Share

20. Rasa yang sama

Sore sudah berganti malam, Rania sekarang sedang mencak mencak tidak jelas diruang tamu. Bagaimana bisa arya belum pulang sampai sekarang. Setelah membeli sate untuk rania, arya pamit pergi lagi, karena sedang ada urusan, katanya. 

Rania hanya mengangguk sebagai ucapan, karena menurutnya dia tidak berhak mengatur arya. Tapi sekarang, bolehkah dia menyesal karena tidak minta arya untuk membawanya. Sungguh, dia bosan sekarang. 

Rania menghembuskan nafasnya berkali kali, mendudukan diri diatas sofa dengan kaki yang diangkat keatas, tak lupa bibirnya yang manyun dengan mata yang berkaca. 

" Iss dimana si, ko ga pulang pulang "

" Udah tau istri lagi hamil, malah ditinggal sendirian "

Rania mengelus perutnya yang berbunyi, dia kembali melanjutkan ocehannya. 

" Kamu laper ya sayang, sabar ya kita tunggu daddy "

" Hikss daddy lama sayang, mamah laper huaa hiks hiks " rania menangis seperti anak kecil ketika pertunya kembali berbunyi, dia lapar sungguh. 

....

Arya tiba di apartnya pukul 10 malam, dengan kondisi wajah yang sedikit lebam. Dua jam lalu arya dengan anggota nya terlibat baku hantam, dengan siapa lagi jika bukan Lexo. Tapi anehnya, tidak ada keberadaan Zeko disana, hanya ada rendika sebagai wakilnya.

Perkelahian itu dibubarkan karena bunyi sirine polisi yang terdengar nyaring di telinga mereka. Sebelum pulang arya menyempatkan diri untuk ke bascampnya, melihat keadaan para anggotanya. 

Setelah melihat jika keadaan anggotanya baik baik saja, arya pamit untuk pulang. Banyak pertanyaan yang anggotanya lontarkan kepadanya ketika arya hendak pulang, pasalnya arya biasa tidur di bascamp apalagi keempat anggota inti berada disana.

" Tumben lo pulang? "

" Ga nginep aja bos? "

" Ngapain pulang? "

" Tidur sini aja bro, gadang sampe malem "

Begitulah kira kira pertanyaan yang mereka lontarkan, tapi arya memang harus pulang karena Rania. Mengingat rania arya telah membelikan beberapa makanan untuk istrinya, dia tau istrinya pasti sedang lapar. Anggap saja itu sogokan untuk istrinya karena arya sudah meninggalkan nya sendiri. 

Arya memasuki apart nya yang terasa sepi, dia menghela nafas berfikir jika rania sudah tidur. Tapi tunggu, arya seperti mendengar isak tangis dari seseorang. Perlahan kakinya mendekat ke arah sofa yang sedikit bergoyang dan terpampanglah wajah istrinya yang sembap dengan bahu yang bergetar. 

" Hiks hiks dasar suami ga bertanggung jawab, istri lagi hamil malah ditinggal sendirian huaaa hiks hiks ayah " Rania terus menggerutu tanpa menyadari kehadiran arya dibelakangnya.

" Hiks hiks laper "

" Hahahahahah lucu banget anjir " Arya meledakkan tawanya ketika melihat rania yang akan menangis dengan raut yang sangat menyedihkan, bibir mengerucut, hidung merah dan mata yang terus mengeluarkan air mata.

Melihat arya, rania malah mengencangkan suara tangisnya, entah kenapa dia rasanya ingin menangis dengan kencang sekarang. 

" Huaaaa hiks hikss ayah,  huuuu hiks "

" Sttt diem, gue udah balik " Arya mendudukkan diri diamping rania, dan langsung mendekap tubuh istrinya yang berbalut piama terusan bergambar babydol, terlihat lucu. 

Bukannya diam, rania malah terus menangis dengan tangan yang memukul dada arya dan berakhir dengan menggigit bahunya.

" Aaaw anjir, ngapa gue digigit Raniaa, astaga agresif banget ya lo " Arya mengusap usap lengannya yang memerah. 

" Hiks laper "

Arya melonggarkan pelukannya, dia mensejajarkan wajahnya dengan perut rania yang sedikit membuncit, tangannya mengelus pelan dengan mulut yang berbisik. 

