Putri Yang Kau Suruh Gugurkan

Putri Yang Kau Suruh Gugurkan

last updateLast Updated : 2023-08-02
By:  Wahyuni SSTCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings. 7 reviews
31Chapters
23.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Arini tak terima jika suami menyuruhnya menggugurkan kandungan sebab ibu mertua tak suka dia hamil. Berbagai penolakan terus ia sampaikan kepada suaminya, tapi sang suami yang ingin berbakti kepada orang tua tetap memaksa Arini menggugurkan kandungan dan menganggap hal itu tidak berdosa karena usia kandungan masih sangat kecil. Menyerah pada keadaan, Arini memilih pergi dan berniat membesarkan anaknya seorang diri. Tujuh tahun berlalu, dia dan sang suami dipertemukan kembali dalam sebuah acara di rumah bos Arini. Yang membuat Arini syok adalah acara tersebut ternyata merupakan acara pertunangan Abi dengan adik dari bos tempat Arini bekerja. Arini yang tahu hal itu segera menyembunyikan diri, tapi Naina terlanjur menampakkan diri di hadapan Abi. Bocah kecil itu bahkan tidak segan bertanya banyak hal pada Abi. Saat acara pertunangan berlangsung, Naina justru meminta duduk di dekat Abi. Akankah Abi tahu bahwa Naina adalah anaknya?

View More

Chapter 1

1. Gagal Aborsi

"Ma, Papa aku itu orangnya gimana, sih?"

Naina bertanya dengan wajah serius? Terhitung minggu ini dia sudah bertanya sosok sang ayah hampir setiap malam. Tapi tetap saja pertanyaan itu lagi yang dia ajukan pada ibunya.

Arini yang sedang sibuk menyelesaikan cerpen untuk mengisi rubrik pada sebuah majalah remaja, terpaksa menghentikan kegiatannya lalu memfokuskan diri pada sang buah hati.

"Papa kamu itu orangnya tampan, baik, taat ibadah dan sayang sama ibunya."

Jika empat malam kemarin Naina terlihat tidak lagi mengajukan pertanyaan. Tapi kali, dia masih duduk sembari berpikir.

"Ada apa lagi, Sayang?" 

Arini kembali bertanya, sebab melihat raut wajah Naina yang menyiratkan ketidakpuasan.

"Memangnya selain tampan, baik, taat ibadah dan sayang sama ibunya, Papa nggak punya ciri khas lain ya, Ma?"

Dua netra Arini mendelik sedang bibirnya berusaha mengulum senyum.

"Misalnya, Papa itu punya tubuh yang tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya lurus, terus apalagi Ma?"

"Emm, semua yang Naina sebutkan itu sudah benar, Nak."

"Em begitu ya Ma, terus Papa kerja apa sih, Ma?"

Arini terhenyak sejenak, pertanyaan sang anak seperti melambung angannya jauh ke masa silam.

"Papa kamu itu seorang dokter. Dokter Spesialis Anak."

"Wah, pekerjaan Papa keren banget ya, Ma? Aku mau donk Ma, sesekali ketemu sama Papa."

Arini mengusap pelan kepala anaknya.

"Nanti ya, jika sudah waktunya, Mama pasti akan bawa kamu ketemu sama Papa."

Wajah Naina tampak merengut. Jika tahun-tahun kemarin Naina masih bisa menurut, sepertinya kali ini tidak. Usia sang anak yang semakin dewasa membuat jiwanya semakin kritis.

"Ma, kalau nggak bisa ketemu, Naina mau sekali aja ditelpon. Naina pengen dengar suaranya aja, Ma."

"Yaudah, besok kita coba ke telpon umum untuk menelpon Papamu, ya."

"Benaran, Ma? Asyik aku mau langsung tidur ya, Ma. Biar cepat-cepat bisa bicara sama Papa."

Naina menarik selimut lalu membaca doa. Tak berapa lama, bocah itu sudah terlelap ke alam mimpi. Meninggalkan sang ibu dengan seribu pikiran berkecamuk di jiwa. Bertahun-tahun Arini pergi meninggalkan suami tercinta. 

Sudah siapkah jika dia menelpon memberi kabar?

*

Tujuh tahun yang lalu, Arini pernah dipersunting seorang lelaki. Lelaki sempurna yang berdarah biru. Pernikahan mereka, tentunya tidak direstui oleh keluarga besar sang suami. Arini yang hanya anak seorang petani lulusan sarjana ekonomi tentu tak sepadan dengan gelar ningrat yang melekat pada diri suaminya.

