Share

5. Janji Tiga Tahun Lalu

last update Last Updated: 2024-08-30 11:00:10

"Aku nggak nyangka kalau Kak Bumi ngikutin kami!" seru Ola jengkel ketika mereka sampai di apartemen milik Bumi yang terletak di daerah Dago.

Alih-alih membawa Ola pulang ke kosan gadis itu, Bumi berputar ke arah apartemennya. Dia tahu gadis manja itu bakal ngamuk-ngamuk karena aktiviasnya dengan dengan Rean merasa terganggu. Dan benar, Bumi sengaja mengikuti Ola. Hanya untuk memastikan keamanan gadis itu.

Segalanya terasa normal ketika Rean membawa Ola ke mall. Namun ketika keduanya ke Bandung bersama dan membawa Ola ikut serta ke kamar hotel, radar bahaya Bumi langsung bereaksi.

"Kalau aku nggak ngikutin kalian, kalian mau apa di kamar hotel berdua tadi?"

Dahi Ola berkerut, alis gadis itu hampir menyatu. "Kami nggak ngapa-ngapain. Aku cuma pengin lihat kamar hotel itu sambil numpang istirahat. Emang salah?"

"Masih nanya emang salah? Kalian baru kenal semalam, kalau kamu diapa-apain sama anak yang baru pulang dari New York itu gimana?!"

Ola terhenyak saat suara Bumi tiba-tiba meninggi. Dia langsung mengkeret dan menunduk. Tidak berani menjawab lagi. Biar gimana pun, sebenarnya dia bersyukur karena Bumi datang tepat waktu. Kalau tidak, mungkin saja Rean sudah berbuat kurang ajar padanya.

Bukan hanya Ola, Bumi pun terkejut sendiri. Dia terlalu khawatir dengan gadis itu sehingga agak lepas kontrol dan membentaknya.

"Ola, Aku—" Spontan ucapannya terhenti ketika Ola langsung menubruk tubuhnya dan memeluknya erat-erat. Seketika Bumi menyesal sudah bersikap keras. Dia menghela napas, lalu secara perlahan membalas pelukan gadis itu.

"Aku salah. Aku minta maaf. Tadi aku kelewatan. Makasih Kak Bumi udah cepat-cepat datang," ucap Ola akhirnya. Dia makin tenggelam ke dalam pelukan pria itu.

Kalimat terakhir Ola membuat kening Bumi mengernyit. "Rean ngapain kamu?" tanya pria itu cepat seraya melepas pelukan Ola. Dia menatap khawatir gadis itu dengan mata melebar.

"Dia nggak ngapa-ngapain. Tapi—"

"Tapi apa? Dia nggak lukain kamu kan?"

Ola menggeleng tegas, dan tiba-tiba tersenyum melihat reaksi anak asuh papinya itu.

"Kenapa kamu senyum? Apa yang dia lakuin ke kamu?" Bumi makin terlihat tak santai dan gusar.

"Aku nggak apa-apa, Kak. Tenang dulu dong. Dari tadi marah-marah terus," ujar Ola dengan bibir mengerucut. Namun itu belum terlihat cukup membuat Bumi tenang.

"Gimana aku bisa tenang. Tadi itu kamu—"

"Iya. Aku kan udah ngaku salah. Tadi itu..." Ola memutar kakinya lantas melangkah perlahan menjauh, untuk kemudian berbalik lagi menghadap Bumi yang tengah menunggu lanjutan ucapannya. "Tadi itu Rean izin mau cium aku. Kalau Kak Bumi tadi nggak datang mungkin—"

"Mungkin kalian udah ciuman. Begitu?" Bumi memelototi gadis itu. Namun yang ditatap malah terkekeh.

"Nggak dong. Aku nggak akan biarin orang lain ngambil first kiss aku, kecuali Kak Bumi."

Jawaban malu-malu Ola serta-merta membuat Bumi tidak bisa berkata-kata lagi. Dia mendadak kaku di tempat dengan wajah lempeng andalannya. Dua alis tebalnya sedikit naik.

