Share

BERBAGI TUGAS

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

203

“Aku ikut!” Dengan melepaskan paksa payudara yang tengah dihisap Bulan, Mentari beringsut ke tepi ranjang. Lalu menurunkan kakinya hingga menjuntai di lantai.

Samudra yang berniat keluar ruangan, membalikkan tubuhnya dengan cepat. Lalu kembali menghampiri Mentari dengan kecemasan yang sudah menguasai dirinya.

“Kamu di sini saja, kasihan Bulan.” Sang pria menunjuk bayi perempuan yang menangis dan menyibak kerudung yang menutupi dada sang ibu. Mencari sumber kehidupannya lagi.

“Aku juga ingin melihat Barra. Aku takut terjadi sesuatu dengannya.” Mentari tetap dengan pendiriannya, padahal di pangkuannya, Bulan menangis seolah memprotes ulah sang ibu yang mengakhiri aktivitas menyusunya dengan paksa.

“Biar Mas yang urus Barra, kamu urus Bulan saja.” Samudra bernego karena kasihan melihat Bulan yang terus menangis. Namu, Mentari tetap memaksa.

“Aku mau melihat Barra. Aku tidak akan memaafkan diriku jika sampai terjadi sesuatu dengannya dan aku sama sekali belum melakukan apa pun untukny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (26)
goodnovel comment avatar
ChikooM
iya setuju, kasian......
goodnovel comment avatar
Melodi Cinta
mbak rumi nikahkan sj sm hamish mereka cocok sma" kepo sama" banyak bicara 11 12 bikin aku senyum"
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
jadi bingung kelanjutan critanya pengennya si rujuk sama samudra biar merasakan bahagia kn emg mereka di fitnah jadi sama" gk tau smoga sja mentari hatinya luluh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KOMPOR

    204“Bukan waktunya bicara hal begitu, Mbak.” Mentari melepaskan diri dari pelukan pengasuh anaknya. Mulai tidak nyaman dengan ucapan Rumi.“Jangan membuat pusing kepalaku. Aku mikirin Barra saja sudah setakut ini.”“Ya, maaf, Bu. Mbak cuma menyampaikan pandangan aja setelah lihat sendiri bagaimana Pak Samudra paniknya mengurus Mas Barra. Semua nggak ada rekayasa. Sebenarnya, Mbak yakin kalau Pak Samudra itu orang baik. Baik banget malah. Mungkin malam itu, hanya emosinya sedang tidak stabil aja. Mungkin faktor kelelahan, atau banyak pikiran, atau apa pun itu yang membuatnya melakukan kesalahan besar. Mbak yakin kalau penyesalannya itu sungguh-sungguh. Kan, semua orang pasti pernah berbuat salah. Apa pintu maaf itu nggak ada sama sekali, Bu?”Mentari memejam. Sungguh, ia tidak mau membahas hal ini di saat seperti ini. Fokusnya hanya kondisi Barra. Baginya, pengasuh anaknya itu sok tahu dengan berkata seperti itu. Ya, memang ia sudah terbuka semua perihal kejadian malam itu dengan Rumi

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KECEMASAN SEORANG IBU

    205Lima hari kemudian ….Mentari menoleh ke arah pintu saat seseorang membukanya. Namun, gegas wanita itu kembali berpaling saat tahu siapa yang datang.Sementara seseorang yang baru saja datang, langsung berjalan menuju meja tak jauh dari ranjang pasien. Meletakkan barang-barang yang tadi memenuhi tangannya di kiri dan kanan ke atas meja. Raut tidak suka tergambar jelas di wajahnya demi pemandangan yang tersaji begitu ia masuk ke dalam ruangan itu.Di sana, di dekat ranjang pasien anak, duduk laki-laki usia awal tiga puluhan yang sedang memangku bayi perempuan. Senda gurau yang dihiasi tawa renyah bayi perempuan itu terdengar memenuhi ruangan. Menandakan jika bayi perempuan itu senang digoda.“Tari, apa Bulan sudah minum obat?” Pertanyaan dari seseorang yang baru datang, membuat ruangan hening beberapa saat. Laki-laki tiga puluhan yang sedang menggoda bayi perempuan, sejenak menghentikan aksinya. Terlebih lirikan tidak suka dari pria yang baru datang sedikit mengganggunya.Mentari y