Nama lelaki itu Raden Mas Abiyasa Wirahaditenaya.

Dia seorang dokter. Dan Arini bekerja di klinik keluarga mereka sebagai tenaga administrasi. Seluruh keluarga, mulai dari ayah, Abang dan kakak bahkan sampai iparan Abi berprofesi sebagai dokter.

Hanya lelaki itu seorang yang tidak mendengar kata orang tuanya dengan tetap menikahi Arini. 

Pernikahan sederhana, dari keluarga Abi yang hadir hanya kakak beserta sang suami. Tak ada mama ataupun papa mertua. Tapi lelaki itu dan Arini tetap melalui hari-hari mereka dengan saling menguatkan dan memberi semangat.

Dua bulan pertama yang begitu indah. Arini merasa begitu dicintai dan sangat mencintai. Sebelum kabar itu datang menghampiri. 

Ibunda Dokter Abi, masuk ke rumah sakit karena penyakit jantungnya kambuh. Abi terpaksa meninggalkan Arini demi menjenguk ibunda tercinta. 

Selama beberapa hari ditinggal, Arini mengalami apa yang biasa dialami oleh perempuan umumnya setelah menikah. Mual dan muntah di pagi hari. Wanita itu mencoba memeriksa melalui sebuah alat test kehamilan. 

Dan ia begitu bahagia saat mendapati dua garis biru pada alat tersebut.

Seminggu lamanya Abi menjaga sang ibu di rumah sakit. Akhirnya dimalam ke delapan, lelaki itu pulang menjenguk Arini.

Wajah Abi tampak kusut dan menyiratkan kegelisahan. Arini menyambut tanpa bertanya apapun. Ia lakukan banyak hal agar membuat sang suami nyaman dan bahagia. Hingga setelahnya, wanita itu memberanikan diri menanyakan kabar sang ibu serta mengabaikan apa yang ingin dikatakan perihal kehamilan.

"Mama gimana kabarnya, Mas?"

"Mama masih lemah, kondisi jantungnya masih belum stabil."

"Bismillah, yakin Mas bahwa Allah akan segera memberi kesembuhan untuk Mama."

Abi kembali menatap Arini. Sorot matanya menyiratkan rasa bersalah teramat dalam.

"Dek, Mama minta satu hal pada Mas."

Entah kenapa perasaan Arini disergap ketakutan. Tapi ia mencoba tegar.

"Katakan Mas, Mama minta apa pada kita?"

Abi menarik napas dalam. Wajahnya menunduk.

"Mama minta agar Mas menceraikan kamu."

Saat itu Arini benar-benar tercengang. Tangisnya pecah di tengah malam buta. Hati wanita itu benar-benar hancur. Abi dengan segera memeluk.

"Maaf jika Mas menyampaikan hal ini padamu, tapi Mas tak dapat menanggungnya seorang diri."

Arini semakin terisak, membuat tubuh sang suami bersimpuh di kakinya. Abi terus meminta maaf atas pengakuan tersebut.

"Mas hanya ingin berbakti pada Mama, Dek. Apalagi setelah melihat kondisi Mama sekarang. Seandainya jika ini menjadi permintaan Mama yang terakhir, rasanya Mas akan sangat menyesal jika tidak dapat menuruti permintaan tersebut."

Bijaksanakah seorang lelaki menceraikan istri demi berbakti kepada ibunya?

Seluruh tubuh Arini kehilangan keseimbangan. Jantungnya melemah. Sungguh ia tak ingin berpisah, terlebih setelah buah hati bukti cinta mereka kini sudah tersemai di dalam rahim.

"Jangan bercerai, Mas. Aku hamil."

Abi tercekat. Bukan reaksi kebahagiaan yang pada umumnya terjadi pada seorang suami. Tapi lebih pada keterkejutan.

"Kamu hamil?"

"Iya, Mas. Aku hamil. Mas tidak bahagiakah?"

Abi tersenyum, senyum yang begitu ia paksakan.

"Bahagia. Sangat bahagia."

Abi kembali memeluk sang istri. Ia begitu menyesal sudah hampir mengiyakan keinginan ibunya untuk berpisah.