"Ulang tahunku yang ke-20 tinggal dua bulan lagi loh, Kak," ujar Ola lagi sambil mengulum senyum, dan menggoyang-goyangkan lengan.

Bumi menelan ludah, dan segera mengerjapkan mata. Berusaha tetap mengendalikan kewarasannya karena gadis itu mulai bertingkah absurd lagi.

"Kak Bumi nggak lupa kan sama janji kakak tiga tahun lalu?"

Ola makin gencar membuat pria di depannya itu mati gaya. Dan dia terlihat sangat senang melihat telinga Bumi memerah seperti ada yang membakarnya. Tiga tahun lalu ketika merayakan sweet seventeen, dia minta kado spesial dari Bumi. Namun pria itu tidak memberikannya.

"Kamu itu masih 17 tahun, bisa-bisanya minta kado aneh-aneh," ujar Bumi waktu itu.

"Masa cium aneh sih, Kak. Teman-temanku bahkan udah sering melakukannya dari SMP sama pacarnya."

Bumi sukses dibikin syok oleh ucapan Ola saat itu. Dia terkejut selama beberapa saat dan kontan memberi ceramah panjang kepada gadis itu. Ya meskipun hanya numpang lewat saja di telinga putri bungsu Daniel itu.

"Terus kapan dong aku dapat ciuman pertamaku?" rengek Ola, makin membuat Bumi pusing dengan ABG labil itu.

"Nanti kalo kamu umur 20 tahun." Itu jawaban asal Bumi saja, karena setelah itu dia buru-buru pergi meninggalkan Ola dan segera menghampiri Daniel yang tengah memanggilnya.

Dan sekarang, Ola tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Jangan salahkan dia yang agresif. Ola terlalu gemas dengan lelaki itu. Sudah sangat lama mereka dekat, tapi Bumi tidak kunjung mengatakan cinta. Padahal Ola sangat yakin kalau anak asuh papinya itu memiliki perasaan yang sama dengannya.

Di depannya, Bumi masih belum bereaksi. Pria itu sama sekali tidak menduga Ola akan menganggap serius ucapan asalnya dulu itu. Jujur, dia tidak bisa berkutik ketika ditagih seperti itu. Bumi berdeham, mengembalikan kembali ekspresinya yang mungkin sekarang terlihat aneh.

"Aku lupa," ucapnya sambil mengalihkan pandang. Dia bergerak membuka jaket dan melangkah menuju standing hanger di sudut ruangan. Lupa adalah jalan paling ninja untuk lari dari cecaran perempuan itu.

"Lupa?!" jerit Ola, membuat mata Bumi sekonyong-konyong memicing. Gadis itu langsung melesat dan menyambar lengan Bumi. "Gimana Kak Bumi bisa lupa?! Kakak tau nggak sih kalau aku udah nunggu lama momen itu?! Bisa-bisanya Kakak lupa!"

Ola terlihat begitu berang. Membuat Bumi harus menghirup napas dalam-dalam. Sabaaar.

"Kamu beneran suka PHP-in aku ya, Kak!"

Mendadak kepala Bumi berdenyut kencang. Lagi-lagi dia harus menghadapi drama Ola. Entah bagaimana lagi caranya menjelaskan kalau selama ini dia cuma menganggap gadis itu adik.

"Ola, kamu ngerti nggak kalau permintaan kamu itu bisa bahayain diri kamu jika diajukan ke orang yang salah?"

"Makanya aku mintanya ke kamu!"

Bumi berkacak pinggang seraya membuang napas. Sebelah tangannya meraup wajah lelah. "Denger, Ola. Sebagai wanita kamu harusnya bisa jaga diri kamu. Dan nggak gampang minta cium sama laki-laki."

Alis Ola makin mengeriting mendengar perkataan itu. Tatapannya kian melotot tajam, dan wajah putihnya tambah merah padam. "Oh, kamu mau bilang kalau aku ini cewek gampangan?!"

