Share

6. Konspirasi Menginap

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 11:54:40

Ransel besar terhempas dari punggung gadis itu. Dua tangan dengan tone kulit putih itu ikut merentang bebas. Sementara senyum manisnya terukir lebar. Saking lebarnya Bumi takut kalau bibir gadis di depannya itu bisa robek. Kontras dengan gadis itu, Bumi sendiri mendadak migrain melihat kedatangan bungsu dari ayah angkatnya itu. Kepalanya berdenyut seketika. Sehari saja gadis itu berkeliaran di apartemennya bisa bikin kepala nyut-nyutan, apalagi sampai menginap berhari-hari?

"Akhirnya aku bisa tinggal di sini juga!" seru Ola, sambil mengempaskan diri di samping Bumi.

"Cuma tiga hari," sahut Bumi mengingatkan. Tatapnya melirik ransel Ola yang teronggok begitu saja di lantai. "Kamu bawa aja? Kayaknya berat banget. Ingat, Ola. Hanya tiga hari kamu di sini. Setelah Nadira selesai dengan urusannya kamu harus balik ke kosan."

"Ya ampun, iya bawel. Takut banget sih aku nginap di sini lama-lama. Lagi pula..." Ola beringsut mendekati Bumi sambil melempar senyum muslihat. "Emang Kak Bumi nggak senang kalau tidurnya ada yang nemenin?"

Bunyi pletak terdengar nyaring. Bersamaan dengan itu Ola mengaduh kencang sambil mengusap dahinya. "Sakit, Kak!" teriaknya hampir menangis.

Ujung mata Bumi melirik tajam gadis di sebelahnya, dua lengannya melipat di depan dada. "Nggak usah mikir aneh-aneh."

"Siapa yang mikir aneh-aneh juga. Kan aku cuma bilang, kalau kita tidur bareng—" Ola langsung membungkam mulut ketika Bumi ancang-ancang lagi untuk menyentil jidatnya. "Iya, iya, nggak! Gitu aja marah," gerutunya cemberut sambil melengos.

"Dengar. Kamu akan tidur di kamarku, dan aku tidur di sofa. Jadi, jangan mikir yang enggak-enggak. Paham?"

"Iya, paham. Tapi memangnya sofa ini muat buat Kak Bumi? Mending di kasur, kan kasurnya luas. Bisa dibag—Iya, iyaaa! Buset dah!" teriak Ola tiba-tiba ketika mata Bumi melotot. Dia mencibir dengan bibir mencebik. Susah sekali merayu pria kaku itu. Tapi bodo amat. Ola tidak peduli, yang terpenting sekarang akhirnya dia berhasil menggagalkan Nadira tinggal di apartemen Bumi.

Ola tersenyum miring. Diskusinya dengan Bumi berhasil membuat pria itu mengalah padanya. Ola jelas tak sudi dan tidak akan membiarkan Nadira berdua dengan Bumi tinggal di apartemen.

"Kan hotel ada. Ngapain sih kamu nyuruh dia tinggal di sini?" tanya Ola kesal ketika tahu bahwa Nadira akan tinggal bersama Bumi selagi gadis itu mengurus beberapa hal mengenai pendaftaran kuliahnya.

"Dira nggak mau, Ola. Jadi aku menawarkan solusi buat tinggal di sini."

"Itu bukan solusi!" Ola makin melotot. Bola mata serupa milik Delotta itu membulat. "Enak aja dia main tinggal di apartemen kamu. Aku aja nggak pernah kamu ijinin nginap di sini malah dia mau ngeduluin. Nggak bisa!" serunya tak terima.

Bumi menarik napas panjang-panjang dan membuangnya kasar. "Jadi, gimana?" tanyanya putus asa campur gemas. Sudah tidak tahu lagi harus gimana menghadapi gadis cantik satu itu.

Ola sontak tersenyum, tatapannya yang mendadak mengerling tampak mencurigakan. "Gimana kalau Dira tinggal di kosanku aja, terus aku tinggal di sini. Tukeran gitu."

"Itu bukan ide bagus." Bumi membalas senyum Ola tak kalah lebar, tapi hanya berlangsung sesaat saja. Karena pria itu langsung merapatkan bibirnya kembali. "Cari solusi lain!"

"Nggak ada yang lebih bagus dari itu! Kalau Kak Bumi setuju, aku bakal temani Dira mengenalkan kawasan kampus dan nyari kosan buat dia."

