Share

Chapter 139

Penulis: Mia006
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-13 21:44:52

Marren tersentak dari tidurnya, ia memindai ruangan tempatnya terbaring.

Sebuah kamar yang serba putih dan bersih. Akan tetapi Marren memastikan ia tidak sedang berada di sebuah kamar rumah sakit.

Karena tak ada fasilitas medis apa pun di sana. Hanya ranjang tempatnya berbaring, sofa panjang dan meja. Bahkan jendela kamat pun tidak ada.

'Oh, ini di mana? Kamar ini bukan di rumah sakit. Walau bersih, tapi masih terasa bau debu dan apek. Ya Tuhan, ini di mana?

Dan siapa orang-orang yang menculik saya? Apakah mereka orang-orang suruhan Arsan?' pikir Marren dalam hatinya.

'Tak ada petunjuk apa pun di sini. Tentu saja! Orang-orang itu terlihat orang-orang profesional. Jadi, sebisa mungkin mereka tak akan mengungkapkan identitas pelaku dengan mudahnya 'kan?' hela Marren dalam benaknya menjawab segala kerisauan dan pertanyaan yang terus mendera benaknya.

Saat pikiran Marren berkecamuk tak menentu, tiba-tiba pintu terbuka dan memperdengarkan pembicaraan dua orang pria dan wanita dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Posesif My Husband    Chapter 140

    "Lani! Hentikan!" sergah Black menghardik seraya menghambur ke hadapan Lani untuk menghalangi upaya Lani yang ingin menyerang Marren. Tuan Black segera berupaya mencegah perbuaten Lani yang hendak menyakiti Marren atau bahkan membunuhnya. Lalu serta merta, pria berbadan kekar itu memerintahkan pengawal yang menjaga Lani membawa puterinya untuk keluar dari ruangan tersebut. "TIDAK PAPAAAA! JANGAN HALANGI AKU!"Pekikan Lani meraung keras dan mencoba berontak dari dekapan papanya. Akan tetapi Lani begitu bersikeras tak ingin meninggalkan ruangan Kini dengan ancaman kemarahan papanya, Lani dipaksa duduk dengan tangan tetap dalam genggaman pengawal. "Lihat Bahkan Papa pun membentakku gara-gara dia. Papa lebih membela dia daripada aku, anakmu sendiri?" keluh Lani dengan lemah dan mulai berurai air mata. "Kau tahu Papa tidak seperti itu, Sayang. Papa minta kau tetap tenang sampai semua permasalahan ini diketahui dengan jelas duduk perkaranya. Papa hanya ingin tahu kebenarannya sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Posesif My Husband    Chapter 141

    Marren menjerit takut bukan kepalang, ia menatap beberapa orang di hadapannya tergeletak bergelimpangan dengan darah terciprat di mana-mana akibat tembakan dari beberapa arah. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" pekik Marren seraya berural air mata."Tolong! Ya, Tuhan, tolonglah saya, tolong....!" Imbuhnya dengan wajah ketakutan dan berusaha bangkit. Wanita itu kembali bersembunyi di balik kamar dengan tergopoh-gopoh, ia hanya bisa menangis menahan sakit dan ketakutan yang luar biasa dengan semua yang terpampang di hadapannya. "Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba tiba ada peperangan seperti itu? Ya Tuhan.... Mommy, Arsan, apa saya akan mati? Saya akan mati! Oh sayang" ujar Marren mengelus perutnya yang membuncit."Arsam Anak kita," lirih Marren yang lelah berputus asa.Marren semakin terisak ketakutan dan terus berdo'a dalam hati. Dengan sekuat tenaga ia mendorong pintu kamar dan menutupnya. Namun, alangkah terkejutnya saat is melihat sebuah sepatu panto

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Posesif My Husband    Chapter 142