Refleks Bumi memejamkan mata. Dia menarik napas panjang-panjang berharap stok sabarnya masih tersisa banyak. "Bukan itu maksudku, Ola. Aku yakin kamu paham." Sebisa mungkin Bumi menjaga intonasi suaranya agar tetap terdengar tenang. Tangan pria itu terlulur menyentuh bahu Ola. "Ola, dengerin aku—"

"Nggak!" sentak Ola menepis dua tangan Bumi kasar. "Aku nggak mau denger apa pun! Kamu emang suka bikin aku sakit hati. Nggak cuma sekali dua kali." Ola menyeka pipinya yang mendadak basah. Lalu segera memutar badan menghindari pria itu. Dia bergerak menuju meja makan dan duduk di kursi sambil sesenggukan. "Kak Bumi tau perasaanku, tapi selalu pura-pura nggak tau. Kalau emang Kakak nggak suka aku juga, berhenti bersikap baik dan sok peduli."

"Ola, aku—" Tenggorokan Bumi tercekat melihat Ola menangis. Dari dulu dia lemah kalau Ola sudah menangis. Dua lengannya terkulai lemas di sisi tubuh. Lantas dengan mangkah pelan, dia bergerak mendekati Ola. "Maaf, Ola. Aku nggak bermaksud—"

Di saat yang bersamaan, terdengar bunyi digit angka yang ditekan dari smart door lock unitnya secara perlahan. Spontan keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu dan terdiam. Mengesampingkan masalah sesaat, mereka terlihat menunggu pintu itu terbuka.

"Siapa yang datang?" tanya Ola pelan, dan tepat saat itu pintu pun terbuka dari luar memunculkan sosok seorang gadis manis berwajah oval.

"Nadira?" Bumi bersuara, yang serta-merta menyedot perhatian Ola.

Gadis di depan pintu tampak terkejut dan salah tingkah melihat keberadaan Bumi dan Ola. "Ma-Maaf, a-aku mengganggu." Dia lantas buru-buru keluar kembali dan langsung menutup pintu.

"Nadira, tunggu!"

Gerakan Bumi yang akan mengejar Nadira tertahan. Dia menoleh dan melihat Ola mencekalnya. Tatapan gadis itu menghunus tajam, seperti menuntut penjelasan. Saat itu juga Bumi menghela napas karena yakin masalahnya dengan gadis itu akan bertambah panjang. Huft.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yuli F. Riyadi
Jiaaaah nostalgia diaaa
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
lanjut lagi Thor..
goodnovel comment avatar
Anies
ish ish ish... kelakuan menguras emosi Ola ke Bumi ngingetin aku sama kelakuan aku ke paksu waktu jaman dulu adik kakak zone yang membagongkan. wkwkwk temenan dengan yang jauh lebih dewasa sesuatu banget waktu itu. haiiiih cuthat loh heheheeee makasih ya thor.. lanjutkeun
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   6. Konspirasi Menginap

    Ransel besar terhempas dari punggung gadis itu. Dua tangan dengan tone kulit putih itu ikut merentang bebas. Sementara senyum manisnya terukir lebar. Saking lebarnya Bumi takut kalau bibir gadis di depannya itu bisa robek. Kontras dengan gadis itu, Bumi sendiri mendadak migrain melihat kedatangan bungsu dari ayah angkatnya itu. Kepalanya berdenyut seketika. Sehari saja gadis itu berkeliaran di apartemennya bisa bikin kepala nyut-nyutan, apalagi sampai menginap berhari-hari? "Akhirnya aku bisa tinggal di sini juga!" seru Ola, sambil mengempaskan diri di samping Bumi. "Cuma tiga hari," sahut Bumi mengingatkan. Tatapnya melirik ransel Ola yang teronggok begitu saja di lantai. "Kamu bawa aja? Kayaknya berat banget. Ingat, Ola. Hanya tiga hari kamu di sini. Setelah Nadira selesai dengan urusannya kamu harus balik ke kosan." "Ya ampun, iya bawel. Takut banget sih aku nginap di sini lama-lama. Lagi pula..." Ola beringsut mendekati Bumi sambil melempar senyum muslihat. "Emang Kak Bumi ngg

    Last Updated : 2024-09-18
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   7. Permintaan Bumi

