Share

3. Andai Naina Tahu

Penulis: Wahyuni SST
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-28 07:29:58

Arini berjalan ke arah dimana suara hanya bersumber dari tempat itu. Begitu terhenyak saat melihat pemandangan dimana putrinya duduk di samping sang papa yang akan melangsungkan lamaran pada seorang wanita. 

Arini menekan dada yang tiba-tiba terasa sakit. Dua netranya basah. Ada rindu dan keinginan untuk menumpahkan segala kegalauan diri selama ini. Juga ada cemburu yang bersiap menguasai diri. Serta yang paling tidak dia harapkan, ada kecewa yang semakin menusuk dada.

"Aku akan mendoakan kebaikan untuk niatmu ini, Mas. Tapi sebelum pernikahan itu terjadi, kita harus bertemu. Kamu belum menjatuhkan talak untukku."

Arini membalikkan badan hendak pergi, tapi gerakannya yang cepat berhasil membuat ia menabrak sesuatu.

"Astaghfirullah, maaf saya tak sengaja."

Arini memandangi sosok yang baru saja ia tabrak itu. Seorang lelaki. Raden Mas Arshakalif. Dia adalah adik sepupu suami Raden Ayu yang tempo hari terus saja digodain sebagai calon ayah Naina.

"Maaf Mas, saya tidak sengaja."

Arini mengulang ucapannya.

"Tidak apa-apa, kamu Arini bukan?"

Arini mengangguk.

"Aku Khalif."

Arini menangkupkan tangan menyambut uluran jemari lelaki di hadapan.

"Permisi, Mas."

Arini tak memperpanjang pertemuan itu, ia segera menyingkirkan diri dengan memilih taman belakang sebagai tempat menunggu. Kepergiannya menarik dua netra Khalif untuk terus memandang.

Semenjak bercerai, lelaki ningrat itu biasa dikelilingi wanita berkelas, dan baginya itu sudah menjadi suatu kebiasaan yang membosankan. Lelaki itu kembali menatap Arini yang kini menghilang di balik tembok. 

Bagaimana rasanya jika yang ia dapatkan kini wanita adalah shalihah seperti Arini?

Ada keinginan besar dalam hati lelaki itu untuk benar-benar mengiyakan tawanan abang sepupunya tempo lalu.

"Kau ini belum puas membuang-buang umur?Berapa banyak lagi wanita yang mau kau jadikan budak cinta? Carilah yang halal. Lihat betapa nikmatnya hidup Mas bersama Ayu. Kau pun bisa mencobanya. Carilah yang setidaknya bukan sepertimu, keluar masuk klub. Cari yang bisa mengarahkan ke jalan yang baik dan benar."

Saat itu Arini kebetulan diajak Raden Ayu ke rumahnya selepas mengajar. Raden Ayu pula yang meminta agar Arini mengantar minuman untuk adik sepupu suaminya. Dan itulah pertama kali Khalif melihat Arini. 

Di mata Khalif, Arini cantik, menawan meski dengan make up tipis. Jujur dia terpesona.

"Bagaimana kalau kau nikahi saja Arini. Tapi dia janda dan bukan keturunan Ningrat."

Entah guyonan atau serius, tapi ucapan Masnya waktu itu terus menuntut keseriusan dari diri Khalif.

Ia tak masalahkan strata, sebab ayah ibu sudah menyerahkan penuh calon istri pada dirinya. Kedua orang tua Khalif hanya berharap satu hal, perubahan ke arah yang lebih baik, siapapun pendampingmu.

Ini adalah pertemuan keduanya dengan Arini, entah kenapa niat untuk serius semakin besar. Khalif tersenyum membayangkan dirinya yang mulai tergila-gila pada wanita itu.

Acara lamaran telah selesai diberlangsungkan. Beberapa fotopun diabadikan sebagai kenang-kenangan. 

Naina tak mau beranjak, dia lupakan ibunya untuk terus mendampingi lelaki yang tak dia ketahui adalah papanya sendiri.

Abi tampak bahagia, tapi bukan dengan acara itu. Ia bahagia dengan kehadiran banyak anak-anak di sampingnya. Setelah sesi foto-foto selesai, ia kembali membaurkan diri bersama anak-anak.

Hal itu membuat Raden Adinda tampak kesal. Dia tak perdulikan perintah ibunya untuk menjaga jarak dari Abi sebelum ijab qabul terucap, gadis itu justru mendekat dan meminta waktu untuk berbicara dengan Abi.