    Letusan panjang, itu membuat Black terkapar menimpa Arsan dan cipratan darah itu memercik pada wajah Arsan.Dengan wajah terkejut dan heran Arsan menatap seseorang yang berlarian mendekat padanya dengan langkah terburu buru. Arsan bangkit setelah meletakkan jenazah Black di hadapannya dengan hati-hati. "Untungnya saya dalang tepat waktu. Jika tidak, saya tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Tuan Muda. Orang seperti dia memang pantas mati seperti ini," sahut pria tampan itu yang berusia tak lebih muda dari Arsan dengan wajah yang selalu tampak tersenyum. "Jack? Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa sampai kemari? Apa Kakek yang mengirimmu?" cecar Arsan dengan pandangan tajam, seraya berjalan cepat menuju dalam gedung di mana Marren menunggu. "Sebaiknya Tuan Muda segera membawa Nyonya dan Tuan Arland ke rumah sakit. Jangan khawatirkan keadaan di sini, Tuan Muda. Sisanya biar kami yang mengurusnya," ucap Jack seraya mengangkat tangannya kepada beberapa pria ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Posesif My Husband    Chapter 143

    "Marren? Sayang?" panggil Arsan dengan tatapan bingung."Dokter? Ada apa dengan istri saya?" imbuhnya pada dokter wanita paruh baya itu yang kini berada di belakangnya. "Walau sangat lemah, kondisi istri Tuan sudah jauh lebih stabil daripada saat operasi dan ini akan baik-baik saja. Beliau sedang tertidur karena pengaruh obat bius yang masih tersisa. Tidak apa-apa, Tuan, Anda jangan khawatir. Justru yang saya khawatirkan adalah si kembar," papar Dokter itu dengan tatapan simpati. "Ada apa dengan anak anak saya, Dokter?" sahut Arsan dengan sikap waswas. "Saya melihat kondisi keduanya sepertinya mereka terlahir lebih cepat. dari yang seharusnya? Apa itu benar?" tanya dokter itu dengan wajah simpati dan penuh perhatian. Pertanyaan itu sukses membuat Arsan terenyak untuk sesaat, karena ia tak tahu menahu masalah kehamilan Marren sejak Marren meninggalkannya. Dan seberkas keraguan siapa ayah dari anak-anak itu membuat Arsan berkaca kaca tanpa bisa menjawab. "Baiklah, mungkin ada s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Posesif My Husband    Chapter 144

    Dengan menahan wajah masam dan kesal, Marren menarik cincin dari jari manis Arsan. "Kamu mau apa, Marren?" sela Arsan terkejut, namun membiarkan Marren melakukan apa pun yang sedang ia lakukan. Marren memakaikan cincin Arsan di jari manisnya sendiri, namun benda berbentuk lingkaran emas itu hanya sampai di pertengahan jari Marren."Kamu lihat, kan? Cincinmu dulu yang lebih besar dari Saya saja tak muat di jari ini. Apalagi cincin Saya, Arsan? Itulah kenapa saya tak memakainya lagi sejak 4 bulan yang lalu. Karena tidak bisa. Karena entah bagaimana jari-jemari Saya jadi semakin segemuk ini," sungutnya kesal dan segera mengembalikan cincin itu pada Arsan. Arsan menerima cincin itu dengan terkekeh. "Jadi?" sambung Arsan masih menyisakan tawanya seraya menatap Marren yang masih terlihat kesal. "Ya, begitulah Kamu tak lihat Saya jadi segemuk ini? Dan, Saya juga tak paham, selama mengandung Saya benar-benar seperti orang tak waras. Makan yang tak pernah kenyang, apa saja Saya makan. O

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Posesif My Husband    Chapter 145

    Marren memeluk Madya dengan berurai air mata. Madya balas menciumi putri semata wayangnya dengan perasaan bersyukur dan penuh haru. Demikian halnya Kakek Ryzadrd memeluk Arsan dan Arland secara bergantian. Suasana yang sempat canggung karena pembicaraan yang mereka lakukan sebelumnya langsung cair karena tangis bayi yang ada dalam salah satu keranjang. Belum sempat mereka berkomentar si kecil satu lagi pun ikut menangis. Seolah ia mendengar panggilan suara kakaknya. Berdua mereka saling bersahutan. Keheningan pun berubah menjadi ramai dan panik karena tak ada satu pun yang berani menggendong bayi mungil tersebut selain Madya. Tetapi tetap saja karena kondisi mereka yang belum stabil mereka harus memanggil suster jaga untuk membantu proses menyusui. Madya tak mau mengambil risiko untuk menggendong bayi itu tanpa persetujuan dokter. Akhirnya setelah keduanya selesai disusui dan kembali tenang, kini mereka pun menjadi lebih lega dan saling berbicara layaknya keluarga normal, tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Posesif My Husband    Chapter 146