    Ola mengusap hidung mancungnya dengan ibu jari. Senyumnya terkulum bangga lantaran bisa bangun pagi. Dengan langkah penuh percaya diri dia keluar dari kamar sudah berpakaian rapi, berniat membangunkan Bumi. Namun hal tidak terduga terjadi. Saat membuka pintu hidungnya menghidu aroma wangi masakan. Tatapnya otomatis bergeser ke arah dapur. Di sana dia melihat Bumi dengan rambut setengah basah sudah berkutat di depan wajan. Spontan bahunya meluruh. Dari dulu kebiasaan bangun pagi pria itu memang tidak bisa tertandingi. Sepagi apa pun Ola berusaha bangun, tetap saja akan Bumi dahului. "Kenapa bengong? Kamu nggak mau sarapan?" sapa Bumi sambil terus sibuk dengan masakannya. Dia memasukan daun bawang yang sudah dicincang lalu mengaduk masakannya lagi. Dengan lunglai Ola melangkah mendekat. "Kak Bumi masak apa?" "Nasi goreng. Hari ini aku bakal sibuk. Dengar, Ola." Dia menatap gadis 20 tahun itu dengan pandangan serius. "Hari ini kamu harus benar-benar membantu Dira. Dia akan mengurus b

    Last Updated : 2024-09-19
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   8. Kakak-Adik Zone!

    Badan Ola berjengit mundur saat Yara mengangkat tangan tepat di depan wajahnya. Bahkan telapak tangan gadis itu menempel ke bibirnya seolah tidak memberi kesempatan buatnya bersuara. Mata Yara melotot dan telunjuknya terangkat. "Lo masih berhutang penjelasan ke gue!" kecamnya dengan pangkal hidung mengernyit. Ola meringis. Dia tahu maksud sahabatnya itu. Ini masih perkara Bumi. Sampai saat ini dia belum menjelaskan apa pun pada Yara atau pun Galen tentang Bumi meskipun dua sohibnya itu sudah ribut di grup chat dari kemarin. "Iya, nanti gue jelasin. Tapi nggak sekarang." "Nggak bisa! Harus sekarang," tolak Yara mentah-mentah. "Lo kabur gitu aja. Chat nggak dijawab, telepon apa lagi. Lo mau bikin gue mati penasaran?" "Iya, iya. Pasti gue jelasin kok." Ola mencoba menenangkan tapi matanya berkeliaran mencari seseorang. "Galen belum datang?" "Tau!" sahut Yara sembari melengos. Dan saat itulah dia sadar akan keberadaan seseorang yang membersamai Ola. Dahinya kontan mengernyit. "Kamu

    Last Updated : 2024-09-20
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   9. Lalai

    Yara menyenggol lengan Ola saat pria tampan yang baginya asing itu berdiri di hadapannya. Matanya berkedip, memberi kode agar Ola mau mengenalkan pria itu padanya. "Kenapa kamu ada di sini?" tanya Ola ragu sambil menunjuk pria tampan, yang tak lain dan tak bukan adalah Rean. "Kan aku udah bilang kemarin mau survei perguruan tinggi," sahut Rean tersenyum. "Kamu masih ada kelas?" "Sebenarnya ada satu kelas lagi, tapi dosennya cuma nitipin tugas." "Oke, kalau gitu aku bisa ajak kamu makan." Ola refleks melirik pergelangan tangan. Masih ada cukup waktu sebelum dia meminta Galen untuk mengembalikan Dira. "Boleh. Tapi yang dekat aja ya." Ola menoleh saat lagi-lagi cewek di sebelah menyenggol lengannya. Bola matanya berputar ketika mendapat pelototan Yara—yang sejak tadi merasa diabaikan. "Oh, ya. Kenalin ini Yara, temanku."Begitu mendapat lampu hijau, Yara langsung sumringah. Dengan cepat dia mengulurkan tangan. "Hai, aku Yara."Rean memasang senyum mautnya dan menjabat uluran tanga

    Last Updated : 2024-09-21
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   10. Balik Ngambek