Bumi bergeming. Mencoba menimang tawaran gadis itu. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Tidak menyangka demi bisa tinggal bersamanya Ola mau melakukan sesuatu yang sudah gadis itu tolak mentah-mentah kemarin. Tapi itu bukan hal buruk.

"Gimana?" Ola mengangkat alis sambil menyenggol lengan Bumi.

"Oke kalau begitu. Tapi ingat, kamu benar-benar harus bantu Dira."

"Tenang aja. Beres itu mah. Yang penting aku bisa tinggal di sini sama Kakak!" serunya di akhir kalimat sambil meloncat memeluk lengan Bumi. Ya salaam.

Itulah awal mula dia bisa memboyong ranselnya ke apartemen Bumi. Akhirnya Ola bisa menikmati kesempatan tinggal di tempat yang agak bagusan timbang kosannya yang sempit. Bibir Ola manyun mengingat papinya yang dengan tega tidak memberinya sebuah unit apartemen. Padahal ya ampun, properti milik Blue Jagland di kota ini banyak. Mau model dan tipe apa pun ada. Alih-alih memberinya satu, Ola malah disuruh ngekos! Papi durhaka!

Sebenarnya ada dua kamar di unit milik Bumi. Namun kamar satunya, pria itu gunakan sebagai ruang kerja. Ola benar-benar heran dengan kakak angkat satunya itu. Entah seluas apa isi kepalanya sampai bisa menampung begitu banyak beban. Beban belajar, juga pekerjaan. Namun yang Ola lihat Bumi terlihat menikmati menjalani itu semua secara bersamaan.

"Kak Bumi nggak tidur?" tanya Ola. Malam saat Bumi masih berkutat di ruang kerja. Dia sendiri sudah bersiap dengan piyama tidur keropinya. Gadis itu mengintip kakak angkatnya itu sebelum mendorong pintunya yang tidak sepenuhnya tertutup.

"Sebentar lagi. Kamu kalau ngantuk tidur dulu aja," sahut Bumi tanpa berpaling dari layar di depannya.

"Kak Bumi ngerjain apa sih? Mau aku bantu enggak?" Ola bergerak masuk. Mendekati meja kerja pria itu.

"Revisi tesis," sahut Bumi singkat masih fokus menekuri pekerjaannya. Dia menargetkan malam ini bisa selesai sehingga keesokan harinya bisa lanjaut diskusi dengan profesor.

Ola bergerak ke samping pria itu. Badannya agak membungkuk untuk melihat apa yang pria itu kerjakan. "Memangnya Kak Bumi nggak capek. Siang kerja, malam ngerjain tesis?" tanyanya seraya ikut memelototi layar laptop. Bahkan Ola tidak sadar kalau jarak wajahnya begitu dekat dengan wajah Bumi.

"Siapa bilang nggak capek?" balas Bumi menoleh, tapi sekonyong-konyong terkejut lantaran wajah Ola tiba-tiba berada begitu dekat dengannya.

Keterkejutan lelaki itu langsung disadari Ola, sehingga gadis itu ikut menoleh. Secara otomotis tatap keduanya pun bertemu dari jarak yang teramat dekat. Sampai-sampai Ola sempat tertegun selama beberapa jenak sebelum mata legamnya mengerjap pelan. Sialan! Bumi dari jarak dekat begini terlihat begitu tampan dan... Hwat! (baca: hot) Boleh tidak sih kalau dia ngarep dicium? Situasinya mendukung banget gitu loh.

Namun harapan Ola tidak terwujud saat dengan cepat Bumi memalingkan wajah. Bahkan lelaki itu langsung menutup laptopnya. "Sudah malam. Waktunya tidur," ucap pria itu dingin.

Decapan keras Ola serta-merta meluncur. Sedikit saja bersikap romantis apa sesulit itu bagi seorang Cakrawala Bumi? Tapi dia cukup terhibur, karena meskipun Bumi bersikap sok tidak peduli, kenyataannya telinga pria itu memerah seperti habis tersengat lebah.

========

Sedikit banyak sudah tau kan ya karakter Ola dan Bumi ini gimana? Di antara anak Daniel, dia yang paling mirip Delotta dalam hal fisik.

