Share

7. Playboy 2

"Nggak usah." Rinjani melepaskan tangannya dan berbalik hendak keluar. Namun dengan cepat, Daffa berhasil meraih lengannya. "Sayang, kamu pilih bajunya."

Ini untuk pertama kali, Rinjani merasa muak dengan panggilan 'sayang'.

"Nggak perlu, Mas. Bajuku ini pantas kupakai. Segera pulang saja, aku ingin segera bertemu Noval."

"Please." Daffa menahan istrinya.

"Tidak." Rinjani mendongak dan menatap tajam netra suaminya. Daffa mengalah. Namun setelah keluar toko, Daffa menariknya untuk masuk ke sebuah toko perhiasan yang terkenal paling mahal di kota mereka. Mulai dari emas 24 karat sampai berlian-berlian mewah ada di sana dan bisa di memesan jewelry yang diinginkan.

"Nggak usah merayuku dengan benda-benda seperti ini, Mas. Simpan saja uangmu. Memelihara gundik juga butuh uang."

Daffa terhenyak sejenak. Ucapan itu cukup menyengat dalam dada. "Coba kamu lihat-lihat saja dulu, siapa tahu ada yang kamu sukai."

Rinjani melepaskan tangannya dan melangkah cepat ke arah mobil. Andai dia punya uang, mungkin sudah menyetop taksi untuk pulang. Daffa akhirnya menyusul ke mobil.

Sepanjang perjalanan Rinjani diam menatap teriknya sang mentari di luar sana. Para pengendara motor tampak berpeluh-peluh dan tidak sabar untuk melaju dan mendahului.

Rasanya geli jika mengingat ucapannya tadi. Uang Daffa tidak mungkin habis untuk memelihara Abila. Sebab gadis itu sudah kaya, dia tidak butuh uangnya Daffa, tapi butuh raganya Daffa. Miris dan lebih berbahaya daripada perebut suami orang yang hanya menginginkan uang pria selingkuhannya. Karena mereka lebih mengutamakan mengeruk harta, tapi Abila ....

Dari spion tengah, Daffa berulang kali menatap istrinya yang diam.

Ketika mobil memasuki pintu pagar, Rinjani melihat putranya bersorak riang di teras depan. Bocah umur empat tahun itu berlari ke arah carport di mana mobil papanya langsung masuk parkir di sana.

Rinjani turun dan langsung memeluk erat Noval. Tangisnya tumpah.

"Mama, ke mana saja? Kenapa nggak pulang-pulang. Noval kangen tau." Lengan bocah itu memeluk erat.

"Maafkan mama, Sayang. Mama nggak pernah ngasih kabar ke Noval."

"Iya. Mama, nggak pernah nelepon. Nomer mama juga nggak bisa di telepon," sungut Noval penuh protes.

Bu Tiwi yang muncul dari pintu langsung menghampiri dan memeluk sang menantu. Netra wanita anggun itu berkaca-kaca. Diciuminya Rinjani. "Ayo, masuk!"

Rinjani tidak mengira kalau akan disambut baik oleh sang mertua. Padahal Bu Tiwi sempat marah atas tindakannya waktu itu.

Daffa meletakkan mainan di atas karpet.

"Banyak banget, Pa. Oleh-oleh dari mama, ya?" Noval terlihat girang.

"Iya. Mama yang tadi beliin," jawab Daffa sambil memandang Rinjani.

Noval minta pangku sang mama sambil membuka mainannya. Rinjani tidak bicara apapun selain menjawab pertanyaan sang anak.

Mak Sum mengantarkan teh hangat dan menyalaminya. Disusul Lastri, pengasuh putranya.

"Noval, biar mama mandi dan ganti baju dulu, ya. Noval sama nenek sini!" Bu Tiwi bicara pada sang cucu.

"Tapi Mama nggak pergi lagi, kan?" Noval memandang mamanya. Rinjani menggeleng.

"Nanti temani Noval main ya, Ma. Bacain buku cerita juga."

"Iya," jawab Rinjani singkat lantas melangkah menaiki tangga untuk ke kamarnya. Daffa mengikuti.