    Marren segera menghapus pesan-pesan yang la kirimkan untuk Arsan dan Arland dari ponsel ibunya.la tak ingin ibunya membaca dan menjadi khawatir dengan apa yang telah terjadi. Tak berapa lama kemudian Arsan muncul di balik pintu dan memasuki ruangan dengan perlahan karena melihat anak-anaknya dan Madya yang kembali terlelap. Hanya Marren yang masih terjaga dengan gelisah, Arsan segera meraih Marren dalam pelukannya. "Jangan takut, sudah jangan khawatir. Orang orang kepercayaan Saya sudah berjaga di depan. Saya jamin mereka juga tak akan kembali lagi. Sudah, ya," bisik Arsan di telinga Marren lalu mengecup pelipis Marren dalam-dalam. "Siapa mereka, Arsan? Kenapa mereka berani sekali datang, padahal jelas-jelas ada Saya, Mommy dan juga kamu? Tapi, entah bagaimana sepertinya mereka tahu kamu sedang tak ada bersama kami," sahut Marren dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Siapa pun mereka, kita akan tahu nanti. Yang penting sekarang kalian semua aman," bisik Arsan merapatkan pelukanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Posesif My Husband    Chapter 147

    "Itu... Itu darah Marren, Mom Kemarin Arsan yang menggendong Marren sampai ke dalam kamar operasi dan Marren sempat mengalami pendarahan, Mom,'' sela Marren mengambil alih situasi. Karena melihat Arsan yang tampak tak siap dengan pertanyaan Madya. "Ya, Tuhan. Pantas saja. Syukurlah semua sudah baik-baik saja sekarang. Oh, iya Arsan, sepertinya kamu tidak tidur dari semalam, seharusnya kamu beristirahat, Nak,"Tegur Madya dengan sayang pada Arsan yang kini duduk mendekat di tepian tempat tidur Marren."Arsan sudah beristirahat di kamar Arland, Mom. Jadi, tidak apa-apa," jawab Arsan dengan senyum mengembang."Oh, iya, Arsan sudah bicara dengan dokter, Mom, besok kita sudah bisa pulang dan membawa anak-anak serta Arsan akan menyediakan kotak inkubator di rumah sesuai arahan dokter, karena melihat perkembangan si kembar yang jauh lebih baik dari yang diperkirakan, jadi mereka mengizinkan kita pulang membawa anak-anak," papar Arsan membuat Marren dan Madya sangat senang. "Baguslah kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25

Bab terbaru

  • Posesif My Husband    Chapter 161

    Marren mendorong Arsan dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya. "Ada apa, Arsan? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kamu mengucapkan itu? Apa maksudmu, tiba-tiba seperti ini?" cecar Marren tercekat tak percaya. Wanita cantik itu menatap Arsan dengan tatapan mata berkaca-kaca.Melihat Arsan hanya terdiam membisu, Marren mengangguk paham."Apa ini ya.... Saya telah melarikan diri bersama Arland waktu itu? Jadi kamu tak percaya..." "Marren, Sayang...." sela Arsan yang kini bersimpuh di kaki Marren dan memeluk lututnya dan menghentikan ucapan Marren yang kini terpaku diam menatap Arsan yang ada di lututnya. "Dosa Ryzadrd terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Saya terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa Saya banggakan dan saya persembahkan untukmu, Marren. Saya bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa." Buliran a