Makasih ya yang udah meramaikan Bumi Ola. Jangan lupa ulasannya di sampul depan ya teman-teman biar cerita baru ini makin banyak yang baca.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
dikit banget....up lagi dong....
goodnovel comment avatar
Anies
sabar ya kak Bumi ngadepin Ola dan kalo sekiranya kak Bumi juga udah suka sama Ola bilang aja jangan pura² cuek bebek.. wkwkwk makasih up-nya thor semangat ya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   7. Permintaan Bumi

    Ola mengusap hidung mancungnya dengan ibu jari. Senyumnya terkulum bangga lantaran bisa bangun pagi. Dengan langkah penuh percaya diri dia keluar dari kamar sudah berpakaian rapi, berniat membangunkan Bumi. Namun hal tidak terduga terjadi. Saat membuka pintu hidungnya menghidu aroma wangi masakan. Tatapnya otomatis bergeser ke arah dapur. Di sana dia melihat Bumi dengan rambut setengah basah sudah berkutat di depan wajan. Spontan bahunya meluruh. Dari dulu kebiasaan bangun pagi pria itu memang tidak bisa tertandingi. Sepagi apa pun Ola berusaha bangun, tetap saja akan Bumi dahului. "Kenapa bengong? Kamu nggak mau sarapan?" sapa Bumi sambil terus sibuk dengan masakannya. Dia memasukan daun bawang yang sudah dicincang lalu mengaduk masakannya lagi. Dengan lunglai Ola melangkah mendekat. "Kak Bumi masak apa?" "Nasi goreng. Hari ini aku bakal sibuk. Dengar, Ola." Dia menatap gadis 20 tahun itu dengan pandangan serius. "Hari ini kamu harus benar-benar membantu Dira. Dia akan mengurus b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   8. Kakak-Adik Zone!

    Badan Ola berjengit mundur saat Yara mengangkat tangan tepat di depan wajahnya. Bahkan telapak tangan gadis itu menempel ke bibirnya seolah tidak memberi kesempatan buatnya bersuara. Mata Yara melotot dan telunjuknya terangkat. "Lo masih berhutang penjelasan ke gue!" kecamnya dengan pangkal hidung mengernyit. Ola meringis. Dia tahu maksud sahabatnya itu. Ini masih perkara Bumi. Sampai saat ini dia belum menjelaskan apa pun pada Yara atau pun Galen tentang Bumi meskipun dua sohibnya itu sudah ribut di grup chat dari kemarin. "Iya, nanti gue jelasin. Tapi nggak sekarang." "Nggak bisa! Harus sekarang," tolak Yara mentah-mentah. "Lo kabur gitu aja. Chat nggak dijawab, telepon apa lagi. Lo mau bikin gue mati penasaran?" "Iya, iya. Pasti gue jelasin kok." Ola mencoba menenangkan tapi matanya berkeliaran mencari seseorang. "Galen belum datang?" "Tau!" sahut Yara sembari melengos. Dan saat itulah dia sadar akan keberadaan seseorang yang membersamai Ola. Dahinya kontan mengernyit. "Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   9. Lalai

    Yara menyenggol lengan Ola saat pria tampan yang baginya asing itu berdiri di hadapannya. Matanya berkedip, memberi kode agar Ola mau mengenalkan pria itu padanya. "Kenapa kamu ada di sini?" tanya Ola ragu sambil menunjuk pria tampan, yang tak lain dan tak bukan adalah Rean. "Kan aku udah bilang kemarin mau survei perguruan tinggi," sahut Rean tersenyum. "Kamu masih ada kelas?" "Sebenarnya ada satu kelas lagi, tapi dosennya cuma nitipin tugas." "Oke, kalau gitu aku bisa ajak kamu makan." Ola refleks melirik pergelangan tangan. Masih ada cukup waktu sebelum dia meminta Galen untuk mengembalikan Dira. "Boleh. Tapi yang dekat aja ya." Ola menoleh saat lagi-lagi cewek di sebelah menyenggol lengannya. Bola matanya berputar ketika mendapat pelototan Yara—yang sejak tadi merasa diabaikan. "Oh, ya. Kenalin ini Yara, temanku."Begitu mendapat lampu hijau, Yara langsung sumringah. Dengan cepat dia mengulurkan tangan. "Hai, aku Yara."Rean memasang senyum mautnya dan menjabat uluran tanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   10. Balik Ngambek

