Share

3. Bussines Dinner.

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 21:04:20

Dugaan Ola benar. Makan malam itu bukan hanya sekedar bussines dinner. Lebih dari itu Ola mendapat kenalan baru, putra pemilik salah satu perusahaan waralaba retail terbesar di negara ini. Sepanjang makan malam Ola terus memasang senyum palsu tiap kali dirinya diajak bicara.

Berbeda dengan Bumi yang tampak sopan dan terlihat ramah. Pria itu benar-benar sangat berdedikasi menyenangkan orang tua asuhnya. Bertingkah menjadi sosok kakak terbaik bagi Ola, dan anak pintar bagi Daniel dan Delotta.

Untuk sampai di meja ini, Ola sukses membuat pria itu kesal beberapa jam lalu. Dia bermalas-malasan ketika Bumi menyuruhnya bersiap. Sore tadi, begitu sampai ibukota, pria itu membawanya langsung ke butik langganan keluarga. Di saat Bumi sudah rapi dengan pakaian semi formalnya, Ola malah masih bersantai duduk di sofa, main gadget.

"Ola, waktu kita nggak banyak," ujar Bumi masih bersikap sabar. Namun hanya dibalas lirikan singkat gadis itu. Bumi menarik napas panjang. "Aku pastikan kamu nggak boleh datang ke apartemen lagi kalau kali ini nggak nurut."

Detik itu juga Ola membanting gadgetnya ke sofa. Dengan kesal dia berdiri, lalu beranjak menuruti perintah Bumi. Dia sempat dengan sengaja menyenggol kasar lengan pria itu saat melewatinya.

Kesabaran Bumi diuji lagi ketika Ola enggan mengganti baju begitu selesai make up. Gadis itu malah ngejogrog di kursi rias sambil cekikikan scrolling aplikasi tok tok. Mengabaikan MUA yang sudah menenteng gaun untuknya. Dengan terpaksa Bumi turun tangan lagi.

"Ganti baju kamu dengan gaun ini," pinta pria itu tanpa ekspresi. Meskipun dalam hati sudah sangat gemas dan pusing dengan tingkah perempuan yang sudah dia anggap adik itu.

"Nggak mau," sahut Ola, tanpa mengindahkan eksistensi Bumi yang berdiri di belakangnya.

Untuk ke sekian kalinya Bumi menarik napas panjang. Pasalnya Daniel sudah dua kali menghubunginya. Menanyakan keberadaan mereka. Tangannya memutar kursi yang Ola duduki hingga perempuan itu menghadapnya.

Tepat ketika Bumi membungkuk, menumpukan kedua tangannya di armrest kursi Ola, dan mengurung gadis itu, dua MUA yang menangani Ola langsung menyingkir meninggalkan keduanya di ruangan itu.

"Pakai sekarang juga," perintah Bumi sekali lagi dengan nada yang lebih tegas. Mata legamnya menatap lurus gadis 20 tahun itu.

Namun dengan berani Ola malah membalas tatapan itu. "Kalau nggak mau, kamu mau apa?" tantang gadis itu sedikit menyeringai. Kalau sudah kesal begini, Ola malas memanggil lelaki itu dengan sebutan kakak.

"Ola."

"Cium aku kalau berani."

Dua tangan Bumi meremas armrest erat. Bibirnya merapat, mencoba mencari sisa-sisa kesabarannya. "Pakai gaunnya, atau aku yang akan memakaikannya langsung ke kamu." Ini gertakan sekaligus jawaban dari tantangan Ola.

"Coba aja kalau berani."

