Share

30. Bukan tukang parkir

"Pak Abdurrahim?"

Akhirnya, aku teringat akan sosok baik hati yang sempat membantuku di bandara, di hari Gendis meninggalkan rumah dan aku kacau waktu itu.

Ia menganggukkan kepala kemudian beringsut duduk di sebelahku.

"Bapak, kok, di sini?" tanyaku.

"Saya tinggal di seberang sana, Nak," jawabnya menunjuk lurus ke depan. Aku menautkan alis, menatap ke seberang jalan yang sudah mulai lengang. Mencoba menerka rumah yang dimaksud olehnya. Namun, di seberang sana tidak terlihat ada rumah, hanya ada sebuah pesantren. Cukup besar.

"Di belakang pesantren itu, Pak?" tanyaku memperjelas dan dia pun menjawab hanya dengan senyuman.

"Jadi, wanita yang fotonya kau pandangi tadi yang membuatmu tak bisa menyalakan mesin sepeda waktu itu?" Seketika wajahku memanas oleh rasa malu atas sindiran yang dilontarkan oleh Pak Abdurrahim.

"Dia istri saya, Pak," jawabku seraya menggaruk tengkuk yang tidak gatal ini.

"Pasti kamu sangat mencintainya, 'kan?"

Aku tersenyum sekilas, tak bisa menjawab karena mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status