Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir

Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir

By:  Yuli F. Riyadi  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings
7Chapters
132views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Setelah bertahun-tahun terjebak dalam hubungan kakak-adik zone, akhirnya Ola berhasil mendapatkan hati Bumi—salah satu anak asuh Daniel, papinya. Hanya saja Ola harus terima syarat dari Bumi untuk merahasiakan hubungan mereka. Lantaran Bumi takut mengecewakan Daniel. Masalah muncul ketika tiba-tiba Daniel berniat mencarikan Bumi jodoh. Kabar itu jelas membuat Ola uring-uringan. "Kak Bumi itu punya kurap dan panu di bokongnya. Mbak yakin mau dijodohin sama dia?"

View More
Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Dinila Ikhsan
yeey.. Sdh launching bumi-ola karya baru author Yuli. SEMANGAT Thor!!! semoga gak kalah seruuu ceritanya sama Ka-jav.
2024-09-18 23:30:19
1
user avatar
Anies
akhirnya yang di tunggu² datang juga.. welcome Bumi-Ola sukses untuk karya barunya kak Yuli author kesayangan
2024-09-17 16:27:50
1
user avatar
Yuli Maulana
Akhir nya Ola dan bumi menemani...
2024-09-17 15:17:23
1
7 Chapters

1. Bumi

"Sepi banget. Orang-orang pada ke mana?" Kepala gadis bermata bulat legam itu celingukan mencari orang-orang yang biasa berkumpul di kantin fakultas. Biasanya jam makan siang begini, dirinya tidak akan pernah bisa mendapat kursi. Hari ini keajaiban sekali gadis itu bisa memilih meja. "Ola!" Teriakan itu membuat gadis dengan rambut cokelat lurus itu menggoyangkan kepala. Dia melihat langkah tergopoh gadis berkucir kuda mendekatinya. Yara, teman satu kelasnya itu datang dengan setumpuk buku dan langsung menghempaskan bokong di kursi sebelahnya. Seperti dirinya, Yara pun bingung melihat keadaan kantin yang lengang. "Ini serius? Mana penghuninya?" tanyanya begitu duduk di hadapan gadis yang dia panggil Ola. "Gue juga lagi bingung. Tapi malah enak kan? Kita bisa bebas pesan tanpa antri." Ola berdiri. "Lo mau pesen apa? Gue traktir, mumpung gue baru dapat kiriman uang jajan tambahan dari Mas Gyan." "Hm, pantes aja langsung lari ke salon." Ola mengulum senyum sambil merapikan rambut c
Read more

2. Mr. Stiff

"Kamu lapar?" "Nggak!" Terhitung sudah ketiga kalinya Bumi bertanya selama perjalanan menuju Jakarta. Dan jawaban Ola tetap sama. Pria itu tahu tidak sih kalau Ola sedang di ujung kekesalan? Melihat muka lempeng Bumi yang seperti tidak peduli dengan kekesalannya, membuat gadis 20 tahun itu makin jengkel. Saat ini keduanya sedang berada di rest area. Beberapa menit lalu Bumi kembali masuk mobil setelah pergi ke toilet, sementara Ola menunggu dengan wajah terlipat. "Minuman kamu," ujar pria itu sambil menaruh satu botol air mineral ke cup holder di sisi Ola. Sementara dirinya sibuk membuka segel botol minuman lainnya. Hampir-hampir Ola memaki ketika melihat minumannya masih tersegel dan pria itu tampak tidak berniat membukanya untuk dirinya. Namun ketika kata makiannya sudah di ujung lidah, botol air minum yang tiba-tiba Bumi sodorkan padanya membuat Ola serta-merta menelan kembali niatnya memaki. Dengan wajah cemberut, gadis itu menerima minuman yang segelnya sudah Bumi buka itu.
Read more

3. Bussines Dinner.

Dugaan Ola benar. Makan malam itu bukan hanya sekedar bussines dinner. Lebih dari itu Ola mendapat kenalan baru, putra pemilik salah satu perusahaan waralaba retail terbesar di negara ini. Sepanjang makan malam Ola terus memasang senyum palsu tiap kali dirinya diajak bicara. Berbeda dengan Bumi yang tampak sopan dan terlihat ramah. Pria itu benar-benar sangat berdedikasi menyenangkan orang tua asuhnya. Bertingkah menjadi sosok kakak terbaik bagi Ola, dan anak pintar bagi Daniel dan Delotta. Untuk sampai di meja ini, Ola sukses membuat pria itu kesal beberapa jam lalu. Dia bermalas-malasan ketika Bumi menyuruhnya bersiap. Sore tadi, begitu sampai ibukota, pria itu membawanya langsung ke butik langganan keluarga. Di saat Bumi sudah rapi dengan pakaian semi formalnya, Ola malah masih bersantai duduk di sofa, main gadget."Ola, waktu kita nggak banyak," ujar Bumi masih bersikap sabar. Namun hanya dibalas lirikan singkat gadis itu. Bumi menarik napas panjang. "Aku pastikan kamu nggak bol
Read more