Keduanya bergeming, dan masih saling menatap tajam dengan jarak dekat. Ola sangat tahu Bumi tidak akan berani melakukan itu. Jangankan menggantikan baju, menciumnya saja pria itu tidak berani. Namun selama beberapa lama bersitatap, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Ola refleks berjengit ketika tangan Bumi terangkat, dan jemari pria itu menyentuh kancing teratas kemeja yang dia kenakan. Jantungnya mendadak berdentam keras. Dia menelan ludah ketika satu kancing kemejanya berhasil Bumi buka. Tanpa sadar Ola meremas ponsel yang masih berada di genggaman tangannya saat selanjutnya kancing kedua berhasil Bumi lepas. Berlanjut kancing ketiga. Sport bra hitam yang gadis itu kenakan pun tampak dari balik kemeja. Ola merasakan napasnya makin sesak. Dadanya naik turun, seolah kesulitan menghirup udara segar.

Sementara Bumi yang masih membungkuk di depan gadis itu tetap memasang wajah datar, menutupi rasa gusar yang melingkupi hatinya. Pertama kali ini dia bertindak kurang ajar. Jika Gyan—kakak kandung ola—melihatnya begini, dia tidak akan selamat. Tapi tidak ada pilihan lain. Jujur, dadanya berdebar kencang tiap kali berhasil melepas satu kancing kemeja Ola. Sialnya gadis itu tidak segera menghentikan aksinya. Kulit bawah leher Ola, dan dadanya yang menyembul di balik sport bra itu membuat Bumi menekan rahang kuat-kuat.

"Fine! Aku ganti baju." Ola menyerah dan mendorong dada Bumi menjauh. Dia segera menyambar gaun yang sudah disiapkan lalu bergegas tenggelam di balik ruang ganti dengan jantung yang nyaris lepas dari tempatnya.

Bumi sendiri tertegun di tempat saat Ola mendorongnya menjauh. Perasaan antara lega dan tidak rela melingkupi dirinya tiba-tiba. Namun dengan cepat dia tersadar dan mengusap wajahnya yang sempat tegang.

Drama yang Ola buat membawa keduanya sedikit terlambat ke restauran tempat dinner itu. Saat mereka sampai semua sudah berkumpul di sana. Bumi pura-pura tidak peduli pada Ola yang terus melotot padanya. Karena selain rekan bisnis papinya, di sana juga ada seorang pria lajang ganteng yang berdiri menyambut kedatangan mereka.

"Rean baru mendapat gelar bachelor bisnisnya dan sekarang sedang berencana lanjut ambil magister," ujar Danudirja, pria berkepala botak yang menjamu Daniel dan keluarganya di makan malam ini. Si penguasaha waralaba retail terbesar itu.

"Wah, hebat itu. Pendidikan memang harus diutamakan," ucap Daniel menanggapi. Dia menatap yang menjadi objek pembicaraan. "Jadi, Rean. Rencananya kamu mau ambil magister di mana?"

"Saya mau ambil dalam negeri saja, Om. Biar bisa sekalian belajar mengelola perusahaan. Pengalaman saya di dunia kerja masih minim," sahut lelaki bernama Rean, yang sejak tadi mencuri pandang pada gadis yang duduk di seberangnya.

"Pendidikan dalam negeri juga tak kalah bagus. Seperti Bumi dan Ola. Mereka juga memilih kuliah dalam negeri. Tahun lalu Bumi baru mendapat gelar magister bisnisnya di salah satu perguruan tinggi negeri."

"Benar kah? Wah, Rean. Kamu bisa tanya-tanya sama Bumi nanti," sambut Danudirja tersenyum lebar.

"Tentu. Bumi akan dengan senang hati membantu. Benar kan, Son?"

Bumi di posisinya mengangguk sambil tersenyum. "Dengan senang hati, Pak Danu, Rean," sahutnya sopan sambil membungkukkan sedikit badannya.

Di beberapa kesempatan Bumi kadang mengikuti makan malam keluarga atas kehendak Daniel. Meskipun dia hanya anak asuh, Daniel senantiasa membawanya turut serta dalam acara besar. Mengenalkannya pada siapa pun layaknya anak sendiri. Apalagi jika Gyan berhalangan hadir seperti sekarang.

"Maaf, Om Daniel. Kalau nggak salah, setahu saya putra Anda itu hanya Gyan Elvaro. Jadi, Bumi ini sebenarnya siapa ya, Om?"