    Ola berjalan mendekati Bumi—yang sedang menunggunya di kursi panjang—sembari menunduk. Meskipun dia tahu pria itu tidak akan mengomelinya di depan umum, rasa bersalah tetap mengepungnya. Akibat kurang koordinasi dan informasi segalanya jadi berantakan. Tapi demi apa pun Ola tidak mau jika Bumi memaksanya tukar tempat dengan Dira. Pelan gadis itu duduk di ujung kursi lainnya. Masih dengan kepala menunduk dan bibir mengerucut, Ola memindahkan tas punggung mini ke pangkuannya. Dia sadar Bumi sedang mengawasi gerakannya dalam diam. Tatap tajam pria itu cukup menunjukkan bahwa dia sedang kesal. "Tau kesalahan kamu apa?" tanya Bumi begitu bokong Ola menyentuh alas kayu kursi. Kepala Ola bergerak naik turun. Dia tidak akan membantah kali ini. Satu-satunya jalan agar tetap diizinkan tinggal di apartemen adalah mengalah. Bumi memundurkan badan sembari melipat lengan di depan dada. Duduk menyilangkan kaki dengan posisi condong ke arah Ola. "Kamu kan yang menawarkan diri buat menemani Dira d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   11. Ababil

    Belum ada tanda-tanda Ola akan kembali. Beberapa kali Bumi menghela napas. Ujung jemarinya mengetuk-ngetuk lengan sofa yang dia duduki secara berulang. Sesekali tatapnya menengok pergerakan jarum jam. Sudah hampir pukul delapan malam, tapi belum ada tanda-tanda kepulangan Ola. Bumi menunggu dengan gelisah kabar dari gadis itu. Teleponnya tidak diangkat, bahkan pesan pun tidak dibalas. Jangankan balas, dibaca saja tidak. Sejak sedikit bersitegang di kampus, Ola sama sekali belum menghubunginya. Seharian ini ponsel Bumi sepi. Selain urusan pekerjaan, biasanya notif pesan dari Ola yang selalu meramaikan. Tidak bisa! Dia tidak bisa terus sabar menunggu. Bumi beranjak dari sofa dan segera menyambar kunci mobil. Hanya hotel tempat Rean menginap yang ada di kepalanya saat ini. Sial! Matanya terpejam, menahan panas yang tiba-tiba menggelegak di dada. "Awas saja kalau lelaki itu berani menyentuh Ola," gumamnya lalu bergegas menghampiri pintu. Namun baru saja dia membuka pintu, sosok yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   12. Facial Hair.

    Marahan dengan Bumi lama-lama itu tidak menyenangkan! Sejak subuh Ola mengintip dari balik pintu. Dia sengaja bangun cepat agar bisa mandi lebih dulu dan bikin sarapan. Ada beberapa rencana yang akan dia jalankan hari ini. Sebuah misi agar Bumi tidak menendangnya dari apartemen. Semalam masih aman, tapi belum tentu hari ini lelaki itu berbaik hati memintanya untuk tetap tinggal. Dan Ola tahu betul, anak asuh papinya itu tidak bakal minta maaf duluan kalau merasa tidak melakukan kesalahan. Jadi, pagi-pagi sekali dia keluar dari apartemen dan beranjak pergi ke mini market 24 jam yang ada di lantai bawah. Selain bergosip, kemarin sore Yara mengajarinya membuat sarapan sederhana tapi rasanya luar biasa. Setelah empat kali percobaan dan bolak balik digoblok-gobloki Yara, akhirnya Ola berhasil membuat roti panggang telur ala-ala anak kos. "Lo mau kasih makan orang bukan monster, ya kali cangkang - cangkang telurnya ikut dimasukin!" seru Yara ketika Ola melakukan percobaan pertama. "Ahe

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   13. Telur

    Bunyi pletak terdengar keras. Refleks Ola mengaduh dan mengusap dahinya. Bibir dengan tone nude itu mencebik. Lagi-lagi dia kena jitak. Padahal gadis itu sangat yakin tidak ada yang salah dari pertanyaannya barusan. "Turun," perintah Bumi tegas sambil mengedikkan dagu. "Nggak mau. Cium dulu!" Ola terperanjat dan langsung menutupi dahinya ketika Bumi kembali ancang-ancang menyentil. "Kak Bumi KDRT!" "Udah, nggak usah drama." Setelah memastikan mukanya bersih, Bumi beranjak keluar. Namun rengekan Ola membuat pria itu urung bergerak. "Kok main pergi gitu aja. Turunin dulu dong!" pinta Ola manja dengan dua tangan teracung. "Kamu kan bisa turun sendiri." "Nggak bisa ini terlalu tinggi, Kak." Bumi menghela napas, dan tidak mau banyak berdebat. Dia bergerak meraih pinggang ramping Ola dan mengangkat tubuh gadis itu. Secara otomatis dua lengan Ola merangkul leher Bumi. Keisengan gadis itu sangat disadari Bumi, tapi dia membiarkan. Namun ketika lelaki itu hendak menurunkan tubuh Ola, ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   14. Gagal