4. Menguntit

"Om Daniel, bolehkah besok saya ajak Ola jalan keluar?" "Tentu saja boleh. Besok Ola masih di Jakarta kok. Sorenya baru dia balik lagi ke Bandung.""Kalau begitu biar sekalian saya antar Ola ke Bandung. Saya kebetulan ada rencana survei salah satu perguruan tinggi di sana." Ola jelas keberatan, tapi dengan menyebalkan sang papi malah mengizinkan Rean mengajaknya jalan. Alhasil, Minggu dia harus bangun pagi karena dari pukul sembilan Rean sudah menunggu di rumah besar papinya. Bahkan ultahnya yang ke 20 masih dua bulan lagi, tapi papi sudah sok-sokan menjodohkannya dengan anak kolega. Bodo amat Rean di bawah menunggu lama. Siapa suruh datang kepagian. Satu jam kemudian, Ola baru bisa keluar kamar. Dia mengenakan croptop hitam disambung jins panjang longgar. Memamerkan perutnya yang rata serta pusarnya yang bertindik. Rambut panjangnya sengaja dia kuncir kuda lantaran cuaca di luar sudah seperti musim panas di California. Ola berjalan hendak turun ke lantai satu dengan kepala menund
Read more

5. Janji Tiga Tahun Lalu

"Aku nggak nyangka kalau Kak Bumi ngikutin kami!" seru Ola jengkel ketika mereka sampai di apartemen milik Bumi yang terletak di daerah Dago. Alih-alih membawa Ola pulang ke kosan gadis itu, Bumi berputar ke arah apartemennya. Dia tahu gadis manja itu bakal ngamuk-ngamuk karena aktiviasnya dengan dengan Rean merasa terganggu. Dan benar, Bumi sengaja mengikuti Ola. Hanya untuk memastikan keamanan gadis itu. Segalanya terasa normal ketika Rean membawa Ola ke mall. Namun ketika keduanya ke Bandung bersama dan membawa Ola ikut serta ke kamar hotel, radar bahaya Bumi langsung bereaksi. "Kalau aku nggak ngikutin kalian, kalian mau apa di kamar hotel berdua tadi?" Dahi Ola berkerut, alis gadis itu hampir menyatu. "Kami nggak ngapa-ngapain. Aku cuma pengin lihat kamar hotel itu sambil numpang istirahat. Emang salah?" "Masih nanya emang salah? Kalian baru kenal semalam, kalau kamu diapa-apain sama anak yang baru pulang dari New York itu gimana?!" Ola terhenyak saat suara Bumi tiba-tiba
Read more

6. Konspirasi Menginap

Ransel besar terhempas dari punggung gadis itu. Dua tangan dengan tone kulit putih itu ikut merentang bebas. Sementara senyum manisnya terukir lebar. Saking lebarnya Bumi takut kalau bibir gadis di depannya itu bisa robek. Kontras dengan gadis itu, Bumi sendiri mendadak migrain melihat kedatangan bungsu dari ayah angkatnya itu. Kepalanya berdenyut seketika. Sehari saja gadis itu berkeliaran di apartemennya bisa bikin kepala nyut-nyutan, apalagi sampai menginap berhari-hari? "Akhirnya aku bisa tinggal di sini juga!" seru Ola, sambil mengempaskan diri di samping Bumi. "Cuma tiga hari," sahut Bumi mengingatkan. Tatapnya melirik ransel Ola yang teronggok begitu saja di lantai. "Kamu bawa aja? Kayaknya berat banget. Ingat, Ola. Hanya tiga hari kamu di sini. Setelah Nadira selesai dengan urusannya kamu harus balik ke kosan." "Ya ampun, iya bawel. Takut banget sih aku nginap di sini lama-lama. Lagi pula..." Ola beringsut mendekati Bumi sambil melempar senyum muslihat. "Emang Kak Bumi ngg
Read more

7. Permintaan Bumi

Ola mengusap hidung mancungnya dengan ibu jari. Senyumnya terkulum bangga lantaran bisa bangun pagi. Dengan langkah penuh percaya diri dia keluar dari kamar sudah berpakaian rapi, berniat membangunkan Bumi. Namun hal tidak terduga terjadi. Saat membuka pintu hidungnya menghidu aroma wangi masakan. Tatapnya otomatis bergeser ke arah dapur. Di sana dia melihat Bumi dengan rambut setengah basah sudah berkutat di depan wajan. Spontan bahunya meluruh. Dari dulu kebiasaan bangun pagi pria itu memang tidak bisa tertandingi. Sepagi apa pun Ola berusaha bangun, tetap saja akan Bumi dahului. "Kenapa bengong? Kamu nggak mau sarapan?" sapa Bumi sambil terus sibuk dengan masakannya. Dia memasukan daun bawang yang sudah dicincang lalu mengaduk masakannya lagi. Dengan lunglai Ola melangkah mendekat. "Kak Bumi masak apa?" "Nasi goreng. Hari ini aku bakal sibuk. Dengar, Ola." Dia menatap gadis 20 tahun itu dengan pandangan serius. "Hari ini kamu harus benar-benar membantu Dira. Dia akan mengurus b
Read more
DMCA.com Protection Status