Beranda / Pernikahan / Rindu yang Terluka / 5. Kekasih Gelapmu 2

Share

5. Kekasih Gelapmu 2

Karirnya hancur. Impian menjadi dokter adalah cita-citanya semenjak kecil. Namun kini terancam tinggal kenangan.

"Pergi jauh dari kota ini. Mulai lagi karirmu. Penjara tiga bulan nggak akan membuat karirmu tenggelam." Mak Ewok tadi sore bicara begitu padanya. Namun apa masih ada orang yang percaya padanya? Profesi dokter sangat berkaitan dengan keselamatan pasien. Lantas bagaimana jika dirinya sendiri telah menganiaya orang. Apa mereka bisa menyakininya lagi?

Rinjani mengangkat wajah. Melihat teman-teman satu sel yang terlelap di atas tikar. Mereka sudah terbiasa setelah berbulan-bulan menghuni ruangan dengan ukuran 4X4 meter itu. Bahkan dengkuran Mak Ewok yang terdengar di segala penjuru, tidak menjadikan itu sebuah gangguan. Mereka sudah terbiasa.

Mungkin sekarang dirinya tengah menjadi perbincangan para tenaga kesehatan di rumah sakit, para kenalan, teman, kerabat, dan orang lain yang tahu tentang kasusnya. Emosi telah membuatnya berakhir di sini. Entah apa pendapat mereka tentang perbuatan yang ia lakukan? Akankah mendapatkan pembenaran karena telah menyerang perempuan yang menjadi orang ketiga dalam pernikahannya? Bisa jadi dibodohkan karena tindakan yang menjadikan dirinya kehilangan pekerjaan.

Apa dirinya kurang sabar? Hampir lima bulan semenjak membaca chat sang suami dengan perempuan itu, Rinjani menekan emosi, menjaga sikap dihadapan suami. Sabar mencari tahu dan terus menyelidiki hingga akhirnya dia tahu kebenaran tentang perselingkuhan suaminya. Perempuan itu, sebenarnya hanya staf biasa di sebuah perusahaan yang menjadi rekan bisnis Jaya Gemilang. Perusahaan keluarga besar Daffa.

Namun Abila ini anak dari keluarga kaya yang orang tuanya bercerai. Dia anak semata wayang . Ibunya menetap di Jakarta dan tinggal dengan berondongnya, sedangkan sang ayah pergi ke luar negeri. Sementara kakek dan neneknya pemilik kontrakan yang menyebar di penjuru kota besar ini.

Dia li4r karena kurang perhatian. Soal uang jangan ditanya. Tak kan habis tujuh turunan bahkan tujuh tikungan. Abila bekerja hanya untuk mengisi waktunya saja. Untuk bersenang-senang dalam dunia yang mempertemukannya dengan banyak pebisnis muda. Para eksekutif yang kagum dengan kecantikannya.

Keluarga besarnya memiliki kekuasaan di mana-mana. Makanya tidak susah untuk menjebloskan Rinjani ke dalam penjara. Sampai pembelaan kenapa dia melakukan hal itu karena Abila telah merusak rumah tangganya saja, sama sekali tidak mendapatkan pertimbangan dari pihak hakim.

Dalam beberapa hari, Rinjani bisa tahu siapa tentang gadis itu. Tentu saja ada bantuan dari Desy, teman baiknya.

Menunggu hari esok terasa begitu lama. Semoga proses pembebasan bersyaratnya bisa dikabulkan pihak yang berwenang. Rinjani sangat rindu pada Noval.

***L***

"Rin, om terlambat mengajukan pembebasan bersyarat untukmu. Ternyata pengacara Daffa sudah lebih dulu mengurusnya. Kemungkinan lusa kamu sudah bisa keluar dari penjara." Pak Haslam memberitahu sang keponakan saat besuk pagi itu.

"Lebih baik saya tetap di sini daripada dia yang membebaskan, Om." Rinjani sangat kecewa. Walaupun yang menolongnya adalah suami sendiri. Lelaki yang sudah mengkhianati cintanya, kini sok jadi pahlawan dan bertanggungjawab padanya.

"Nduk, yang penting kamu bebas dulu. Mungkin kamu hanya perlu dua kali saja wajib lapor karena masa hukumanmu tinggal tujuh minggu. Kamu ingin bertemu Noval, kan?"

Rinjani mengangguk pelan. "Tapi saya nggak ingin kembali ke rumah itu, Om. Walaupun Mas Daffa yang menjamin, saya tidak harus ikut bersamanya. Om, bisa datang kan di hari kebebasanku."