Abi meninggalkan kerumunan anak-anak yang didalamnya termasuk Naina. Ia mengikuti langkah Raden Ayu yang mengajaknya duduk di taman belakang.

"Kita ngobrol di sini, Mas."

Abi hanya tersenyum canggung.

"Mas mau kopi?" tanya Dinda ketika mereka sudah duduk di sebuah gazebo yang ada di taman belakang.

Abi mengangguk. Seketika gadis di hadapannya bangkit mengambil segelas air pada meja yang di sediakan di taman itu juga.

Selepas kepergian Dinda, Abi mengedarkan matanya ke seluruh penjuru taman. Ia mendelik saat netra jatuh pada satu sosok yang tampak bersembunyi dibalik sebuah pot bunga besar.

Entah kenapa dia penasaran pada sosok itu, kenapa seolah bersembunyi di tempat itu. Abi ingin mengecek, tapi kedatangan kembali Dinda membuat niatnya terurungkan.

"Diminum Mas kopinya."

"Terima kasih."

Abi menyesap sedikit kopi yang masih mengepulkan asap panas.

"Jadi selama ini selain menjadi dokter, Mas juga aktif di sebuah lembaga sosial ya?"

Dinda mengawali pembicaraan mereka.

"Iya benar."

"Berarti kegiatannya padat sekali ya, Mas."

Abi tersenyum, tak banyak bicara.

"Kalau kita nikah nanti, bakalan ada waktu nggak ya buat Dinda?"

"In Syaa Allah itu prioritas."

Dinda tak puas dengan jawaban lelaki itu. Gadis yang terpaut usia sepuluh tahun dengan Abi itu kembali melayangkan pertanyaan.

"Dinda tahu Mas pernah menikah."

Deg.

Seketika Abi menoleh menatap gadis itu.

"Tapi saya tidak mempermasalahkannya kok. Saya hanya minta satu hal, jika Mas bisa penuhi, saya akan ikut pada keinginan orang tua kita untuk menikah dengan Mas Abi. Tapi jika Mas tak bisa memenuhi keinginan saya, saya akan membatalkan pernikahan ini."

Abi menarik napas. Memang semenjak awal tak ada perasaan apapun yang dia miliki untuk Dinda. Dia hanya mengikuti janjinya pada sang ibu. Janji yang mana jika dalam tujuh tahun tak dapat menemukan keberadaan Arini. Maka Abi harus bersedia dijodohkan.

Kemarin tepat tujuh tahun semenjak Arini menghilang dari kehidupannya. Abi pasrah dan bersedia menjalankan janji pada sang ibu.

"Apa keinginanmu?"

Pandangan mereka bertemu sejenak.

"Tutup lembaga sosial yang Mas dirikan itu."

"Kenapa?"

"Lembaga sosial yang diperuntukkan untuk mencari orang hilang. Saya tahu tujuan utama Mas mendirikan lembaga itu untuk mencari mantan istri Mas yang hilang."

Degup jantung Abi menyentak kuat.

"Dengan memutuskan untuk menikahi saya, Mas harus bersiap mengubur semua masa lalu. Termasuk memutuskan keinginan untuk terus menemukan mantan istri Mas tersebut."

Abi menelan saliva.

"Jika Mas tidak bisa melakukannya, maka saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini."

Abi menghela napas berat. Dinda benar, sudah saatnya ia melupakan Arini. Toh wanita itu sudah pergi sekian tahun dari hidupnya. Bahkan sekalipun tak berniat menghubungi.

"Baik. Saya akan menutup lembaga itu."

"Satu lagi."

"Apa?"

"Saya tidak mau dimadu. Saya mau menjadi satu-satunya wanita di hati Mas."

Abi mengangguk. Dinda tersenyum bahagia. Rasanya tak sabar ingin segera menikah dan memamerkan suami tampannya pada seluruh teman satu gank. 

Dia dan teman-temannya sudah membuat kesepakatan, jika salah satu diantara mereka ada yang berhasil menikahi duda tampan. Maka yang lain patungan membeli sepatu bermerk yang harganya ratusan juta.

Naina kehilangan sosok yang sedari tadi terus ia pandang. Gadis kecil itu merasa sedih. Tapi detik berikutnya ia teringat akan janjinya pada sang ibu untuk menunggu di depan kamar mandi. 