    "Gimana? Sukses?" "Gagal total!" "Lo bego kok nggak ketulungan sih, La!" Yara menepuk jidatnya. Tidak habis pikir. Padahal diantara resep menu simpel yang dia kuasai roti telor itu sudah sangat paling simpel. Dan kemarin Ola sudah berhasil membuatnya dengan sempurna, tapi kenapa saat praktek lagi malah gagal? Hmmm, orang terlanjur kaya memang susah diajak hidup sederhana. "Bukan gue yang bego, kompornya aja nggak tau diri. Masa apinya gede banget. Untung gue selamat."Rasanya Yara ingin meraup muka cewek di depannya saking kesalnya. "Ya lo kecilin apinya, Pe'a. Ngapa jadi nyalain kompor lo!" Ola nyengir. Tidak merasa bersalah sama sekali. Yang pasti pagi ini dia happy karena Bumi tidak marah-marah lagi. Bahkan setelah insiden gagal membuat sarapan, Bumi lantas membuat roti sandwich isi daging yang rasanya lebih yummy daripada yang dijual restoran 24 jam. Hanya saja, dibalik kebahagiaan itu ada sedikit rasa kesal terselip saat tahu Bumi ternyata juga membuatkan menu yang sama untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25

Bab terbaru

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   136. Dua Kebahagiaan

    Tepuk tangan bersahutan ketika Bumi berhasil memotong pita, tanda dibukanya bengkel baru di Kota Surabaya. Senyum lebar serta ucapan terima kasih dia layangkan. Jabatan tangan bersama pemilik perusahaan otomotif yang bekerjasama dengannya pun terayun erat. Setelah pemotongan pita para tamu yang hadir lantas berkeliling untuk melihat area bengkel. Area bengkel yang luas serta peralatan yang lengkap membuat bengkel ini bisa menampung lebih banyak mobil yang akan diservis. Fasilitas juga ditambah, seperti ruang tunggu yang nyaman juga area play ground. Selain memperkenalkan bengkel baru, mereka juga memperkenalkan tipe mobil keluaran terbaru yang beberapa bulan lalu launching. Banyak promo yang ditawarkan baik dari showroom mau pun bengkel di acara grand opening ini. Ola memilih duduk di sofa lantaran merasa kelelahan. Sejak bangun pagi tadi, sebenarnya dia merasa kurang enak badan. Namun karena ini hari penting bagi Bumi, dia bersikap seolah tidak ada masalah. Sejauh ini dia bisa men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   135. Terlanjur

    Ola meletakkan satu gelas susu hangat di meja kerja Daniel ketika pria tua itu tengah fokus membaca sebuah dokumen. Daniel mengangkat wajah, dan sontak tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Langkah Ola lantas bergerak ke belakang kursi sang papi dan melihat apa yang yang tengah pria itu baca. "Apa nggak sebaiknya papi istirahat aja?" tanya Ola saat tahu apa yang papinya baca itu sebuah proposal pendirian perusahaan baru milik Bumi. "Papi akan istirahat setelah baca proposal milik suamimu ini. Kenapa kamu nggak tidur?" "Sebenarnya aku sudah tidur. Aku tadi haus jadi kebangun. Terus liat ruang kerja papi lampunya masih nyala." Ola menunduk, lantas mengambil alih proposal itu dari tangan Daniel. "Papi minum susu itu terus pergi tidur." Kepalanya menggeleng ketika mulut Daniel terbuka dan terlihat ingin mengambil kembali proposal tersebut. Ola tidak memberi kesempatan papinya untuk protes. Dia tersenyum menang ketika Daniel tampak menyerah. "Oke, papi akan minum susu buatan my