"Mas akan coba menyampaikan berita ini pada Mama, semoga Mama bahagia dan akhirnya menerima pernikahan kita."

Arini mencoba membesarkan hati. Sebagai seorang istri, ia hanya ingin tetap bersama suami, apalagi setelah ada benih dalam rahimnya.

Arini kembali melepas sang suami untuk menjenguk ibunda tercinta. Setiap detik, wanita itu terus melangitkan doa. Agar ibu mertua terbuka hati dan mau menerimanya beserta calon cucu.

Malam berganti. Sang suami akhirnya pulang, ia menangkap raut wajah Abi jauh dari kata rileks. Arini tak yakin jika yang akan disampaikan sesaat lagi adalah berita bahagia. 

Bisakah ia meminta agar suaminya tidak berkata apapun malam ini. Sebab ia ingin melepas rindu sudah tak bertemu selama dua hari?

Tapi ternyata, tanpa diminta, Abi sudah terlebih dahulu menyampaikan permintaan sang ibu.

"Ibu minta kamu menggugurkan kandunganmu, Dek."

Arini terhenyak, ini benar-benar tak pernah ada dalam bayangan.

"Menggugurkan kandungan, Mas?"

Abi berlutut, bahkan ia mencium kaki Arini sebagai permohonan maaf seorang suami. 

Lelaki yang harusnya bertanggung jawab atas buah cinta yang hadir dari sebuah pernikahan suci kini justru ingin melenyapkan bayi itu dari muka bumi.

Ya Allah, bahkan Allah Maha Pemurah, tidak sampai tiga bulan, Dia sudah menghidupkan karunia indah dalam rahim Arini. Tapi dengan tak berperasaan ibu mertua meminta agar menantu mengugurkan kandungannya?

Arini terdiam dengan air mata yang terus mengalir.

Atas apapun, haruskah ia menuruti kemauan ibu mertua? Akankah setelah ini beliau mau menerimanya sebagai menantu?

Dua malam yang berat kembali dilalui Arini tanpa suami di sisi. Abi tak pulang sebab kabarnya sang ibu semakin kritis. Arini terus merenung, berpikir sembari berusaha mengambil sebuah keputusan yang bijaksana.

Pagi itu, pagi ketiga setelah Abi memintanya menggugurkan kandungan. Arini mengirimkan sebuah pesan.

"Aku akan memenuhi permintaan Mama, Mas. Aku akan menggugurkan kandungan ini."

Tak ada balasan, bahkan setelah menunggu sekian jam. Dengan berat, akhirnya Arini melangkahkan kaki menuju klinik yang diinformasikan sang suami malam itu. Cukup lama duduk dengan berbagai pertimbangan muncul.

Air mata Arini kembali berderai, mengingat calon bayi yang seharusnya lahir ke dunia justru sesaat lagi hanya tinggal asa.

Belum lagi berbagai informasi tentang bahaya setelah aborsi. Wanita biasanya akan mengalami keluhan nyeri atau kram perut, mual, lemas, dan perdarahan ringan selama beberapa hari.

Pada kondisi tertentu, tindakan aborsi dapat menimbulkan masalah kesehatan serius dalam waktu beberapa hari hingga sekitar 4 minggu setelahnya. Aborsi juga dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan hebat, infeksi, gangguan kesuburan, masalah psikologis, endometriosis, kanker rahim, kerusakan panggul, bahka angka kematian pun sangat besar.

Nyali Arini ciut. Ya Allah, demi apapun aku tak mungkin menggugurkan kandungan ini. Jika Mas Abi merasa begitu ingin menuruti kemauan orang tuanya, jika ibu mertua memang tak inginkan kehadiranku dan anak ini, baiklah aku akan pergi.

***

Bersambung

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa follow, subscribe, koment dan tekan tombol love ya.