"Om, akan menjemputmu."

Mendengar jawaban Pak Haslam, Rinjani tampak lega.

"Tante Mila sudah sembuh, Om?"

"Alhamdulillah, sudah. Tantemu hanya kecapekan saja."

Hening sejenak. Rinjani memainkan jemari tangannya yang bertaut di atas meja. Kemudian kembali memandang Pak Haslam. "Om, saya ingin mengajukan gugatan perceraian."

Lelaki berkacamata yang sudah menduga tentang hal itu, tidak terkejut dengan ucapan Rinjani. Beberapa hari ini ia sudah membahasnya dengan sang istri.

"Yang penting kamu bebas dulu sampai selesai masa wajib lapormu. Setelah itu, kita bisa membicarakannya."

"Iya. Saya ingin memperjuangkan hak asuh Noval dan membawanya pergi dari kota ini. Buka praktek di desa kecil. Mungkin di sana tenaga saya diperlukan dan masih bisa dipercaya."

"Kamu mau tinggal di mana? Di kota ini kamu masih bisa berkarier. Percayalah pasti masih ada peluang."

Rinjani tampak ragu, rasanya tidak yakin akan mendapatkan peluang itu. Petugas penjara memberitahu kalau jam besuk sudah habis.

"Om pulang dulu. Om akan datang lagi saat kamu dibebaskan bersyarat."

"Terima kasih banyak, Om." Rinjani mencium tangan Pak Haslam cukup lama.

Lelaki itu mengusap rambutnya. "Om akan selalu ada buatmu. Jangan merasa sendirian. Tante Mila pun selalu berdiri di belakangmu. Karirmu belum berakhir, pasti ada peluang lagi nanti. Tetap semangat, Dokter Rin." Pak Rosyam tersenyum menyemangati anak perempuan dari kakak lelakinya.

Rinjani terharu sekaligus bahagia. Masih ada yang peduli padanya. Padahal setelah peristiwa itu, ia sangat khawatir kalau om sama tantenya bakalan mengamuk karena mereka yang menjaganya sejak kecil. Untuk biaya sekolah dan kuliah, Rinjani menjual pekarangan peninggalan kedua orang tuanya. Tapi tetap saja omnya memiliki andil dalam membiayainya. Sekolah kedokteran tidaklah murah.

Awalnya memang kecewa, tapi setelah Rinjani menjelaskan apa alasan yang membuatnya nekat, mereka bisa mengerti.

***L***

Senyum Daffa merekah saat Rinjani keluar dari pintu besar itu dengan pakaian rapi. Blouse kembang-kembang warna putih dan celana bahan warna milo. Rambut wanita itu dibiarkan tergerai. Tampak indah ditiup semilir angin.

Daffa berjalan menghampiri. Rinjani berhenti dan mengedarkan pandangan ke tepian jalan. Kenapa omnya belum datang. Karena terlambat atau tidak jadi menjemputnya?

"Dokter Rin," ucap Daffa setelah berdiri tegak di hadapan istrinya. Wajah tampan itu menampilkan senyum manis. Ada kobar bahagia dan rindu menyala-nyala di binar matanya.

"Jangan panggil seperti itu. Mungkin aku bukan dokter lagi. Btw, terima kasih sudah membebaskanku, Mas," ucap Rinjani dingin.

"Ucapanmu terlalu formal, Dok. Mari kita pulang!" Daffa mengulurkan tangannya.

"Noval menunggumu di rumah. Dia tidak sabar ingin bertemu mamanya."

Rinjani masih diam. Membiarkan tangan suaminya mengambang di udara. Meski jiwanya menangis mendengar nama putranya disebut. Ia rindu.

Sekali lagi pandangan Rinjani menyapu tepian jalan. Di mana Om Haslam? Hatinya lega saat melihat sebuah mobil muncul dan berhenti agak jauh dari mobilnya Daffa.

"Maaf, aku nggak akan pulang ke rumahmu, Mas. Terima kasih banyak untuk kebebasanku hari ini. Aku akan membayarnya suatu hari nanti." Rinjani melangkah ke arah Pak Haslam yang baru turun dari mobil.

"Rin," panggil Daffa. Lelaki itu tidak menyangka kalau Pak Haslam datang disaat yang tepat.

Next ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
jangan mimpi Rinjani bakal kembali padamu Daffa.. yg ada setelah ini kamu bakal kehilangan segalanya.. termasuk Noval..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status