Pertanyaan yang keluar dari putra Danudirja membuat kegiatan makan itu berhenti seketika. Situasi yang tadinya hangat mendadak canggung dan tidak nyaman.

Ola di tempatnya sampai harus melirik tajam pria di depannya itu yang malah memasang senyum tak bersalah. Dia bahkan bisa melihat sikap mami dan papinya yang mendadak kaku. Bumi pun sama. Dia seperti tidak menduga akan mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang dulu pernah menjadi salah satu momok ketika berkumpul bersama keluarga Jagland. Namun sekarang dia lebih bisa menguasai diri.

Bumi tersenyum beberapa saat sambil menunduk, lalu dengan percaya diri dia mengangkat wajahnya, menatap Rean yang mengajukan pertanyaan itu. "Saya—"

"Dia anak kami juga, Kakak dari Gyan, Kavia, dan Ola," sela Delotta, memotong jawaban yang akan Bumi lontarkan.

Jujur Bumi terkejut. Dia menoleh kaku kepada ibu asuhnya itu. Dan saat melihat senyum Delotta, dia bisa merasakan sesuatu yang hangat perlahan masuk dan menyebar ke sanubarinya.

===========

Halo teman-teman selamat datang di PESONA series 4 Jagland Family. Nah, kali ini giliran Ola, si bungsu manja yang aku buatin ceritanya. Aku harap teman-teman bisa mendukung cerita ini sampai akhir. Happy reading semua.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Indah Suwarni
berarti dia lebih tua dari Gyan dunk,wah asik dapatnya sang bungsu...️nya jagland
goodnovel comment avatar
Dinila Ikhsan
aishh seruuu jg kayaknya. ola2 gak beda jauh dr mbaknya kavia. hahaha
goodnovel comment avatar
Anies
baru sampe sini udah menarik loh Pesona series 4
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   4. Menguntit

    "Om Daniel, bolehkah besok saya ajak Ola jalan keluar?" "Tentu saja boleh. Besok Ola masih di Jakarta kok. Sorenya baru dia balik lagi ke Bandung.""Kalau begitu biar sekalian saya antar Ola ke Bandung. Saya kebetulan ada rencana survei salah satu perguruan tinggi di sana." Ola jelas keberatan, tapi dengan menyebalkan sang papi malah mengizinkan Rean mengajaknya jalan. Alhasil, Minggu dia harus bangun pagi karena dari pukul sembilan Rean sudah menunggu di rumah besar papinya. Bahkan ultahnya yang ke 20 masih dua bulan lagi, tapi papi sudah sok-sokan menjodohkannya dengan anak kolega. Bodo amat Rean di bawah menunggu lama. Siapa suruh datang kepagian. Satu jam kemudian, Ola baru bisa keluar kamar. Dia mengenakan croptop hitam disambung jins panjang longgar. Memamerkan perutnya yang rata serta pusarnya yang bertindik. Rambut panjangnya sengaja dia kuncir kuda lantaran cuaca di luar sudah seperti musim panas di California. Ola berjalan hendak turun ke lantai satu dengan kepala menund

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   5. Janji Tiga Tahun Lalu

    "Aku nggak nyangka kalau Kak Bumi ngikutin kami!" seru Ola jengkel ketika mereka sampai di apartemen milik Bumi yang terletak di daerah Dago. Alih-alih membawa Ola pulang ke kosan gadis itu, Bumi berputar ke arah apartemennya. Dia tahu gadis manja itu bakal ngamuk-ngamuk karena aktiviasnya dengan dengan Rean merasa terganggu. Dan benar, Bumi sengaja mengikuti Ola. Hanya untuk memastikan keamanan gadis itu. Segalanya terasa normal ketika Rean membawa Ola ke mall. Namun ketika keduanya ke Bandung bersama dan membawa Ola ikut serta ke kamar hotel, radar bahaya Bumi langsung bereaksi. "Kalau aku nggak ngikutin kalian, kalian mau apa di kamar hotel berdua tadi?" Dahi Ola berkerut, alis gadis itu hampir menyatu. "Kami nggak ngapa-ngapain. Aku cuma pengin lihat kamar hotel itu sambil numpang istirahat. Emang salah?" "Masih nanya emang salah? Kalian baru kenal semalam, kalau kamu diapa-apain sama anak yang baru pulang dari New York itu gimana?!" Ola terhenyak saat suara Bumi tiba-tiba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   6. Konspirasi Menginap