Utamakan baca Al-Quran.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Tuti Julaeha
cerita nya bagus
2025-04-21 23:07:58
0
user avatar
Ni nyoman Sukarti
karya Novel yang sangat bagus, baik dari alur cerita, tema dan karaktern. Mempunyai value, spirit dan edukasi, dan terjadi di masyarakat. Bravo buat author. sukses selalu
2024-08-16 15:23:37
0
user avatar
Nunix"z
bagus banget ceritanya
2024-07-18 01:03:48
0
default avatar
Fitri
Bagus ceritanya,ditunggu judul2 lain ya kk
2024-02-10 23:37:53
0
user avatar
ani sainu
wah jadi penasaran bersatu apa bercerai ya???
2024-02-03 17:20:55
0
user avatar
Wahyuni
rajin up ga novel ini? baru mau baca soalnya
2023-07-04 20:06:37
2
user avatar
rissia
syukaaaa cerita ini .. bagus
2023-07-03 07:01:40
2
31 Chapters
1. Gagal Aborsi
"Ma, Papa aku itu orangnya gimana, sih?"Naina bertanya dengan wajah serius? Terhitung minggu ini dia sudah bertanya sosok sang ayah hampir setiap malam. Tapi tetap saja pertanyaan itu lagi yang dia ajukan pada ibunya.Arini yang sedang sibuk menyelesaikan cerpen untuk mengisi rubrik pada sebuah majalah remaja, terpaksa menghentikan kegiatannya lalu memfokuskan diri pada sang buah hati."Papa kamu itu orangnya tampan, baik, taat ibadah dan sayang sama ibunya."Jika empat malam kemarin Naina terlihat tidak lagi mengajukan pertanyaan. Tapi kali, dia masih duduk sembari berpikir."Ada apa lagi, Sayang?" Arini kembali bertanya, sebab melihat raut wajah Naina yang menyiratkan ketidakpuasan."Memangnya selain tampan, baik, taat ibadah dan sayang sama ibunya, Papa nggak punya ciri khas lain ya, Ma?"Dua netra Arini mendelik sedang bibirnya berusaha mengulum senyum."Misalnya, Papa itu punya tubuh yang tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya lurus, terus apalagi Ma?""Emm, semua yang Naina s
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
2. Menelpon Papa
Arini dan Naina sudah berada di dalam kios telpon umum. Sang ibu akan menepati janjinya kemarin untuk menelpon papa. Meski berat Arini menguatkan diri untuk menekan beberapa nomor telpon Abi.[Hallo ....]Degup jantung Arini menyentak kuat tatkala suara yang dahulu begitu ia candui, kini terdengar kembali di telinga. Sejenak tenggorokannya tercekat.[Mas ....]Dua bola mata Arini seketika basah. Sedang di seberang tak ada jawaban.[Mas ....][Arini? Kaukah itu?]Sebulir air mata luruh di kedua pipi Arini. Sungguh ia tak kuasa jika harus berbicara kembali dengan Abi.[Kaukah itu Arini? Jawab Arini.]Seketika Arini menutup telpon. Ia menekan dada dengan kuat. Bagaimana mungkin Abi masih mengenali suaranya? Hal ini benar-benar membuat Arini lemah.Ia kuatkan diri untuk melangkah keluar dari ruangan kecil yang dibayarnya untuk menelpon tadi. Sang anak yang menanti di luar tampak bersemangat."Diangkat Ma telponnya?"Naina bangkit mendekati sang ibu. Arini hanya menghela napas berat. Tidak
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
3. Andai Naina Tahu
Arini berjalan ke arah dimana suara hanya bersumber dari tempat itu. Begitu terhenyak saat melihat pemandangan dimana putrinya duduk di samping sang papa yang akan melangsungkan lamaran pada seorang wanita. Arini menekan dada yang tiba-tiba terasa sakit. Dua netranya basah. Ada rindu dan keinginan untuk menumpahkan segala kegalauan diri selama ini. Juga ada cemburu yang bersiap menguasai diri. Serta yang paling tidak dia harapkan, ada kecewa yang semakin menusuk dada."Aku akan mendoakan kebaikan untuk niatmu ini, Mas. Tapi sebelum pernikahan itu terjadi, kita harus bertemu. Kamu belum menjatuhkan talak untukku."Arini membalikkan badan hendak pergi, tapi gerakannya yang cepat berhasil membuat ia menabrak sesuatu."Astaghfirullah, maaf saya tak sengaja."Arini memandangi sosok yang baru saja ia tabrak itu. Seorang lelaki. Raden Mas Arshakalif. Dia adalah adik sepupu suami Raden Ayu yang tempo hari terus saja digodain sebagai calon ayah Naina."Maaf Mas, saya tidak sengaja."Arini men