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MANTAN DAN MASA DEPAN

    206“Bahkan di saat seperti ini saudara Bima masih bicara kontrak iklan?” Samudra masih menatap tajam Bima. Suaranya berusaha ditekan agar Bulan dan Barra tidak kaget. Walaupun seemosi apa pun, tetap kenyamanan anak-anaknya yang utama.“Tidakkah saudara Bima melihat jika anak-anakku masih sangat tertekan dan ketakutan?” lanjutnya pelan tapi sangat dalam. Tidak menyangka jika laki-laki yang selalu dibanggakan Mentari sebagai calon ayah sambung yang baik itu, malah membahas hal yang tidak semestinya.“Demi Tuhan aku tidak suka anak-anakku dieksploitasi. Apalagi dalam keadaan seperti ini. Mereka masih kecil, bukan masanya harus kerja mencari uang. Tugas mereka saat ini hanya menikmati waktu tumbuh dan berkembang dengan bahagia. Kalau mau, bahkan perusahaan yang mengontrak itu bisa dibeli dengan uang tabungan anak kembar itu. Dan satu lagi saudara Bima, saya bisa melaporkan anda karena sudah mengeksploitasi anak-anak yang bahkan masih bayi.”Bima tersentak mendengar ucapan Samudra, dan Men

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SELALU DILEMMA

    207“Dek, ibuku ingin bertemu kamu dan anak-anak. Apa boleh beliau menjenguk kalian di sini?”Mentari tertegun saat kedatangan Bima di hari ketujuh mereka di rumah sakit, menyampaikan sesuatu yang tak terduga. Ia tahu konsekuensi dari hubungan serius memang melibatkan keluarga. Karena penikahan bukan sekadar dua orang, melainkan menyatukan juga dua keluarga. Dan Bima, karena memang ingin serius tentunya juga ingin mengenalkan dirinya pada keluarganya.Namun, Mentari tidak menyangka akan secepat ini. Selain karena anak-anaknya masih belum stabil kondisi kesehatannya, statusnya yang belum resmi bercerai juga menjadi ganjalan.Apa nanti tanggapan keluarga Bima jika tahu dirinya belum resmi menyandang status janda? Apa mereka tidak akan berpikiran negatif? Belum lagi jika mereka tahu setiap harinya kini ia dan mantan suaminya selalu bersama di ruangan yang sama. Apakah itu tidak akan menimbulkan pemikiran semakin buruk akan dirinya?Manusia memang hanya bisa berencana. Kedatangannya ke si

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TIDAK RELA

    208Wajah Mentari merengut hingga sepasang alisnya saling bertaut. Jangan lumapan kulitnya yang bak terbakar saking merahnya. Juga tubuh yang bergetar hebat menahan amarah. Jika saja di sana tidak ada dua anaknya, niscaya ia sudah berteriak. Meraung marah terhadap paman dan keponakan itu.Marah terhadap Samudra yang lancang membawa Bastian ke sana tanpa meminta izinnya lebih dulu. Dan tentu marah terhadap Bastian yang masih punya muka menampakkan diri di hadapannya setelah apa yang diperbuat padanya. Padahal, kemarin ia sudah melaporkan Bastian karena kedatangannya ke rumahnya. Tapi sekarang laki-laki itu ada di sini. Sudah pasti Samudra yang membebaskannya. Mereka punya uang, tentulah semudah itu mempermainkan hukum.Dengan menahan dada yang seakan ingin meledak, Mentari berjalan mendekati Samudra, kemudian mengambil alih Bulan walaupun anak itu menolak. Matanya menatap tajam Samudra yang keberatan Mentari memaksa Bulan.“Suruh orang itu pergi dari sini.” Mentari mendesis di depan wa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MALING TERIAK MALING