    Ransel besar terhempas dari punggung gadis itu. Dua tangan dengan tone kulit putih itu ikut merentang bebas. Sementara senyum manisnya terukir lebar. Saking lebarnya Bumi takut kalau bibir gadis di depannya itu bisa robek. Kontras dengan gadis itu, Bumi sendiri mendadak migrain melihat kedatangan bungsu dari ayah angkatnya itu. Kepalanya berdenyut seketika. Sehari saja gadis itu berkeliaran di apartemennya bisa bikin kepala nyut-nyutan, apalagi sampai menginap berhari-hari? "Akhirnya aku bisa tinggal di sini juga!" seru Ola, sambil mengempaskan diri di samping Bumi. "Cuma tiga hari," sahut Bumi mengingatkan. Tatapnya melirik ransel Ola yang teronggok begitu saja di lantai. "Kamu bawa aja? Kayaknya berat banget. Ingat, Ola. Hanya tiga hari kamu di sini. Setelah Nadira selesai dengan urusannya kamu harus balik ke kosan." "Ya ampun, iya bawel. Takut banget sih aku nginap di sini lama-lama. Lagi pula..." Ola beringsut mendekati Bumi sambil melempar senyum muslihat. "Emang Kak Bumi ngg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   7. Permintaan Bumi

    Ola mengusap hidung mancungnya dengan ibu jari. Senyumnya terkulum bangga lantaran bisa bangun pagi. Dengan langkah penuh percaya diri dia keluar dari kamar sudah berpakaian rapi, berniat membangunkan Bumi. Namun hal tidak terduga terjadi. Saat membuka pintu hidungnya menghidu aroma wangi masakan. Tatapnya otomatis bergeser ke arah dapur. Di sana dia melihat Bumi dengan rambut setengah basah sudah berkutat di depan wajan. Spontan bahunya meluruh. Dari dulu kebiasaan bangun pagi pria itu memang tidak bisa tertandingi. Sepagi apa pun Ola berusaha bangun, tetap saja akan Bumi dahului. "Kenapa bengong? Kamu nggak mau sarapan?" sapa Bumi sambil terus sibuk dengan masakannya. Dia memasukan daun bawang yang sudah dicincang lalu mengaduk masakannya lagi. Dengan lunglai Ola melangkah mendekat. "Kak Bumi masak apa?" "Nasi goreng. Hari ini aku bakal sibuk. Dengar, Ola." Dia menatap gadis 20 tahun itu dengan pandangan serius. "Hari ini kamu harus benar-benar membantu Dira. Dia akan mengurus b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   8. Kakak-Adik Zone!

    Badan Ola berjengit mundur saat Yara mengangkat tangan tepat di depan wajahnya. Bahkan telapak tangan gadis itu menempel ke bibirnya seolah tidak memberi kesempatan buatnya bersuara. Mata Yara melotot dan telunjuknya terangkat. "Lo masih berhutang penjelasan ke gue!" kecamnya dengan pangkal hidung mengernyit. Ola meringis. Dia tahu maksud sahabatnya itu. Ini masih perkara Bumi. Sampai saat ini dia belum menjelaskan apa pun pada Yara atau pun Galen tentang Bumi meskipun dua sohibnya itu sudah ribut di grup chat dari kemarin. "Iya, nanti gue jelasin. Tapi nggak sekarang." "Nggak bisa! Harus sekarang," tolak Yara mentah-mentah. "Lo kabur gitu aja. Chat nggak dijawab, telepon apa lagi. Lo mau bikin gue mati penasaran?" "Iya, iya. Pasti gue jelasin kok." Ola mencoba menenangkan tapi matanya berkeliaran mencari seseorang. "Galen belum datang?" "Tau!" sahut Yara sembari melengos. Dan saat itulah dia sadar akan keberadaan seseorang yang membersamai Ola. Dahinya kontan mengernyit. "Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   9. Lalai