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
4. Tak Mungkin Bersama
"Arini?"Dua bola mata Abi menatap Arini lekat."Arini?"Abi mengulang panggilan, seolah tak percaya wanita yang dia cari selama bertahun-tahun kini ada di hadapannya. Tangan lelaki itu hampir saja menyentuh lengan Arini, tapi tiba-tiba ...Bruuukkk!"Astaghfirullah, Abi ... Mamamu!"Abi terhenyak, ia segera membalikkan tubuh dan begitu terkejut saat mendapati mamanya jatuh tersungkur ke lantai. Ia abaikan Arini dan berlari menolong sang ibu. Hati Arini terasa sakit. Air mata kembali mengambang di kedua pelupuk. Ia memandangi lelaki itu yang terlihat begitu khawatir akan ibunya. Ia ingin berlari, tapi ikut khawatir pada perempuan yang masih berhak ia panggil ibu mertua itu. Arini berdiri mematung di tempatnya. Sedang di kejauhan ..."Mama kenapa, Ma?"Wanita paruh baya di hadapan Abi memegang dadanya kuat. Melihat hal itu sang anak semakin kalut. "Tolong ambilkan obat di dalam tas Mama, Tante," pinta Abi pada wanita yang berjongkok di sisinya. Wanita itu segera mengambil dan menyer
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
5. Kapan Kau Mengerti
Arini tahu akan ada dua pilihan jika mereka kembali membuka ruang untuk bicara, terluka dan tersakiti. Dua pilihan yang tak akan pernah berpihak padanya. Tapi ucapan Abi selanjutnya membuat hati wanita itu luluh."Mas mohon Dek, Mas rindu sama kamu."Perkataan itu, membuat Arini mengerjap berkali-bali. Ia berusaha mengusir sekian banyak air mata yang hendak mendesak keluar. Baru mendengar satu kali saja kata rindu dari mulut Abi, hatinya sudah patah ara. Bagaimana jika yang lain."Arini ...."Abi mendorong pintu lebih lebar. Dua netranya kini berhasil menatap Arini lekat. Sungguh, wanita itu juga dapat menyaksikan bulir bening yang membasahi mata lelaki di hadapannya, dan itu benar-benar membuat hati Arini perih."Mas sangat bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama tak saling mengetahui kabar, kini kita kembali bertemu, Arini."Arini membuang wajah."Katakan kenapa kamu pergi, Dek? Kamu membenci suamimu ini? Kamu membenci pria brengsek yang tega menyuruh seorang istri menggugurkan kandu
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
6. Rasa Cemburu
Mengenai permintaan Abi, Arini sudah beristikharah. Kini hanya menunggu kepastian dari Allah. Ketika pagi menyapa, seperti biasa Arini sudah siap memasak, beres rumah dan mencuci pakaian. Tepat pukul enam dia membangunkan Naina, dan mengajak putrinya itu untuk bersiap-siap ke sekolah.Sekolah Naina hanya berjarak 1 kilometer dari rumah, biasa mereka menaiki ojek agar dapat sampai ke tempat tersebut. Meski terlihat tenang, sebenarnya Arini berkali-kali mengecek ke luar rumah. Dia teringat akan kata-kata Abi semalam untuk datang menemui Naina pagi ini.Bukan serupa pengharapan, mungkin keingintahuan. Benarkah lelaki itu akan menepati ucapannya?Arini pasrah, saat mendapati jam sudah menunjukkan pukul tujuh tapi tak ada satu manusiapun yang sampai ke rumahnya."Yuk Nak, kita pergi."Arini mengajak sang buah hati. Tapi, kedatangan sebuah mobil membuat degup tak biasa menyentak jantung Arini."Mobil siapa itu, Ma?"Arini menatap lekat, ia tak bisa menandai mobil siapa yang kini terparkir
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more
7. Pelukan Pertama