Naina segera bangkit dan berjalan menuju tempat yang seharusnya ia gunakan untuk menanti sang ibu. Sampai di depan kamar mandi. Bocah tersebut mengetuk pintu.

"Ma ... Mama masih di dalam?"

Pintu kamar mandi terbuka, tapi yang keluar bukan Arini. Naina tersentak.

"Kamu cari siapa, Dek?"

"Mama saya, Bunda."

"Emangnya tadi ke kamar mandi ini?"

Naina mengangguk.

"Tapi tadi saat saya masuk ke kamar mandi, tempat ini sudah kosong, Nak. Coba kamu cari di taman, siapa tahu ada di sana."

"Baik Bunda."

Naina beranjak ke taman. Dengan ketakutan dan air mata yang sudah mengalir di kedua pipi, bocah itu memanggil-manggil ibunya.

"Mama ... Mama jangan tinggalin Naina."

Abi yang duduk tak jauh dari pintu ke taman dapat mendengar isak tangis Naina. Ia meminta ijin pada Dinda untuk menemui bocah itu. 

"Kamu kenapa menangis?"

"Mamaku, Om. Mamaku hilang."

"Biar Om bantu cari, ya?"

Abi menggenggam jemari Naina dan kembali masuk ke dalam rumah. Sedang di tempat persembunyiannya, Arini memegang dada. Ia tak mungkin keluar di saat seperti ini. Semua akan hancur hanya jika ia menampakkan wajah di detik ini. Senyum bahagia di wajah Raden Ayu dan Raden Dinda. Juga ia bisa membaca kebahagiaan yang terpancar dari wajah Abi beserta ibu mertua.

Ia tetap akan menyembunyikan dirinya sembari memantau keberadaan Naina. Arini akan menemui Naina jika Abi sudah lelah mencari dan meninggalkan begitu saja.

Sudah lima belas menit berlalu, Arini keluar dari persembunyian dan mengendap ke dalam rumah. Ia mencari Naina.

Entah kenapa tiba-tiba merasa takut jika seandainya Abi membawa Naina pergi.

Arini mencari keberadaan sang anak, bersyukur ia mendapati Abi berbicara pada Raden Ayu. 

Arini menutup kedua mata. Akankah kedoknya terbongkar saat ini juga?

Setelah berbicara sejenak, Raden Ayu tampak berbicara pada dua orang ART. Arini yakin, pasti mereka diperintahkan untuk menemukan dirinya.

Tapi kenapa Raden Ayu tidak mengambil alih memegang Naina, kenapa Naina harus terus digenggam oleh Abi?

Arini menghela napas. Ia langsung menampakkan dirinya pada ART yang diperintahkan Raden Ayu.

"Alhamdulillah, langsung ketemu. Itu Naina sedaritadi nyariin Mbak Arini."

"Oh iya, maaf jadi merepotkan."

"Tidak apa-apa," jawab ART itu sembari melangkah menjauh.

Dengan degup menyentak di dada, Arini terpaksa menemui Raden Ayu. Dia sengaja berjalan miring, sebab posisi Abi begitu dekat dengan wanita itu.

Ya Allah, bagaimana jika Mas Abi melihatku?

"Naina, ini Mama kamu Sayang."

Belum bicara apapun, Raden Ayu sudah langsung memberitahu Naina begitu melihat Arini.

Naina berbalik dan berlari memeluk Arini yang masih menunduk.

"Mama, Naina takut ...."

Bocah itu menangis dalam dekapan Arini.

"Maafkan Mama Nak. Jangan takut, sekarang Mama sama kamu."

Naina mengangguk, dia menarik tangan Arini.

"Ma, aku kenalin sama Om Abi ya. Om Abi dari tadi bantuin aku nyanyi Mama."

Arini tak kuasa menahan tarikan pada tangannya. Ia sudah berdiri di belakang Abi.

"Om, ini Mama aku udah ketemu."

Abi berbalik. Lalu ...

***

Bersambung

Akankah Abi menyerah mencari Arini dan meninggalkan Naina begitu saja? Nantikan kelanjutannya.

Terima kasih. Jangan lupa follow, subsrcribe, koment dan tekan love pada cerbung ini ya. Terima kasih.