  • Posesif My Husband    Chapter 160

    "Sayang, apa kamu sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Marren sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Vano, perut wanita itu terlihat sedikit buncit. Arsan menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya. "Sarah? Kamu sudah selesai berbicara dengan Marren?" tanya Vani menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu."Perkenalkan, Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda....""Arsan, Tuan Muda Arsan, suami Marren.""Salam kenal, Tuan Muda Arsan, saya Sarah, istri Tuan Vano ini, pemilik restoran yang punya banyak cabang di beberapa mall di kota-kota besar di Indonesia," sela Sarah memotong ucapan Vano dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Arsan. Ucapan Sarah, membuat Vano jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadap

  • Posesif My Husband    Chapter 159

    "Bagaimana, Brian?" tanya Arsan setelah dokter Brian memeriksa kondisi Kakek Ryzadrd. Dokter Brian memegang gagang kacamatanya dengan gelisah dan mendesah perlahan."Arsan, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu," ungkap dokter Brian dengan tatapan penuh simpati. "Kenapa tidak pasti?" sela Arland kepada Brian menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Ryzadrd yang mengering. "Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin cepat turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat," jawab Brian yang membuat Arland terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Pria itu terlihat sangat stres. "Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan apa pun yang terjadi," lanjut Brian dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Arsan itu menghela napas deng

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Mendengar ucapan Arsan yang terbata-bata, Arland tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Marren dan Madya menatapnya dengan tatapan heran."Ada apa, Arland? Apa yang sebenarnya terjadi?" tegur Madya yang langsung membuat Arland menghentikan gelak tawanya. Lalu dengan menyisakan tawanya, akhirnya Arland mengakui, bahwa dia sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Arsan marah dan bangun."Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja, Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Marren," papar Arland yang membuat Marren dan Madya menangis terharu. Marren kembali memeluk dan menciumi tangan Arsan. Sementara Arsan menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja. "Awas... kau... Arland...." ancam Arsan dengan suara berat, namun lagi lagi Arland mengendikan bahunya dengan acuh. "Bangun dengan benar lebih dulu, baru kau bisa mengancamku," ledek Arland dengan wajah senang.🥀🥀🥀Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Arsan diperbolehk

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Hari itu suasana ruang tunggu ICCU terlihat lengang dan penuh kesedihan. Karena saat mereka sampai di sana, kamar Arsan sedang di penuhi oleh para dokter dan perawat yang sedang mengupayakan keselamatan Arsan dari berhentinya detak jantung pria tampan itu. Dalam sehari sepeninggal Marren, sudah dua kali jantung Arsan berhenti berdetak hingga harus mendapatkan serangkai penyelamatan dari para dokter, seperti yang sedang dilakukan saat ini. "Ya, Tuhan, Saya mohon selamatkanlah Arsan, selamatkanlah suami Saya. Saya dan anak-anak masih sangat membutuhkannya. Izinkanlah Arsan sembuh dan hidup bersama anak-anaknya, karena itu adalah impiannya sejak dulu. Ya, Tuhan, Saya mohon kepada-Mu," doa Marren dalam hati seraya menahan isaknya. Marren terus menatap kaca transparan yang kini tertutup oleh korden tebal berwarna putih agar mereka tak melihat apa yang telah terjadi di dalam ruangan tersebut. Marren menguatkan hatinya seraya meletakkan tangan bersandarkan kaca itu. Sementara Masya t

  • Posesif My Husband    chapter 156

    Arland meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya rapat rapat tanpa tahu jari-jemari Arsan mulai bergerak walau hanya sesaat. Hingga rombongan Arland dan Marren meninggalkan rumah sakit itu demi membawa Marren pulang setelah ia berbicara dengan Dokter pengawas Arsan dan menyerahkan nomor ponsel Arland jika ada perkembangan kondisi Arsan. Sesampainya di rumah, Marren menangis tersedu dalam pelukan Ibunya dan Arland menegaskan Marren harus makan dan beristirahat. Mengabaikan semua itu Marren menatap kedua bayinya yang terlelap dalam keranjang bayi. Marren meneteskan air mata menatap si kembar dengan lemah terkulai di ranjang. Madya menahan isaknya saat melihat Marren yang begitu pucat dan seolah kehilangan semangat dalam hidupnya. "Sayang, makanlah dan beristirahatlah barang sejenak. Kamu harus sehat demi anak-anak. Mommy akan siapkan makanan untukmu dan kamu harus makan," bujuk Madya seraya membelai rambut Marren yang tergerai berantakan di pundak. "Kamu juga harus makan, Arl