Abi turun dari mobil, ia memutuskan untuk tidak langsung kembali. Lelaki itu duduk di kios kecil pinggiran jalan. Memesan kopi panas sekadar mengusir rasa sakit yang tiba-tiba memenuhi dada.Semenjak kecil, Abi memang terbiasa dimanja oleh orang tuanya. Setelah sepuluh tahun kelahiran sang kakak, barulah Abi kecil hadir di rahim sang mama. Hal itu membuat dia tidak hanya dimanja oleh mama ataupun papa, tapi juga oleh kakak perempuan dan kakak lelakinya.Abi anak penurut, semua keinginan keluarganya hampir tidak ada yang ia tolak untuk dilakukan. Hanya soal cinta, itupun Abi terpaksa harus diam-diam menikahi Arini. Demi menjaga perasaan sang ibu.Nikah bawah tangan, awalnya Arini menolak keinginan tersebut. Tapi karena kegigihan Abi, juga janji yang diucapkan lelaki itu, Arini luruh. "Nikah tanpa restu itu berat, Nduk. Ibu takut kamu akan menderita setelahnya."Itu adalah perkataan ibunda Arini yang tidak hanya diucapkan di hadapan sang anak gadis, juga di hadapan Abi. Selaku lelaki y
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more
8. Bertemunya Dua Mata Elang
"Naina ... Om ini adalah."Abi menghentikan ucapannya dan menatap Arini. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa tak siap. Dari pertama bertemu sampai detik ini, Naina begitu menyayangiya. Bagaimana jika gadis kecil itu tahu apa yang sudah terjadi tujuh tahun silam, akankah Naina membencinya?"Katakanlah, Mas."Abi menarik napas."Naina, Om ini adalah Papamu, Nak."Dua bola mata Naina membelalak tak percaya."Papa?""Iya, Sayang. Ini Papa.""Ma, benar apa yang dikatakan Om Abi?"Naina kini menatap Arini. Benar sedang mencari pembenaran."Iya, Sayang. Om Abi itu Papa kamu."Naina kembali menatap Abi. Lelaki itu tak lagi mengulur waktu, dengan segera ia membawa sang anak dalam dekapan. Air mata mengalir begitu saja dari kedua pelupuk mata.Sedang di samping mereka, Arini ikut menyeka dua pipinya. Tak pernah sekalipun dalam tujuh tahun ini, Arini membayangkan akan bertemu kembali dengan Abi. Dan yang tidak pula ada dalam angannya, akan ada rasa seperti ini bila mereka bertemu."Maafkan Papa, N
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more
9. Senja di Wajah Arini
"Saya minta Mas Khalif dan Mas Abi pulang, ini sudah magrib. Saya tidak mau didatangi orang satu kampung hanya karena Mas sekalian berdebat di sini! Dengan sangat memohon, saya minta agar semuanya pulang!"Abi tampak menghela napas. Jujur ia berjanji tidak akan beranjak sebelum Khalif yang terlebih dahulu meninggalkan rumah Arini. Tapi permintaan khusus yang ditujukan Arini padanya, membuat sang lelaki tak ada pilihan lain."Arini mohon, Mas Abi."Abi dengan berat mengiyakan permintaan Arini. Ia memasuki kembali mobil lalu menghilang dari pandangan.Selepas kepergian Abi,"Saya tidak paham kenapa ada lelaki seperti suamimu itu!""Maksud Mas?""Harusnya kalau dia mencintaimu, dia bertahan meski dunia membencinya."Arini terdiam."Sekarang dia seperti memakan buah simalakama, memilihmu akan menyakiti hati orang yang dia sayangi. Memilih Dinda akan menyakitimu dan Naina. Harusnya jika dia mau bertahan, dari dulu dia sudah bersikeras!"Arini merasa dadanya tertusuk kuat. Benar apa yang d
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more
10. Doble Bed
Degup Jantung Arini menyentak saat mendengar permintaan Abi. Sungguh dia ingin secara tegas menolak permintaan lelaki itu. Namun lagi-lagi, pertanyaan Naina berikutnya membuat hati wanita itu kembali terenyuh."Ma, bisa nggak ya Allah menghentikan waktu?"Arini mendelik, dia membawa Naina dalam pangkuan."Tentu bisa jika Allah sudah berhendak, Nak. Tapi kenapa Naina pengen Allah menghentikan waktu?"Gadis kecil di hadapan Arini tersenyum malu."Soalnya Naina takut kalau udah malam, Papa bakalan pergi lagi, Ma?"Pandangan Arini kembali terlempar pada Abi. Ada yang membuat dadanya terasa nyeri. Ya Allah, bagaimana jika nanti mereka benar akan berpisah? "Papa nggak akan tinggalin kamu, Nak. Malam ini kita akan menginap di hotel. Iyakan, Ma?"Arini menarik napas berat saat Abi melempar pertanyaannya. Mengapa situasi selalu tak berpihak pada. Arini terpaksa mengiyakan demi kebahagiaan Naina."Iya, Sayang.""Hore asyik."Naina bersorak gembira, demikian dengan Abi. Lelaki itupun diam-diam
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status