Utamakan baca Al-Quran

Bab terkait

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   4. Tak Mungkin Bersama

    "Arini?"Dua bola mata Abi menatap Arini lekat."Arini?"Abi mengulang panggilan, seolah tak percaya wanita yang dia cari selama bertahun-tahun kini ada di hadapannya. Tangan lelaki itu hampir saja menyentuh lengan Arini, tapi tiba-tiba ...Bruuukkk!"Astaghfirullah, Abi ... Mamamu!"Abi terhenyak, ia segera membalikkan tubuh dan begitu terkejut saat mendapati mamanya jatuh tersungkur ke lantai. Ia abaikan Arini dan berlari menolong sang ibu. Hati Arini terasa sakit. Air mata kembali mengambang di kedua pelupuk. Ia memandangi lelaki itu yang terlihat begitu khawatir akan ibunya. Ia ingin berlari, tapi ikut khawatir pada perempuan yang masih berhak ia panggil ibu mertua itu. Arini berdiri mematung di tempatnya. Sedang di kejauhan ..."Mama kenapa, Ma?"Wanita paruh baya di hadapan Abi memegang dadanya kuat. Melihat hal itu sang anak semakin kalut. "Tolong ambilkan obat di dalam tas Mama, Tante," pinta Abi pada wanita yang berjongkok di sisinya. Wanita itu segera mengambil dan menyer

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   5. Kapan Kau Mengerti

    Arini tahu akan ada dua pilihan jika mereka kembali membuka ruang untuk bicara, terluka dan tersakiti. Dua pilihan yang tak akan pernah berpihak padanya. Tapi ucapan Abi selanjutnya membuat hati wanita itu luluh."Mas mohon Dek, Mas rindu sama kamu."Perkataan itu, membuat Arini mengerjap berkali-bali. Ia berusaha mengusir sekian banyak air mata yang hendak mendesak keluar. Baru mendengar satu kali saja kata rindu dari mulut Abi, hatinya sudah patah ara. Bagaimana jika yang lain."Arini ...."Abi mendorong pintu lebih lebar. Dua netranya kini berhasil menatap Arini lekat. Sungguh, wanita itu juga dapat menyaksikan bulir bening yang membasahi mata lelaki di hadapannya, dan itu benar-benar membuat hati Arini perih."Mas sangat bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama tak saling mengetahui kabar, kini kita kembali bertemu, Arini."Arini membuang wajah."Katakan kenapa kamu pergi, Dek? Kamu membenci suamimu ini? Kamu membenci pria brengsek yang tega menyuruh seorang istri menggugurkan kandu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   6. Rasa Cemburu

    Mengenai permintaan Abi, Arini sudah beristikharah. Kini hanya menunggu kepastian dari Allah. Ketika pagi menyapa, seperti biasa Arini sudah siap memasak, beres rumah dan mencuci pakaian. Tepat pukul enam dia membangunkan Naina, dan mengajak putrinya itu untuk bersiap-siap ke sekolah.Sekolah Naina hanya berjarak 1 kilometer dari rumah, biasa mereka menaiki ojek agar dapat sampai ke tempat tersebut. Meski terlihat tenang, sebenarnya Arini berkali-kali mengecek ke luar rumah. Dia teringat akan kata-kata Abi semalam untuk datang menemui Naina pagi ini.Bukan serupa pengharapan, mungkin keingintahuan. Benarkah lelaki itu akan menepati ucapannya?Arini pasrah, saat mendapati jam sudah menunjukkan pukul tujuh tapi tak ada satu manusiapun yang sampai ke rumahnya."Yuk Nak, kita pergi."Arini mengajak sang buah hati. Tapi, kedatangan sebuah mobil membuat degup tak biasa menyentak jantung Arini."Mobil siapa itu, Ma?"Arini menatap lekat, ia tak bisa menandai mobil siapa yang kini terparkir