    Yara menyenggol lengan Ola saat pria tampan yang baginya asing itu berdiri di hadapannya. Matanya berkedip, memberi kode agar Ola mau mengenalkan pria itu padanya. "Kenapa kamu ada di sini?" tanya Ola ragu sambil menunjuk pria tampan, yang tak lain dan tak bukan adalah Rean. "Kan aku udah bilang kemarin mau survei perguruan tinggi," sahut Rean tersenyum. "Kamu masih ada kelas?" "Sebenarnya ada satu kelas lagi, tapi dosennya cuma nitipin tugas." "Oke, kalau gitu aku bisa ajak kamu makan." Ola refleks melirik pergelangan tangan. Masih ada cukup waktu sebelum dia meminta Galen untuk mengembalikan Dira. "Boleh. Tapi yang dekat aja ya." Ola menoleh saat lagi-lagi cewek di sebelah menyenggol lengannya. Bola matanya berputar ketika mendapat pelototan Yara—yang sejak tadi merasa diabaikan. "Oh, ya. Kenalin ini Yara, temanku."Begitu mendapat lampu hijau, Yara langsung sumringah. Dengan cepat dia mengulurkan tangan. "Hai, aku Yara."Rean memasang senyum mautnya dan menjabat uluran tanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   10. Balik Ngambek

    Ola berjalan mendekati Bumi—yang sedang menunggunya di kursi panjang—sembari menunduk. Meskipun dia tahu pria itu tidak akan mengomelinya di depan umum, rasa bersalah tetap mengepungnya. Akibat kurang koordinasi dan informasi segalanya jadi berantakan. Tapi demi apa pun Ola tidak mau jika Bumi memaksanya tukar tempat dengan Dira. Pelan gadis itu duduk di ujung kursi lainnya. Masih dengan kepala menunduk dan bibir mengerucut, Ola memindahkan tas punggung mini ke pangkuannya. Dia sadar Bumi sedang mengawasi gerakannya dalam diam. Tatap tajam pria itu cukup menunjukkan bahwa dia sedang kesal. "Tau kesalahan kamu apa?" tanya Bumi begitu bokong Ola menyentuh alas kayu kursi. Kepala Ola bergerak naik turun. Dia tidak akan membantah kali ini. Satu-satunya jalan agar tetap diizinkan tinggal di apartemen adalah mengalah. Bumi memundurkan badan sembari melipat lengan di depan dada. Duduk menyilangkan kaki dengan posisi condong ke arah Ola. "Kamu kan yang menawarkan diri buat menemani Dira d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   11. Ababil

    Belum ada tanda-tanda Ola akan kembali. Beberapa kali Bumi menghela napas. Ujung jemarinya mengetuk-ngetuk lengan sofa yang dia duduki secara berulang. Sesekali tatapnya menengok pergerakan jarum jam. Sudah hampir pukul delapan malam, tapi belum ada tanda-tanda kepulangan Ola. Bumi menunggu dengan gelisah kabar dari gadis itu. Teleponnya tidak diangkat, bahkan pesan pun tidak dibalas. Jangankan balas, dibaca saja tidak. Sejak sedikit bersitegang di kampus, Ola sama sekali belum menghubunginya. Seharian ini ponsel Bumi sepi. Selain urusan pekerjaan, biasanya notif pesan dari Ola yang selalu meramaikan. Tidak bisa! Dia tidak bisa terus sabar menunggu. Bumi beranjak dari sofa dan segera menyambar kunci mobil. Hanya hotel tempat Rean menginap yang ada di kepalanya saat ini. Sial! Matanya terpejam, menahan panas yang tiba-tiba menggelegak di dada. "Awas saja kalau lelaki itu berani menyentuh Ola," gumamnya lalu bergegas menghampiri pintu. Namun baru saja dia membuka pintu, sosok yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23