    Ola berjalan mendekati Bumi—yang sedang menunggunya di kursi panjang—sembari menunduk. Meskipun dia tahu pria itu tidak akan mengomelinya di depan umum, rasa bersalah tetap mengepungnya. Akibat kurang koordinasi dan informasi segalanya jadi berantakan. Tapi demi apa pun Ola tidak mau jika Bumi memaksanya tukar tempat dengan Dira. Pelan gadis itu duduk di ujung kursi lainnya. Masih dengan kepala menunduk dan bibir mengerucut, Ola memindahkan tas punggung mini ke pangkuannya. Dia sadar Bumi sedang mengawasi gerakannya dalam diam. Tatap tajam pria itu cukup menunjukkan bahwa dia sedang kesal. "Tau kesalahan kamu apa?" tanya Bumi begitu bokong Ola menyentuh alas kayu kursi. Kepala Ola bergerak naik turun. Dia tidak akan membantah kali ini. Satu-satunya jalan agar tetap diizinkan tinggal di apartemen adalah mengalah. Bumi memundurkan badan sembari melipat lengan di depan dada. Duduk menyilangkan kaki dengan posisi condong ke arah Ola. "Kamu kan yang menawarkan diri buat menemani Dira d

    Last Updated : 2024-09-22
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   11. Ababil

    Belum ada tanda-tanda Ola akan kembali. Beberapa kali Bumi menghela napas. Ujung jemarinya mengetuk-ngetuk lengan sofa yang dia duduki secara berulang. Sesekali tatapnya menengok pergerakan jarum jam. Sudah hampir pukul delapan malam, tapi belum ada tanda-tanda kepulangan Ola. Bumi menunggu dengan gelisah kabar dari gadis itu. Teleponnya tidak diangkat, bahkan pesan pun tidak dibalas. Jangankan balas, dibaca saja tidak. Sejak sedikit bersitegang di kampus, Ola sama sekali belum menghubunginya. Seharian ini ponsel Bumi sepi. Selain urusan pekerjaan, biasanya notif pesan dari Ola yang selalu meramaikan. Tidak bisa! Dia tidak bisa terus sabar menunggu. Bumi beranjak dari sofa dan segera menyambar kunci mobil. Hanya hotel tempat Rean menginap yang ada di kepalanya saat ini. Sial! Matanya terpejam, menahan panas yang tiba-tiba menggelegak di dada. "Awas saja kalau lelaki itu berani menyentuh Ola," gumamnya lalu bergegas menghampiri pintu. Namun baru saja dia membuka pintu, sosok yang d

    Last Updated : 2024-09-23
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   12. Facial Hair.

    Marahan dengan Bumi lama-lama itu tidak menyenangkan! Sejak subuh Ola mengintip dari balik pintu. Dia sengaja bangun cepat agar bisa mandi lebih dulu dan bikin sarapan. Ada beberapa rencana yang akan dia jalankan hari ini. Sebuah misi agar Bumi tidak menendangnya dari apartemen. Semalam masih aman, tapi belum tentu hari ini lelaki itu berbaik hati memintanya untuk tetap tinggal. Dan Ola tahu betul, anak asuh papinya itu tidak bakal minta maaf duluan kalau merasa tidak melakukan kesalahan. Jadi, pagi-pagi sekali dia keluar dari apartemen dan beranjak pergi ke mini market 24 jam yang ada di lantai bawah. Selain bergosip, kemarin sore Yara mengajarinya membuat sarapan sederhana tapi rasanya luar biasa. Setelah empat kali percobaan dan bolak balik digoblok-gobloki Yara, akhirnya Ola berhasil membuat roti panggang telur ala-ala anak kos. "Lo mau kasih makan orang bukan monster, ya kali cangkang - cangkang telurnya ikut dimasukin!" seru Yara ketika Ola melakukan percobaan pertama. "Ahe

    Last Updated : 2024-09-23
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   13. Telur