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   7. Pelukan Pertama

    Abi turun dari mobil, ia memutuskan untuk tidak langsung kembali. Lelaki itu duduk di kios kecil pinggiran jalan. Memesan kopi panas sekadar mengusir rasa sakit yang tiba-tiba memenuhi dada.Semenjak kecil, Abi memang terbiasa dimanja oleh orang tuanya. Setelah sepuluh tahun kelahiran sang kakak, barulah Abi kecil hadir di rahim sang mama. Hal itu membuat dia tidak hanya dimanja oleh mama ataupun papa, tapi juga oleh kakak perempuan dan kakak lelakinya.Abi anak penurut, semua keinginan keluarganya hampir tidak ada yang ia tolak untuk dilakukan. Hanya soal cinta, itupun Abi terpaksa harus diam-diam menikahi Arini. Demi menjaga perasaan sang ibu.Nikah bawah tangan, awalnya Arini menolak keinginan tersebut. Tapi karena kegigihan Abi, juga janji yang diucapkan lelaki itu, Arini luruh. "Nikah tanpa restu itu berat, Nduk. Ibu takut kamu akan menderita setelahnya."Itu adalah perkataan ibunda Arini yang tidak hanya diucapkan di hadapan sang anak gadis, juga di hadapan Abi. Selaku lelaki y

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   8. Bertemunya Dua Mata Elang

    "Naina ... Om ini adalah."Abi menghentikan ucapannya dan menatap Arini. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa tak siap. Dari pertama bertemu sampai detik ini, Naina begitu menyayangiya. Bagaimana jika gadis kecil itu tahu apa yang sudah terjadi tujuh tahun silam, akankah Naina membencinya?"Katakanlah, Mas."Abi menarik napas."Naina, Om ini adalah Papamu, Nak."Dua bola mata Naina membelalak tak percaya."Papa?""Iya, Sayang. Ini Papa.""Ma, benar apa yang dikatakan Om Abi?"Naina kini menatap Arini. Benar sedang mencari pembenaran."Iya, Sayang. Om Abi itu Papa kamu."Naina kembali menatap Abi. Lelaki itu tak lagi mengulur waktu, dengan segera ia membawa sang anak dalam dekapan. Air mata mengalir begitu saja dari kedua pelupuk mata.Sedang di samping mereka, Arini ikut menyeka dua pipinya. Tak pernah sekalipun dalam tujuh tahun ini, Arini membayangkan akan bertemu kembali dengan Abi. Dan yang tidak pula ada dalam angannya, akan ada rasa seperti ini bila mereka bertemu."Maafkan Papa, N

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   9. Senja di Wajah Arini

    "Saya minta Mas Khalif dan Mas Abi pulang, ini sudah magrib. Saya tidak mau didatangi orang satu kampung hanya karena Mas sekalian berdebat di sini! Dengan sangat memohon, saya minta agar semuanya pulang!"Abi tampak menghela napas. Jujur ia berjanji tidak akan beranjak sebelum Khalif yang terlebih dahulu meninggalkan rumah Arini. Tapi permintaan khusus yang ditujukan Arini padanya, membuat sang lelaki tak ada pilihan lain."Arini mohon, Mas Abi."Abi dengan berat mengiyakan permintaan Arini. Ia memasuki kembali mobil lalu menghilang dari pandangan.Selepas kepergian Abi,"Saya tidak paham kenapa ada lelaki seperti suamimu itu!""Maksud Mas?""Harusnya kalau dia mencintaimu, dia bertahan meski dunia membencinya."Arini terdiam."Sekarang dia seperti memakan buah simalakama, memilihmu akan menyakiti hati orang yang dia sayangi. Memilih Dinda akan menyakitimu dan Naina. Harusnya jika dia mau bertahan, dari dulu dia sudah bersikeras!"Arini merasa dadanya tertusuk kuat. Benar apa yang d

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   10. Doble Bed

    Degup Jantung Arini menyentak saat mendengar permintaan Abi. Sungguh dia ingin secara tegas menolak permintaan lelaki itu. Namun lagi-lagi, pertanyaan Naina berikutnya membuat hati wanita itu kembali terenyuh."Ma, bisa nggak ya Allah menghentikan waktu?"Arini mendelik, dia membawa Naina dalam pangkuan."Tentu bisa jika Allah sudah berhendak, Nak. Tapi kenapa Naina pengen Allah menghentikan waktu?"Gadis kecil di hadapan Arini tersenyum malu."Soalnya Naina takut kalau udah malam, Papa bakalan pergi lagi, Ma?"Pandangan Arini kembali terlempar pada Abi. Ada yang membuat dadanya terasa nyeri. Ya Allah, bagaimana jika nanti mereka benar akan berpisah? "Papa nggak akan tinggalin kamu, Nak. Malam ini kita akan menginap di hotel. Iyakan, Ma?"Arini menarik napas berat saat Abi melempar pertanyaannya. Mengapa situasi selalu tak berpihak pada. Arini terpaksa mengiyakan demi kebahagiaan Naina."Iya, Sayang.""Hore asyik."Naina bersorak gembira, demikian dengan Abi. Lelaki itupun diam-diam