Bab terbaru

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   136. Dua Kebahagiaan

    Tepuk tangan bersahutan ketika Bumi berhasil memotong pita, tanda dibukanya bengkel baru di Kota Surabaya. Senyum lebar serta ucapan terima kasih dia layangkan. Jabatan tangan bersama pemilik perusahaan otomotif yang bekerjasama dengannya pun terayun erat. Setelah pemotongan pita para tamu yang hadir lantas berkeliling untuk melihat area bengkel. Area bengkel yang luas serta peralatan yang lengkap membuat bengkel ini bisa menampung lebih banyak mobil yang akan diservis. Fasilitas juga ditambah, seperti ruang tunggu yang nyaman juga area play ground. Selain memperkenalkan bengkel baru, mereka juga memperkenalkan tipe mobil keluaran terbaru yang beberapa bulan lalu launching. Banyak promo yang ditawarkan baik dari showroom mau pun bengkel di acara grand opening ini. Ola memilih duduk di sofa lantaran merasa kelelahan. Sejak bangun pagi tadi, sebenarnya dia merasa kurang enak badan. Namun karena ini hari penting bagi Bumi, dia bersikap seolah tidak ada masalah. Sejauh ini dia bisa men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   135. Terlanjur

    Ola meletakkan satu gelas susu hangat di meja kerja Daniel ketika pria tua itu tengah fokus membaca sebuah dokumen. Daniel mengangkat wajah, dan sontak tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Langkah Ola lantas bergerak ke belakang kursi sang papi dan melihat apa yang yang tengah pria itu baca. "Apa nggak sebaiknya papi istirahat aja?" tanya Ola saat tahu apa yang papinya baca itu sebuah proposal pendirian perusahaan baru milik Bumi. "Papi akan istirahat setelah baca proposal milik suamimu ini. Kenapa kamu nggak tidur?" "Sebenarnya aku sudah tidur. Aku tadi haus jadi kebangun. Terus liat ruang kerja papi lampunya masih nyala." Ola menunduk, lantas mengambil alih proposal itu dari tangan Daniel. "Papi minum susu itu terus pergi tidur." Kepalanya menggeleng ketika mulut Daniel terbuka dan terlihat ingin mengambil kembali proposal tersebut. Ola tidak memberi kesempatan papinya untuk protes. Dia tersenyum menang ketika Daniel tampak menyerah. "Oke, papi akan minum susu buatan my

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   134. Nikmati Prosesnya

    "Ada opening bengkel baru di Surabaya, kamu mau ikut?" Enam bulan belakangan, selain sibuk mengurus tetek bengek pembukaan pabrik, Bumi juga sibuk mengurus pembukaan cabang bengkelnya yang baru di Surabaya. Satu per satu bengkel miliknya didirikan secara berkala di kota-kota besar bergabung dengan sebuah showroom perusahaan mobil yang bekerjasama dengannya. "Kapan?" "Pekan depan. Sekalian berkunjung ke rumah Kakek Gunadi.""Boleh, tapi aku nggak bisa lama. Kamu kan tahu aku masih belum diizinin Mas Gyan buat ambil cuti."Bumi terkekeh kecil lantas menekan kakinya agar ayunan yang dirinya tempati bersama Ola bergoyang. Saat ini keduanya memang tengah bersantai menikmati sore di taman belakang yang berdampingan dengan kolam renang. Biasanya tempat ini dikuasai Daniel dan Delotta jika sore menjelang. Namun kali ini sepasang suami istri itu sedang tidak ada di rumah. "Gyan itu masih pelit banget kalau ngasih cuti. Harus ada alasan yang urgent banget baru bisa dikabulin permohonan cuti