    Bunyi pletak terdengar keras. Refleks Ola mengaduh dan mengusap dahinya. Bibir dengan tone nude itu mencebik. Lagi-lagi dia kena jitak. Padahal gadis itu sangat yakin tidak ada yang salah dari pertanyaannya barusan. "Turun," perintah Bumi tegas sambil mengedikkan dagu. "Nggak mau. Cium dulu!" Ola terperanjat dan langsung menutupi dahinya ketika Bumi kembali ancang-ancang menyentil. "Kak Bumi KDRT!" "Udah, nggak usah drama." Setelah memastikan mukanya bersih, Bumi beranjak keluar. Namun rengekan Ola membuat pria itu urung bergerak. "Kok main pergi gitu aja. Turunin dulu dong!" pinta Ola manja dengan dua tangan teracung. "Kamu kan bisa turun sendiri." "Nggak bisa ini terlalu tinggi, Kak." Bumi menghela napas, dan tidak mau banyak berdebat. Dia bergerak meraih pinggang ramping Ola dan mengangkat tubuh gadis itu. Secara otomatis dua lengan Ola merangkul leher Bumi. Keisengan gadis itu sangat disadari Bumi, tapi dia membiarkan. Namun ketika lelaki itu hendak menurunkan tubuh Ola, ga

    Last Updated : 2024-09-25

Latest chapter

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Bintang

    "Kamu nggak bosan seumur hidup bareng aku terus? Dari kecil, dari kamu umur lima tahun." Ola menggeleng dan tersenyum kecil mendapat pertanyaan dari suaminya. Dia makin merapatkan diri. "Meski hubungan kita nggak mulus, tapi aku bahagia seumur hidup sama kamu. Justru yang harusnya tanya itu aku. Emang kamu nggak capek ngadepin sifat childish aku dari dulu sampai sekarang?""Sebenarnya sih capek." Jawaban Bumi sontak membuat Ola menjauhkan kepala dan menatap lelaki ituu dengan alis tertaut. "kok gitu?!" Reaksi Ola membuat Bumi terkekeh. Pria itu kembali meraih kepala Ola untuk bersandar di pundaknya lagi. "Nggak dong, Sayang. Kalau capek mana mungkin bisa bertahan sampai anak tiga." Mendengar itu Ola ikut terkekeh dan makin merapatkan diri. Matanya terpejam saat tangan Bumi menyentuh perutnya yang sudah makin besar. "Nggak nyangka anak manja seperti kamu bisa melahirkan anak-anak hebat seperti mereka." "Sekarang aku udah nggak manja lagi loh, Kak." "Iya, sekarang Ola si manja da

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Pelan-pelan

    Jika biasanya Ola liburan ke Eropa bersama keluarganya, kali ini dia memilih destinasi New Zealand. Sesuatu yang tidak dia rencanakan karena terlintas begitu saja. Bumi bilang itu kado kehamilan ketiganya. Ola membuang napas, rasanya jahitan di perut baru saja kering. Membayangkan perutnya akan dibedah ketiga kalinya membuat Ola merinding. "Kamu ibu yang kuat, kamu pasti bisa," ucap Bumi menyemangati dan menenangkan saat Ola gelisah dengan segala pikiran buruk yang ada. "Tapi janji ini yang terakhir ya." "Hu-üm." Kehamilan Ola kali ini tidak seperti kehamilan sebelumnya. Dia menjadi gampang lelah, dan haus. Bahkan morning sick tidak bisa dihindari. Jadi, selama seminggu liburan dia tidak bisa menikmati dengan maksimal. Lebih banyak tinggal di hotel daripada berwisata musim semi. "Aku nggak mau tau, setelah anak ini lahir kamu harus mengajakku ke sini lagi," rengek Ola saat baru keluar dari kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Wajahnya memucat, keringat dingin keluar begitu deras