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   134. Nikmati Prosesnya

    "Ada opening bengkel baru di Surabaya, kamu mau ikut?" Enam bulan belakangan, selain sibuk mengurus tetek bengek pembukaan pabrik, Bumi juga sibuk mengurus pembukaan cabang bengkelnya yang baru di Surabaya. Satu per satu bengkel miliknya didirikan secara berkala di kota-kota besar bergabung dengan sebuah showroom perusahaan mobil yang bekerjasama dengannya. "Kapan?" "Pekan depan. Sekalian berkunjung ke rumah Kakek Gunadi.""Boleh, tapi aku nggak bisa lama. Kamu kan tahu aku masih belum diizinin Mas Gyan buat ambil cuti."Bumi terkekeh kecil lantas menekan kakinya agar ayunan yang dirinya tempati bersama Ola bergoyang. Saat ini keduanya memang tengah bersantai menikmati sore di taman belakang yang berdampingan dengan kolam renang. Biasanya tempat ini dikuasai Daniel dan Delotta jika sore menjelang. Namun kali ini sepasang suami istri itu sedang tidak ada di rumah. "Gyan itu masih pelit banget kalau ngasih cuti. Harus ada alasan yang urgent banget baru bisa dikabulin permohonan cuti

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   133. Istri Rasa Pacar

    "Aku tau akhirnya pasti begini." Kekehan Bumi terdengar lirih saat mendengar kalimat itu. Sekarang ini dirinya masih merebah di atas kasur dengan Ola yang memeluknya seperti guling. Salah satu paha wanita itu menindih perutnya. Sehingga Bumi bisa dengan bebas mengusap paha terbuka itu dengan mudah. "Nggak sabaran," ucap Ola lagi. Dia bergerak menarik kakinya, tapi dengan cepat Bumi menahannya. "Kak!" "Sebentar, kamu mau ke mana sih?" "Sebentar lagi pasti Bibi nyuruh kita turun buat makan malam. Terus kita mau selimutan terus begini?" Ola menyingkir karena dia merasakan milik Bumi sudah kembali menegang. Kalau harus tambah satu permainan lagi, dia akan lebih lama terkurung di kamar. Akibatnya papi pasti ngomel karena mereka tidak ikut makan malam lagi. Lagi? Ya, karena kejadian seperti itu tidak cuma sekali dua kali sejak mereka pulang dari Raja Ampat. Bumi memiliki hobi baru yaitu mengurung Ola di kamar setelah wanita itu pulang kerja. Dengan gemas Bumi mencium pipi Ola. "Ngga

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   132. Yang Belum Move On

    "Memang kalian nggak bosan ke Raja Ampat? Atau suami lo nggak mampu biayain honeymoon? Ola, kalau lo butuh sponsor, bilang dong!" Kalimat itu terlontar dari mulut seorang Galen. Pria itu memasang wajah meremehkan saat Ola bilang baru balik dari Raja Ampat. Terang saja hal itu membuat Ola jengkel dan rasanya ingin menyiram muka sohibnya itu dengan air kobokan. "Bukannya laki gue nggak mampu, ya. Tapi kami emang udah janji mau balik ke sana kalau kami dapat izin nikah. Jadi ini tuh semacam utang yang wajib kami penuhi," ujar Ola dengan nada gemas. Dengan kesal dia menyambar jus jeruknya. Langit Jakarta mulai gelap lantaran mau hujan, tapi dada Ola malah kepanasan. "Poinnya itu, bukan ke mana kita pergi. Tapi dengan siapa kita pergi," timpal Yara. "Meski perginya ke surga, tapi kalau ke sananya sama lo, jelas nggak bakal bikin happy si Ola." "Nah!" Merasa dapat pembelaan, Ola kembali bersemangat. Dia kembali tersenyum puas ketika melihat wajah Galen memberengut. "Asyik enggak kemari

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   131. Perkara Momongan

    Sudah lebih dari tiga hari di Raja Ampat, kegiatan yang Bumi dan Ola lakukan hanya di seputar pantai dan kamar. Tidak peduli pada kegiatan diving atau jelajah alam yang diatur oleh pihak resort. Mereka berdua memilih menghabiskan waktu di sekitar resort. Lebih tepatnya Bumi yang ingin tetap di dalam resort. "Capek, Yang. Kita kan udah pernah. Mending di kamar, kelonan. Sama juga olahraga kan?" sahut Bumi sambil malas-malas di dalam selimut ketika Ola berinisiatif mengajaknya ikut rombongan diving. "Memangnya kamu nggak bosan, Kak?" Sambil menarik pinggang Ola mendekat, pria itu berujar. "Mana mungkin aku bosan kalau bisa peluk kamu gini." Tangannya yang nakal lantas bergerak pelan menggelitiki perut Ola, sampai wanita itu tertawa geli. "Seenggaknya kita harus renang. Aku mau meluncur di dekat dermaga."Mendengar kata renang dan meluncur, sebuah ide terlintas di kepala Bumi. "Kamu mau coba hal baru nggak?" tanya Bumi sambil menahan senyum. "Aku yakin kamu pasti suka." Alis Ola men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   130. Jarum Besar