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   133. Istri Rasa Pacar

    "Aku tau akhirnya pasti begini." Kekehan Bumi terdengar lirih saat mendengar kalimat itu. Sekarang ini dirinya masih merebah di atas kasur dengan Ola yang memeluknya seperti guling. Salah satu paha wanita itu menindih perutnya. Sehingga Bumi bisa dengan bebas mengusap paha terbuka itu dengan mudah. "Nggak sabaran," ucap Ola lagi. Dia bergerak menarik kakinya, tapi dengan cepat Bumi menahannya. "Kak!" "Sebentar, kamu mau ke mana sih?" "Sebentar lagi pasti Bibi nyuruh kita turun buat makan malam. Terus kita mau selimutan terus begini?" Ola menyingkir karena dia merasakan milik Bumi sudah kembali menegang. Kalau harus tambah satu permainan lagi, dia akan lebih lama terkurung di kamar. Akibatnya papi pasti ngomel karena mereka tidak ikut makan malam lagi. Lagi? Ya, karena kejadian seperti itu tidak cuma sekali dua kali sejak mereka pulang dari Raja Ampat. Bumi memiliki hobi baru yaitu mengurung Ola di kamar setelah wanita itu pulang kerja. Dengan gemas Bumi mencium pipi Ola. "Ngga

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   132. Yang Belum Move On

    "Memang kalian nggak bosan ke Raja Ampat? Atau suami lo nggak mampu biayain honeymoon? Ola, kalau lo butuh sponsor, bilang dong!" Kalimat itu terlontar dari mulut seorang Galen. Pria itu memasang wajah meremehkan saat Ola bilang baru balik dari Raja Ampat. Terang saja hal itu membuat Ola jengkel dan rasanya ingin menyiram muka sohibnya itu dengan air kobokan. "Bukannya laki gue nggak mampu, ya. Tapi kami emang udah janji mau balik ke sana kalau kami dapat izin nikah. Jadi ini tuh semacam utang yang wajib kami penuhi," ujar Ola dengan nada gemas. Dengan kesal dia menyambar jus jeruknya. Langit Jakarta mulai gelap lantaran mau hujan, tapi dada Ola malah kepanasan. "Poinnya itu, bukan ke mana kita pergi. Tapi dengan siapa kita pergi," timpal Yara. "Meski perginya ke surga, tapi kalau ke sananya sama lo, jelas nggak bakal bikin happy si Ola." "Nah!" Merasa dapat pembelaan, Ola kembali bersemangat. Dia kembali tersenyum puas ketika melihat wajah Galen memberengut. "Asyik enggak kemari

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   131. Perkara Momongan

    Sudah lebih dari tiga hari di Raja Ampat, kegiatan yang Bumi dan Ola lakukan hanya di seputar pantai dan kamar. Tidak peduli pada kegiatan diving atau jelajah alam yang diatur oleh pihak resort. Mereka berdua memilih menghabiskan waktu di sekitar resort. Lebih tepatnya Bumi yang ingin tetap di dalam resort. "Capek, Yang. Kita kan udah pernah. Mending di kamar, kelonan. Sama juga olahraga kan?" sahut Bumi sambil malas-malas di dalam selimut ketika Ola berinisiatif mengajaknya ikut rombongan diving. "Memangnya kamu nggak bosan, Kak?" Sambil menarik pinggang Ola mendekat, pria itu berujar. "Mana mungkin aku bosan kalau bisa peluk kamu gini." Tangannya yang nakal lantas bergerak pelan menggelitiki perut Ola, sampai wanita itu tertawa geli. "Seenggaknya kita harus renang. Aku mau meluncur di dekat dermaga."Mendengar kata renang dan meluncur, sebuah ide terlintas di kepala Bumi. "Kamu mau coba hal baru nggak?" tanya Bumi sambil menahan senyum. "Aku yakin kamu pasti suka." Alis Ola men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   130. Jarum Besar