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   11. Pertemuan dan Perpisahan

    "Tidak Mas, jangan sentuh saya."Bulir air mata berderai dari sudut mata Arini. Abi yang menyaksikan merasa begitu terluka."Jangan menangis, Arini.""Jangan sentuh saya, Mas.""Tapi Mas rindu sama kamu. Tujuh tahun Mas menanti, apa salah ketika bertemu Mas menginginkannya.""Saya ingin kita berpisah, Mas.""Kamu ingin Naina terluka?""Bukankah ia sudah terluka semenjak dahulu?""Tapi kita bisa memperbaikinya.""Bukan kita, Mas. Tapi kamu saja!""Baik, benar Mas yang salah. Maka itu ijinkan Mas memperbaiki semuanya. Mas ingin membahagiakan kamu dan Naina."Abi terlihat begitu memohon."Bagaimana jika Mama tetap tak merestui, Mas? Bukankah sejak dahulu kamu ingin menjadi anak yang berbakti?""Mas sudah pernah menuruti keinginan, Mama. Sekarang Mas ikhlas menjadi durhaka asalkan bisa bertanggung jawab padamu dan Naina."Arini memejamkan matanya, jujur ia bahagia mendengar ketegasan itu akhirnya keluar dari mulut Abi. Tapi entah kenapa ia masih saja merasa takut.Sebuah kecupan diberikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01

Bab terbaru

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   31. Ekstra Part

    Tiga bulan kemudian ...Arini tersentak dari tidur, dia merasa ranjang tempat ia berbaring sudah basah oleh cairan. Arini segera bangkit untuk mengecek. Ia berdiri, namun sesuatu seperti meletus dari jalan lahir wanita itu.Astaghfirullah, Arini begitu ketakutan saat tahu jika yang keluar tersebut adalah air ketuban. Dengan bersegera ia membangunkan sang suami."Mas bangun, Mas."Abi yang baru saja tertidur sekitar dua jam karena baru pulang dari klinik terlihat berat membuka mata."Ada apa, Sayang?"Abi masih berbicara dengan tenang. Tapi tidak dengan Arini."Mas, pecah ketuban?"Mendengar ucapan sang istri, Abi tersentak hebat, ia bangkit hingga ke posisi duduk."Mana coba Mas lihat?"Arini menunjuk lantai yang sudah basah oleh cairan ketubannya."Astaghfirullah, kita ke rumah sakit sekarang? Kamu duduk dulu, jangan banyak bergerak. Biar Mas beresin baju-baju sama perlengkapan bayi."Abi membantu Arini duduk, dia segera mengganti pakaian dan setelah itu memilihkan pakaian ganti untu

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   30. Rindu Sepasang Pengantin

    Acara telah usai, Arini kembali ke kamar setelah sekian lama menyambut tamu hingga kakinya terasa pegal. Wanita itu memilih merebahkan diri di atas ranjang. Sepertinya bayi kecil yang berada di dalam rahimnya tidak suka jika dia terlalu lama berdiri. Semenjak tadi siang sampai detik ini, sang bayi tidak berhenti menendang. Jika sudah begini, tak ada lain obatnya selain jemari sang papa yang bertugas mengusap-usap perut.Arini menghela napas, ingin menyuruh ART untuk memanggil Abi. Tapi rasa segan menuntunnya untuk menunda keinginan itu. Sekitar lima belas menit berlalu, Arini sudah bangkit, duduk, tidur, tapi rahimnya masih tak tenang. Sang bayi masih tak mau berhenti berputar dan menendang. Tiba-tiba terdengar pintu terbuka. Wajah Arini seketika berbinar. Dalam bayangan pasti itu Abi. Tapi ternyata ..."Ma ...."Arini menarik napas berat, ternyata Naina?"Masuk Sayang, ada apa?"Naina melangkah menuju ranjang tempat sang ibu duduk. Lalu dia naik menyeimbangkan duduk dengan sang i

