesuatu dengannya dan aku sama sekali belum melakukan apa pun untukny

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KOMPOR

    204“Bukan waktunya bicara hal begitu, Mbak.” Mentari melepaskan diri dari pelukan pengasuh anaknya. Mulai tidak nyaman dengan ucapan Rumi.“Jangan membuat pusing kepalaku. Aku mikirin Barra saja sudah setakut ini.”“Ya, maaf, Bu. Mbak cuma menyampaikan pandangan aja setelah lihat sendiri bagaimana Pak Samudra paniknya mengurus Mas Barra. Semua nggak ada rekayasa. Sebenarnya, Mbak yakin kalau Pak Samudra itu orang baik. Baik banget malah. Mungkin malam itu, hanya emosinya sedang tidak stabil aja. Mungkin faktor kelelahan, atau banyak pikiran, atau apa pun itu yang membuatnya melakukan kesalahan besar. Mbak yakin kalau penyesalannya itu sungguh-sungguh. Kan, semua orang pasti pernah berbuat salah. Apa pintu maaf itu nggak ada sama sekali, Bu?”Mentari memejam. Sungguh, ia tidak mau membahas hal ini di saat seperti ini. Fokusnya hanya kondisi Barra. Baginya, pengasuh anaknya itu sok tahu dengan berkata seperti itu. Ya, memang ia sudah terbuka semua perihal kejadian malam itu dengan Rumi

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status