    Desahan Ola kembali mengudara ketika puncak dadanya kembali tenggelam di mulut hangat suaminya. Genggamannya pada kain yang mengalasi tempat tidur terlepas ketika hawa panas tubuhnya kembali tinggi. Telapak tangan Bumi yang tidak mau berhenti meraba membuat libidonya naik seketika. Rasa sakit di bawah sana pun mendadak tersamarkan. "Kamu merasa lebih baik?" tanya Bumi sesaat setelah melepas kulumannya. Dengan wajah memerah Ola mengangguk. Sakit tapi juga nikmat. Itu hal yang tidak bisa dia ungkapkan sekarang. "Boleh aku bergerak sekarang?" Bumi merasa perlu izin karena tidak ingin membuat istrinya kesakitan lagi. Dan lagi-lagi pertanyaannya hanya dibalas anggukan. Perlahan dia pun menggerakkan pinggul. Terlihat sangat hati-hati. Namun sepelan apa pun dia bergerak, wajah Ola masih terlihat kesakitan. "Kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Bumi sekali lagi untuk memastikan lanjut atau berhenti. Dua tangan Ola terjulur dan menyentuh bahu Bumi. Dia memang masih merasakan nyeri, tapi jug

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   129. Misi

    Ola menggigit bibir melihat Bumi berdiri di bawah siraman air shower dengan kepala menunduk. Setelah membuat pria itu kecewa, Ola terlihat begitu menyesal. Mungkin saat ini Bumi tersiksa karena harus menahan hasrat. Pria itu tidak mengatakan apa pun, tapi Ola tahu Bumi pasti sangat kecewa padanya. Bukankah selama ini dia yang selalu menggoda? Dengan hati-hati dan tanpa menimbulkan suara, Ola menyelinap masuk ke kamar mandi. Berjalan pelan mendekati Bumi, lalu memeluk tubuh pria itu dari belakang, hingga dirinya ikut tersiram air dari shower kamar mandi dengan konsep natural itu. Bumi yang tengah mendinginkan tubuh, agak tersentak ketika sepasang lengan mendekapnya. Dia tahu itu Ola, istrinya. "Maafin aku, Kak," bisik wanita itu kemudian. Bumi menarik napas sebelum melepas pelukan Ola dan memutar badan. "Kenapa kamu nggak istirahat?" tanya pria itu seraya mengusap rambut Ola yang basah. "Kak, aku mau melakukannya sekali lagi." Sejak berdiri di ambang pintu kamar mandi dan melihat

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   128. Percobaan Pertama

    "Se-sebentar?"Dahi Bumi mengernyit ketika Ola menahan dadanya ketika dia hendak mendekat. "Ada apa?" "I-itu, apa bisa masuk?" tanya Ola dengan wajah ragu. Sejujurnya dia masih syok dengan sesuatu yang dilihatnya. Oke, fine. Dia sering iseng ingin menyentuh atau melihat sebelumnya, tapi ketika Ola benar-benar bisa melihat benda itu, dia merasa ngeri sendiri. Apa bisa benda panjang dan besar itu menembus miliknya yang hanya memiliki lubang kecil, sekecil lubang semut? Ya Tuhan! Bumi terkekeh melihat wajah tegang sang istri. Dengan lembut dia menyentuh sisi wajah Ola. "Tentu saja bisa, Sayang. Kenapa nggak bisa? Milik wanita kan elastis. Mungkin awalnya sakit, tapi setelahnya enggak lagi.""Ka-kamu yakin?"Bumi terkekeh. Merasa geli melihat ekspresi Ola saat ini. "Kamu takut? Bukannya kamu yang biasanya suka godain aku biar ini..." Ola terperanjat ketika Bumi menyentak pangkal pahanya hingga benda itu tepat mengenai perutnya. "...bisa masuk ke dalam kamu." Ola meringis dengan alis m

DMCA.com Protection Status