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Dua Garis Merah

    Bumi menyentak tangan Ola yang berdiri di dekatnya hingga wanita itu jatuh di pangkuannya. Niat Ola menghampiri anak-anaknya yang sedang asyik main pasir pantai pun urung lantaran Bumi memeluknya begitu erat. Terlebih dengan iseng pria itu mulai mengendus pundaknya yang terbuka. "Kak, nanti anak-anak liat," tegur Ola ketika tangan Bumi menyelinap ke balik kain pantai yang dia pakai. "Anak-anak lagi sibuk sendiri," sahut Bumi, lantas mengecup lembut punggung Ola. Dia terkekeh ketika tubuh istrinya berjengit. Ola masih begitu sensitif dengan sentuhannya. "Kak, udah. Aku harus temeni anak-anak main." Ola berusaha menyingkirkan tangan Bumi yang masih bergerak naik turun di atas pahanya. Alih-alih berhenti pria itu makin menjadi. Ola sampai melebarkan mata saat merasakan tangan Bumi merambat ke dadanya. Buru-buru dia menjauhkan tangan nakal itu dari sana dan menggeram. "Ada Gyan dan Javas, mereka aman. Kita kembali ke cottage dulu, ya," bujuk Bumi saat Ola berusaha lepas dari kungkung

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Kaki Kecil

    Kaki-kaki kecil berlarian di lantai rumah besar milik Daniel. Suara celotehan anak-anak terdengar meriah di setiap penjuru ruangan. Sesekali suara tangisan saling bersahutan saat mereka saling berebut mainan. Sebentar kemudian tawa-tawa lucu mereka bersusulan. Pemandangan itu-lah yang Daniel inginkan. Menghabiskan masa tua dengan cucu-cucunya yang melimpah ruah. Daniel sedang menikmati teh hangat yang sudah Delotta sajikan saat suara tangisan Vyora--anak kedua Ola--melengking. Hampir saja dia menyemburkan isi mulutnya sebelum bergegas meletakkan cangkirnya kembali. Dengan cepat pria tua itu melangkah mendekati sang cucu yang mukanya sudah memerah. "Hei, hei, cucu kesayangan Opa kenapa?" tanya pria itu sambil menggendong anak perempuan berusia satu tahun itu. "Adek digigit semut, Opa," jawab Vion--anak pertama Ola--seraya sibuk dengan mainan di tangannya. "Digigit semut? Mana coba Opa liat." Vion langsung meninggalkan mainannya lalu menunjuk paha chubbi Vyora yang memerah. "Tuh li

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   136. Dua Kebahagiaan

    Tepuk tangan bersahutan ketika Bumi berhasil memotong pita, tanda dibukanya bengkel baru di Kota Surabaya. Senyum lebar serta ucapan terima kasih dia layangkan. Jabatan tangan bersama pemilik perusahaan otomotif yang bekerjasama dengannya pun terayun erat. Setelah pemotongan pita para tamu yang hadir lantas berkeliling untuk melihat area bengkel. Area bengkel yang luas serta peralatan yang lengkap membuat bengkel ini bisa menampung lebih banyak mobil yang akan diservis. Fasilitas juga ditambah, seperti ruang tunggu yang nyaman juga area play ground. Selain memperkenalkan bengkel baru, mereka juga memperkenalkan tipe mobil keluaran terbaru yang beberapa bulan lalu launching. Banyak promo yang ditawarkan baik dari showroom mau pun bengkel di acara grand opening ini. Ola memilih duduk di sofa lantaran merasa kelelahan. Sejak bangun pagi tadi, sebenarnya dia merasa kurang enak badan. Namun karena ini hari penting bagi Bumi, dia bersikap seolah tidak ada masalah. Sejauh ini dia bisa men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   135. Terlanjur

    Ola meletakkan satu gelas susu hangat di meja kerja Daniel ketika pria tua itu tengah fokus membaca sebuah dokumen. Daniel mengangkat wajah, dan sontak tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Langkah Ola lantas bergerak ke belakang kursi sang papi dan melihat apa yang yang tengah pria itu baca. "Apa nggak sebaiknya papi istirahat aja?" tanya Ola saat tahu apa yang papinya baca itu sebuah proposal pendirian perusahaan baru milik Bumi. "Papi akan istirahat setelah baca proposal milik suamimu ini. Kenapa kamu nggak tidur?" "Sebenarnya aku sudah tidur. Aku tadi haus jadi kebangun. Terus liat ruang kerja papi lampunya masih nyala." Ola menunduk, lantas mengambil alih proposal itu dari tangan Daniel. "Papi minum susu itu terus pergi tidur." Kepalanya menggeleng ketika mulut Daniel terbuka dan terlihat ingin mengambil kembali proposal tersebut. Ola tidak memberi kesempatan papinya untuk protes. Dia tersenyum menang ketika Daniel tampak menyerah. "Oke, papi akan minum susu buatan my