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   29. Lamaran Khalid

    Dinda menenggelamkan diri dalam rangkulan sang kakak. Air mata tak henti membanjiri wajah. Raden Ayu sampai tak tahu harus berbuat apa. Sama seperti Adinda, hatinya pun sakit.Ia mengusap kepala sang adik dengan penuh kelembutan. Mencoba menenangkan Dinda yang tampak begitu terpukul atas kejadian yang menimpanya tersebut.Sedang di hadapan mereka, Raden Mas Arya tampak berapi-api."Dimana rumahnya? Berapa nomor handphonenya? Mas akan kasih pelajaran bedebah itu, biar dia sadar akan apa yang sudah dia lakukan sama kamu!""Sudah Mas, kita jangan gegabah. Kita harus bisa menyikapi masalah ini dengan tenang.""Mas tidak bisa tenang, sebelum dia bertanggung jawab atas perbuatannya, Ma. Jika dia berusaha melarikan diri, meja hijau yang akan membuatnya sadar.""Tenang dulu, Mas. Biarkan Dinda yang bicara langsung sama Aryan."Dinda menatap sang kakak dengan tatapan perih."Mas Aryan udah menghubungi Dinda, Mbak.""Lalu apa katanya?"Arya dengan segera memotong pembicaraan Dinda."Mas Aryan a

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   28. Merasa Terhina

    "Kamu mau 'kan Nak memaafkan Nenek?"Naina yang bersembunyi di balik tubuh Fatimah perlahan menarik tubuhnya keluar. Tanpa dipinta, ia seketika memeluk tubuh Neneknya."Nenek ...," ucapnya yang menbuat sang nenek merasa begitu terharu.Anya ikut mendekat, ia memegang ibundanya agar tetap seimbang dalam berdiri."Masya Allah, cucu shalihah Nenek, Mama dan Papamu pasti sangat bangga punya anak secantik dan seshalihah ini."Sang nenek mengecup kedua pipi Naina. Lalu beliau mengajak cucunya itu untuk berjalan mendekati ranjang Abi. Dua mata bocah itu tertuju pada ayah yang sudah siap dengan senyuman tģerindahnya."Papa ...."Naina berlari memeluk papanya. Abi pun membalas pelukan sang anak dengan begitu erat, tak hanya itu. Berkali-kali lelaki tersebut mengecup pucuk kepala Naina. Berhari-hari berada di alam bawah sadar, ketika membuka mata. Rindu pada orang terkasih terasa begitu berat."Papa kangen banget sama Naina.""Naina juga kangen sama Papa. Jangan sakit lagi ya, Pa. Naina takut."

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   27. Pertemuan Penuh Haru

    "Mama? Mbak Anya?"Tatapan mereka bertemu tanpa kata.Arini begitu terhenyak dengan apa yang kini ia saksikan. Bukankah tadi pagi bahkan dia sempat menelpon kakak ipar tersebut. Dimana tanggapan buruk diberikan sang kakak ipar untuknya. Tapi sekarang?Antara bahagia dan takut. Mungkinkah kedatangan mereka justru membawa maksud tak baik? Akankah ibu mertua memintanya malam ini juga untuk mengangkat kaki dari ruangan itu?Sejenak hati dipenuhi oleh sekian banyak pertanyaan, hingga akhirnya perkataan yang keluar dari bibir Anya, meluruhlah semua praduga buruk akan ibu mertua dan kakak ipar."Kamu datang dengan maksud baik, Arini. Apa kamu mengijinkan kami masuk?"Dua bola mata Arini basah, ia begitu bahagia sekaligus terharu dengan maksud kedatangan ibu mertua dan kakak iparnya. Wanita itu mencoba melangkah lebih dekat. Lalu seketika ia memeluk tubuh sang mama. Pelukan Pertama seorang menantu pada ibu mertua. Arini merindukan hal ini semenjak tujuh tahun yang lalu.Terlihat begitu terla

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   26. Kehancuran Dinda

    "Maafkan saya Mbak, saya butuh uang."Anya semakin tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Lalu apa hubungannya sama Dinda?"Gio terdiam sejenak, berbagai perasaan campur aduk menerpa jiwanya. Ingin memilih jujur, lalu bagaimana jika Dinda marah setelah nanti tahu."Katakan Gio, apa hubungan Dinda dengan surat itu?"Sesaat suasana benar-benar hening. Tapi detik berikutnya,"Mbak Adinda meminta saya untuk menulis surat itu lalu menyerahkannya sama Mbak Anya, sebab beliau ingin kalian saling salah paham satu sama lain.""Tapi kenapa?"Gio menggigit bibir penuh khawatir, dia mulai merasa tersudut atas kekujurannya itu."Em ... Karena, karena Mbak Dinda tidak terima dengan keputusan Mas Abi yang sudah memutuskan pertunangan mereka dengan sepihak."Anya menarik napas berat."Selain surat itu, apalagi yang sudah kamu lakukan?""Tapi tolong Mbak, jangan ceritakan apapun pada Mbak Dinda. Saya takut dia akan menuntut saya apalagi setelah saya menerima semua uang yang dia serahkan."