" Anak daddy laper hm? Mau makan apa sayang? "

Rania memalingkan wajahnya ketika hawa panas hinggap di pipinya. Sial lagi lagi dia Baper! 

" Mau makan apa? "

" Apa aja "

" Batu mau? "

" Isss nyebelin tau ga hiks hiks "

" Etss jangan nangis lagi, diem dulu baru gue kasih makan "

" Hiks jahat "

" Diem dulu "

Rania menurut, dia sudah tidak menangis seperti tadi. Tiba tiba Arya membuka bajunya untuk mengelap wajah rania dengan kaosnya.

" Isss ngapain si buka baju "

" Gerah "

" Ngapain baju kamu buat lap-in muka aku, bau tau ga "

" Ciee kamuuu, enak aja baju gue wangi "

" Iss apasi "

" Yaudah, kita panggilnya aku kamu aja. Gabaik panggil lo gue, gasopan"

" Apaansi geli tau ga "

" Gue ga nerima penolakan! "

" Dasar pemaksa "

" It's me "

" Gu- ekhem aku laper "

" Nih karena aku suami yang bertanggung jawab, aku udah beliin makanan buat istri sama anak aku "

Rania tidak mendengarkan perkataan arya, dia merebut plastik yang berisi makanan dan langsung membukanya. Memakan tanpa memperdulikan arya yang merasa geli melihat rania yang makan dengan porsi banyak. Badan doang kecil makan mah banyak wkwk

" Kenyang "

" Anjirr, cepet banget. Mana semua diabisin, gue ga disisain. Parah ya lo "

" Kamu gabilang kalo kamu mau "

" Udahla, tidur yu. Udah malem "

Rania mengangkat tangannya, mengkode arya untuk menggendongnya ke kamar. 

Arya menaikkan alisnya tidak mengerti " Apaan?".

" Gendong " rania memasang raut semelas mungkin. 

Arya hanya bisa mengelus dadanya melihat tingkah rania yang semakin hari semakin menjadi. Tak ayal dia menggendongnya. 

" Berat juga ya lo "

Karena tak mendengar sautan apa apa,  arya menundukkan pandangannya ke arah rania yang berada di gendongannya. 

" Anjirr, bisa bisa nya dia tidur "

Dengan gerakan pelannya, arya memindahkan rania ke kasur tak lupa untuk menyelimutinya. 

Cup 

" Tidur yang nyenyak, gue sayang kalian " Arya berbaring di sebelah rania dan ikut memejamkan matanya, cukup untuk hari ini dia lelah. 

Rania menahan senyumnya ketika mendengar ucapan arya, sejujurnya dia belum tidur dia hanya menutup matanya. Rania membalikkan tubuhnya ke arah arya, tangannya perlahan mengelus wajah suaminya. 

" Ganteng." Rania merutuki dirinya yang tak pernah memperhatikan wajah suaminya dengan detail. 

" Gue tau." Rania menjauhkan tangannya dari wajah arya, dia kaget melihat mata yang tadinya tertutup kini terbuka dengan lebar nya. Dan kini arya juga sedang menghadap nya. 

" Gue cinta sama lo Rania surya mahendra "

" Emm aku juga cinta sama kamu " Rania menundukkan pandangannya, dia tidak kuat menatap mata arya yang sedang manatap kearahnya. 

" Kamu siapa hm? "

" Aryastama Adi Putra xixix "

" Gue boleh cium lo? "

" Hah." Rania mengerjapkan matanya mendengar ucapan yang arya lontarkan. 

" Kalo gaboleh gapapa, sorry gue ga-"

" Boleh."

Arya tersenyum mendengar jawaban dari rania, perlahan dia mendekatkan wajahnya. Dan Cup dua benda kenyal itu sukses menyatu. Dibawah rembulan yang bersinar terang, mereka telah menyadari perasaannya masing masing. 

Arya terus mencecap bibir atas dan bawah rania dengan bergantian, lama lama ciuman itu semakin menuntut apalagi mendengar lenguhan yang rania keluarkan. 

" Emhhh ya "

" Rania, sorry gue ga kuat " Rania melihat mata arya yang sudah berkabut gairah, apalagi sekaranga rya sedang menciumi lehernya dan itu menambah sensasi panas dalam dirinya. Rania hanya bisa mengangguk pasrah dan kejadian itu terulang lagi bedanya, sekarang mereka berdua sama sama menikmati dan mengingikan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status