  • Posesif My Husband    Chapter 155

    Marren menatap sosok Arsan yang berbaring lemah tak berdaya di hadapannya. Kini ia harus kuat menghadapi kenyataan yang ada.Wanita cantik itu hanya terdiam membeku dan menatap satu persatu alat yang terpasang di sekitar tubuh Arsan dengan selang atau pun kabel yang berakhir di badan Arsan. Sebuah selang pun melekat di dalam mulut Arsan yang sedikit terbuka. Dengan tangan gemetar hebat, Marren memegang punggung tangan awan yang diam tak bergerak. Tangan yang dulu selalu kokoh menggenggamnya itu, kini terkulai lemah dengan selang infus tertancap di sana Marren menggenggam ringan tangan dan jari-jemari Arsan.Marren menciumnya tanpa mengatakan apa pun. Seraya memandang wajah Arsan yang terlelap, Marren memeluk tangan itu meletakkannya pada pipinya. "Syukurlah, Nyonya terlihat tenang dan baik-baik saja sejak siuman tadi. Nyonya, sepertinya sudah menerima keadaan Tuan Muda," ujar Naura memecah kesunyian. la menatap Marren melalui kaca transparan di balik ruangan itu bersama Arland.

  • Posesif My Husband    Chapter 154

    "Arsan!" pekik Marren dengan bangun tersentak kaget. Hal itu membuat Naura segera menghambur ke hadapan Marren. "Nyonya? Anda sudah siuman? Syukurlah," sahut Naura dengan wajah senang namun tak bisa menutupi wajah sedihnya Wajahnya terlihat sangat sembab karena terlalu banyak menangis. "Nau, apa yang terjadi? Ini di mana?" tanya Marren kebingungan seraya melihat ke sekelilingnya, la terbangun di sebuah kamar serba putih dan di kelilingi oleh kelambu dengan warna yang sama. "Anda pingsan. Nyonya. Sekarang sedang di UGD. Tadi Tuan Arland yang membawa Anda kemari," papar Naura dengan tatapan berkaca-kaca.Mendengar penjelasan Naura, Marren melompat dari ranjang dengan tergesa gesa."Di mana Arsan? Di mana, suami saya?" pekik marry kebingungan dan panik. Naura memeluk Marren dengan cepat dan menangis tersedu-sedu."Nyonya, harus tenang. Anda baru sadar. Sebaiknya pelan-pelan dulu," cegah Naura dengan bingung dan penuh kekhawatiran."Saya ingin melihat kondisi Arsan. Apa ada perkembang

  • Posesif My Husband    Chapter 153

    Marren diam termangu di depan ruang tunggu kamar operasi. Saat ini la hanya bisa diam tanpa bisa menangis karena sudah terlalu lelah menangis.la merasakan kedua matanya yang terasa bengkak dan perih akibat terlalu banyak menangis. "Ya, Tuhan, Arsan... Kita baru saja bertemu kembali setelah berbulan-bulan lamanya terpisah karena kesalahan Saya. Tetapi, sekarang kamu malah seperti ini. Kita baru saja bertemu dan bahagia, Arsan. Saya mohon, bertahanlah dan jangan tinggalkan Saya dan anak anak kita," gumam Marren berdoa di dalam hatinya. Sebulir air mata bening meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya, la tak bisa menahan buliran demi buliran air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya. Saat itu ia hanya di temani oleh Naura, karena Madya harus menenangkan kedua cucunya dengan asi Marren dan susu formula yang telah disiapkan khusus untuk keduanya. Apalagi kini Marren sedang menghadapi sebuah musibah dengan tertembaknya Arsan oleh sang kakek demi melindungi dirinya. Nau

DMCA.com Protection Status