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   25. Pengakuan Gio

    Raden Ayu tengah sibuk mengawasi setiap guru yang mengajar di Yayasan yang ia pimpin. Dua hari kemarin, salah satu guru yang ia percayai untuk menggantikan posisi Arini menjadi ketua pelaksana wisuda tahun ini ditemukan melarikan diri, dengan membawa sejumlah uang yang sudah dikumpulkan oleh wali murid ke rekening milik pribadinya.Entah kenapa ia sebegitu percaya pada wanita itu seperti dahulu mempercayai Arini. Padahal jelas, tidak ada Arini kedua yang ia kenal di dunia ini.Raden Ayu menarik napas berat, ternyata mencari orang yang bisa dipercaya bukanlah hal mudah. Bertahun-tahun Arini bekerja padanya, mulai dari mengelola keuangan Yayasan bahkan tak jarang Ayu kadang meminta wanita itu membuat rincian pengeluaran bulanan rumah tangganya. Tak sekalipun ia menemukan Arini berbuat curang.Semestinya ia tidak membenci Arini, bukankah pertemuannya dengan Abi juga terjadi tanpa ketersengajaan?Semua itu murni skenario Allah.Tapi, kenapa ia justru membenci keduanya?Dan yang paling men

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   24. Kemalangan Penyebar Fitnah

    "Mas Khalif?"Lelaki di hadapan Arini menyunggingkan selarik senyuman."Bisa kita bicara?"Arini menghela napas, lalu memberi kesempatan untuk lelaki itu berbicara dengannya.*"Jadi sudah lima belas hari koma?"Khalif bertanya tak percaya."Iya, Mas.""Saya memang tak tahu banyak tentang dunia kedokteran, tapi saya yakin Abi pasti akan segera bangun."Arini menyambut perkataan itu dengan senyuman."Mas tahu darimana jika Mas Abi masuk rumah sakit?""Adinda yang ngabari.""Dinda?""Iya benar. Oya, mumpung sudah di sini, boleh nggak ketemu Naina?"Arini terdiam sejenak, sebenarnya ia ingin memperjelas dari mana Dinda bisa tahu jika Abi masuk rumah sakit, tapi ajakan Khalif untuk menemui Naina membuat keinginan itu sedikit teredam.Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah Naina. Masih ada lima belas menit lagi sebelum pulang, Khalif mengajak Arini duduk menikmati ketoprak yang ada di depan pekarangan sekolah."Mbak Dinda kok bisa tahu ya jika Mas Abi dirawat?"Akhirnya ada j

  • Putri Yang Kau Suruh Gugurkan   23. Tak Sesempurna Impian

    "Saya ingin mengundurkan diri, Pak."Dua bola Maya Khalid membelalak."Kenapa berhenti, kamu tersinggung soal kemarin?""Nggak Pak, sama sekali bukan sebab kemarin. Ini masalah suami Pak. Suami saya berencana membangun usaha, tapi jika saya juga bekerja, maka anak kami tidak ada tempat untuk saya titipkan."Khalid berpikir sejenak, tapi dia tak mungkin mengubah peraturan untuk memperbolehkan guru membawa anak ke sekolah. Tentu jika ia mengijinkan Arini, akan banyak tenaga pengajar lain yang berlaku demikian.Khalid menarik napas."Oke, jika itu yang kamu inginkan. Silahkan. Tapi tidak ada pesangon karena kamu hanya bekerja dua hari.""Tidak apa, Pak. Terima kasih untuk kesempatan terbaik ini. Permisi Pak."Arini membalikkan badan. Lalu dengan cepat dia kembali ke rumah. Sementara masih di ruangannya, Khalid tampak menghubungi seseorang.[Hallo, Din][Hallo, Mas Khalid.][Arini mengundurkan dirinya, Din][Mengundurkan diri? Kenapa, Mas?][Dia bilang suaminya mau membuka usaha.][Usaha

DMCA.com Protection Status