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   134. Nikmati Prosesnya

    "Ada opening bengkel baru di Surabaya, kamu mau ikut?" Enam bulan belakangan, selain sibuk mengurus tetek bengek pembukaan pabrik, Bumi juga sibuk mengurus pembukaan cabang bengkelnya yang baru di Surabaya. Satu per satu bengkel miliknya didirikan secara berkala di kota-kota besar bergabung dengan sebuah showroom perusahaan mobil yang bekerjasama dengannya. "Kapan?" "Pekan depan. Sekalian berkunjung ke rumah Kakek Gunadi.""Boleh, tapi aku nggak bisa lama. Kamu kan tahu aku masih belum diizinin Mas Gyan buat ambil cuti."Bumi terkekeh kecil lantas menekan kakinya agar ayunan yang dirinya tempati bersama Ola bergoyang. Saat ini keduanya memang tengah bersantai menikmati sore di taman belakang yang berdampingan dengan kolam renang. Biasanya tempat ini dikuasai Daniel dan Delotta jika sore menjelang. Namun kali ini sepasang suami istri itu sedang tidak ada di rumah. "Gyan itu masih pelit banget kalau ngasih cuti. Harus ada alasan yang urgent banget baru bisa dikabulin permohonan cuti

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   133. Istri Rasa Pacar

    "Aku tau akhirnya pasti begini." Kekehan Bumi terdengar lirih saat mendengar kalimat itu. Sekarang ini dirinya masih merebah di atas kasur dengan Ola yang memeluknya seperti guling. Salah satu paha wanita itu menindih perutnya. Sehingga Bumi bisa dengan bebas mengusap paha terbuka itu dengan mudah. "Nggak sabaran," ucap Ola lagi. Dia bergerak menarik kakinya, tapi dengan cepat Bumi menahannya. "Kak!" "Sebentar, kamu mau ke mana sih?" "Sebentar lagi pasti Bibi nyuruh kita turun buat makan malam. Terus kita mau selimutan terus begini?" Ola menyingkir karena dia merasakan milik Bumi sudah kembali menegang. Kalau harus tambah satu permainan lagi, dia akan lebih lama terkurung di kamar. Akibatnya papi pasti ngomel karena mereka tidak ikut makan malam lagi. Lagi? Ya, karena kejadian seperti itu tidak cuma sekali dua kali sejak mereka pulang dari Raja Ampat. Bumi memiliki hobi baru yaitu mengurung Ola di kamar setelah wanita itu pulang kerja. Dengan gemas Bumi mencium pipi Ola. "Ngga

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   132. Yang Belum Move On

    "Memang kalian nggak bosan ke Raja Ampat? Atau suami lo nggak mampu biayain honeymoon? Ola, kalau lo butuh sponsor, bilang dong!" Kalimat itu terlontar dari mulut seorang Galen. Pria itu memasang wajah meremehkan saat Ola bilang baru balik dari Raja Ampat. Terang saja hal itu membuat Ola jengkel dan rasanya ingin menyiram muka sohibnya itu dengan air kobokan. "Bukannya laki gue nggak mampu, ya. Tapi kami emang udah janji mau balik ke sana kalau kami dapat izin nikah. Jadi ini tuh semacam utang yang wajib kami penuhi," ujar Ola dengan nada gemas. Dengan kesal dia menyambar jus jeruknya. Langit Jakarta mulai gelap lantaran mau hujan, tapi dada Ola malah kepanasan. "Poinnya itu, bukan ke mana kita pergi. Tapi dengan siapa kita pergi," timpal Yara. "Meski perginya ke surga, tapi kalau ke sananya sama lo, jelas nggak bakal bikin happy si Ola." "Nah!" Merasa dapat pembelaan, Ola kembali bersemangat. Dia kembali tersenyum puas ketika melihat wajah Galen memberengut. "Asyik enggak kemari

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status