    209Bastian berlari menjauhi mobil, saat melihat seseorang berjalan melewati pelataran parkir rumah sakit. Sebenarnya Samudra memintanya untuk pulang karena percuma ia tetap di sana, toh Mentari tidak mau menemuinya. Namun, Bastian tidak serta-merta menuruti perintah Samudra. Laki-laki dua puluh tujuh tahun itu memutuskan menunggu seseorang di sana setelah Samudra kembali masuk.Ia sangat yakin jika orang yang ditunggunya akan keluar. Dan benar saja, orang yang ia tunggu akhirnya muncul tak lama sejak Samudra masuk.“Tunggu, Bung!” serunya saat orang yang ia tunggu hendak membuka pintu mobil. Beberapa lipatan langsung tercipta di kening orang yang baru datang itu saat melihat Bastian menghampirinya.“Aku mau bicara,” lanjut Bastian lagi begitu berdiri di hadapan laki-laki itu.“Saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan di antara kita. Kita tidak ada urusan, bukan?” Laki-laki itu merespon cepat.“Siapa bilang tidak ada urusan? Kamu sudah merecoki pernikahan pamanku dan istrinya.”Laki

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TIDAK PENTING

    210“Masih ingat aku?” tanya laki-laki kurus yang terlihat lebih tua dari usianya. Tatapannya sengaja dibuat tajam. Sementara wanita yang kini berdiri di balik mejanya, hanya menanggapi dengan datar. Seperti kebiasaannya.“Tentu saja,” jawab sang wanita tenang, lalu mempersilakan laki-laki itu untuk duduk di kursi di hadapannya.“Kita pernah tinggal di rumah yang sama semala puluhan tahun, bagaimana saya tidak ingat anda, Tuan Muda Bastian Hanggara yang ….” Wanita itu seolah sengaja menggantung kalimat.“Yang apa?” Laki-laki yang tidak lain Bastian, mengerutkan kening. Ratri sekarang terlihat berbeda di matanya. Meski masih dengan style yang sama seperti dulu yang selalu menggunakan pakaian berwarna gelap, tetapi sikapnya jauh berbeda dengan Ratri saat masih menjadi asisten Widya. Jika dulu selalu menunduk dan tidak banyak bicara karena selalu berada di belakang Widya, kini wanita itu terlihat sangat percaya diri. Mungkin pekerjaan yang berbeda yang membuatnya tampak lain.Bastian seb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PAPA

    211Samudra berjalan lunglai melewati koridor rumah sakit yang entah berapa kali dalam sehari dilaluinya. Bila biasanya ia akan sangat bersemangat datang ke sana karena bisa dekat dengan anak-anaknya, berbeda untuk kali ini.Tangan pria tersebut menenteng sebuah tas di mana di dalamnya terdapat berkas untuk kelengkapan perceraian. Tak ada pilihan untuknya selain mengabulkan permintaan Mentari. Meski perih, tapi itu harus dilakukan asal Mentari bahagia. Yang penting baginya akses untuk menemui anak-anak tetap terbuka lebar.Samudra mengetuk pintu dan kemudian membukanya tanpa menunggu tanggapan dari dalam. Seperti biasa pemandangan yang membuat hatinya teriris, tersaji di depan mata. Bima duduk di sebuah kursi di dekat ranjang Barra. Sementara Mentari duduk di tepi ranjang sisi berbeda. Bulan tidur di ranjangnya.Awalnya Samudra tak ingin berkata apa pun dan memilih menunggu Bima pulang untuk bicara dengan Mentari. Namun, melihat ada pemandangan yang berbeda kali ini, tak ayal membuat

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status