"Bisa tinggalin aku sendirian, Mas," kata Rinjani ketika Daffa menutup pintu kamar. "Aku hanya mandi dan segera keluar."

Daffa tidak mengindahkan dan terus mendekat.

"Aku nggak lama. Mas, keluarlah," tegas Rinjani. Jika dulu dia paling suka menghabiskan waktu berdua di kamar dengan suaminya. Sekarang merasa jengah.

"Oke. Mas tunggu di depan." Daffa kembali keluar.

Rinjani membuka lemari pakaian. Dadanya berdesir melihat baju-baju serangamnya tertata rapi di lemari. Jas dokternya tergantung di hanger dan wangi. Apa ia bisa memakainya lagi? Rinjani mengambil setelan baju warna ungu.

Wanita itu beralih ke atas meja rias. Segala perlengkapan make up masih utuh di sana. Ponselnya ada di laci dalam kondisi padam. Rinjani mengaktifkan dan ratusan notifikasi menumpuk. Tampaknya sang suami hanya menge-charge saja tanpa membuka isinya. Dompet yang berisi kartu ATM dan kartu identitas lainnya masih tetap di tempat. Tapi di laci spesial, buku nikahnya sudah tidak ada.

Daffa pasti memindahkannya. Apa memang sengaja di sembunyikan?

***L***

Rumah yang ditempati hampir lima tahun ini, entah kenapa terasa asing bagi Rinjani. Ia menghindari Daffa yang hendak mengajaknya bicara dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama Noval di kamar si kecil.

Sementara mama mertuanya telah dijemput oleh papanya Daffa sore tadi. Wanita itu tidak membahas tentang peristiwa yang dialaminya. Berusaha menciptakan percakapan yang hangat dengannya.

Namun apa yang diucapkan Pak Farhan tadi sangat menyakiti. "Seharusnya kamu jangan bertindak bodoh, sampai relasi perusahaan sebagian tahu, pihak rumah sakit tahu, keluarga besar tahu. Kamu tahu apa akhibatnya? Reputasi kita sedang dipertaruhkan. Lain kali kalau bertindak pakai otak."

Jika keluhan beberapa temannya karena memiliki ibu mertua yang nyinyir, berbeda dengan dirinya. Justru mertua laki-lakinya yang cerewet. Kalau bukan demi Noval, seketika itu juga dia angkat kaki dari rumah suaminya. Dia yang dikhianati, tapi dia yang disalahkan. Terlalu sakit ucapan yang keluar dari mulut lelaki yang dianggap sebagai pengganti ayahnya.

Rinjani harus bersabar sampai bulan depan dan dia baru bisa mengurus perceraian.

"Lastri, saya tidur di sini malam ini. Saya ambil baju sama selimut dulu." Rinjani bicara pada pengasuhnya Noval. Saat itu putranya telah terlelap.

"Njih, Bu."

Rinjani pergi ke kamarnya.

"Maafkan perkataan papa sore tadi. Mas yang salah, Rin." Daffa masuk saat Rinjani mengambil selimut di lemari.

Tanpa menjawab perkataan sang suami, Rinjani melangkah ke pintu.

"Kamu mau tidur di mana?" Daffa menahan lengannya.

Next ....

Komen (12)
goodnovel comment avatar
Shelia Attalia
sakit nya nyampe ke hati aku..
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
lah aneh pak Farhan.. anaknya yg salah malah Rinjani yg dimarahin.. klo anakmu gk berulah mungkin Rinjani gk bakal kayak gini kan.. noh didik anakmu yg bener..
goodnovel comment avatar
Andin Gemoy
sabar rin..mmg mertuamu tertukar ha.,ha.. yg ember si bpk mertua.. tenang jan dirimu dulu rin biar bisa berpikir jernih..lihat dulu sejauh mana hubungan dafa sm si ulat.. klo sdh tahap ranjang iya sdhlah tinggal kan.. bulshit ga tuh mencintaimu tp jg mengkhianati fpdan melukai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status