    Desahan Ola kembali mengudara ketika puncak dadanya kembali tenggelam di mulut hangat suaminya. Genggamannya pada kain yang mengalasi tempat tidur terlepas ketika hawa panas tubuhnya kembali tinggi. Telapak tangan Bumi yang tidak mau berhenti meraba membuat libidonya naik seketika. Rasa sakit di bawah sana pun mendadak tersamarkan. "Kamu merasa lebih baik?" tanya Bumi sesaat setelah melepas kulumannya. Dengan wajah memerah Ola mengangguk. Sakit tapi juga nikmat. Itu hal yang tidak bisa dia ungkapkan sekarang. "Boleh aku bergerak sekarang?" Bumi merasa perlu izin karena tidak ingin membuat istrinya kesakitan lagi. Dan lagi-lagi pertanyaannya hanya dibalas anggukan. Perlahan dia pun menggerakkan pinggul. Terlihat sangat hati-hati. Namun sepelan apa pun dia bergerak, wajah Ola masih terlihat kesakitan. "Kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Bumi sekali lagi untuk memastikan lanjut atau berhenti. Dua tangan Ola terjulur dan menyentuh bahu Bumi. Dia memang masih merasakan nyeri, tapi jug

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   129. Misi

    Ola menggigit bibir melihat Bumi berdiri di bawah siraman air shower dengan kepala menunduk. Setelah membuat pria itu kecewa, Ola terlihat begitu menyesal. Mungkin saat ini Bumi tersiksa karena harus menahan hasrat. Pria itu tidak mengatakan apa pun, tapi Ola tahu Bumi pasti sangat kecewa padanya. Bukankah selama ini dia yang selalu menggoda? Dengan hati-hati dan tanpa menimbulkan suara, Ola menyelinap masuk ke kamar mandi. Berjalan pelan mendekati Bumi, lalu memeluk tubuh pria itu dari belakang, hingga dirinya ikut tersiram air dari shower kamar mandi dengan konsep natural itu. Bumi yang tengah mendinginkan tubuh, agak tersentak ketika sepasang lengan mendekapnya. Dia tahu itu Ola, istrinya. "Maafin aku, Kak," bisik wanita itu kemudian. Bumi menarik napas sebelum melepas pelukan Ola dan memutar badan. "Kenapa kamu nggak istirahat?" tanya pria itu seraya mengusap rambut Ola yang basah. "Kak, aku mau melakukannya sekali lagi." Sejak berdiri di ambang pintu kamar mandi dan melihat

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   128. Percobaan Pertama

    "Se-sebentar?"Dahi Bumi mengernyit ketika Ola menahan dadanya ketika dia hendak mendekat. "Ada apa?" "I-itu, apa bisa masuk?" tanya Ola dengan wajah ragu. Sejujurnya dia masih syok dengan sesuatu yang dilihatnya. Oke, fine. Dia sering iseng ingin menyentuh atau melihat sebelumnya, tapi ketika Ola benar-benar bisa melihat benda itu, dia merasa ngeri sendiri. Apa bisa benda panjang dan besar itu menembus miliknya yang hanya memiliki lubang kecil, sekecil lubang semut? Ya Tuhan! Bumi terkekeh melihat wajah tegang sang istri. Dengan lembut dia menyentuh sisi wajah Ola. "Tentu saja bisa, Sayang. Kenapa nggak bisa? Milik wanita kan elastis. Mungkin awalnya sakit, tapi setelahnya enggak lagi.""Ka-kamu yakin?"Bumi terkekeh. Merasa geli melihat ekspresi Ola saat ini. "Kamu takut? Bukannya kamu yang biasanya suka godain aku biar ini..." Ola terperanjat ketika Bumi menyentak pangkal pahanya hingga benda itu tepat mengenai perutnya. "...bisa masuk ke dalam kamu." Ola meringis dengan alis m

DMCA.com Protection Status