My Bittersweet

My Bittersweet

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-19
Oleh:Ā Ā CrearunaĀ Ā Tamat
Bahasa:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
47 Peringkat. 47 Ulasan-ulasan
21Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Ā Ā 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bahana dan Nayaka dipertemukan oleh takdir. Sama-sama terluka oleh masa lalu. Kebersamaan yang awalnya hanya untuk saling menguatkan, menjadi obsesi yang membuat keduanya tak bisa saling melepaskan. Melewati setiap masalah yang timbul, baik dari mereka sendiri dan masa lalu yang menyeruak.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Dua Wanita

“Ka! I need your help, here!” teriak Bahana dari dalam kamar, membuat Nayaka yang sedang mengerjakan tugas kantornya merasa capek. Ini sudah kelima kalinya Bahana memanggilnya untuk hal yang tidak penting.“Kali ini apalagi?” Nayaka melonggokkan kepalanya ke dalam kamar Bahana.“I need some water,” desis Bahana.“Tuan, tanganmu itu tak kenapa-kenapa, dan lagi kamu bebas bergerak. Yang luka hanya perutmu,” omel Nayaka seraya mengambilkan air yang ada di nakas dekat tempat tidur Bahana.“Aku kan gak boleh banyak gerak, agar lukaku tak terbuka.” Bahana tersenyum melihat Nayaka mengomelinya.“Alasan.” Nayaka memasang wajah sebal.“Apakah kamu sibuk?” goda Bahana.“Tuan, i’m working. I must pay my bill,&rdquo

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Effendi Jingga
wakeeehhh bukuneeee... semangaat yooo
2021-10-11 19:49:13
0
user avatar
Veedrya
Ini sih witing trisno jalaran soko kulino Alon2 waton kelakon, sing penting sampe selamanya wis
2021-05-26 10:36:17
0
user avatar
Psychopath Tender
Saling melengkapi itu memang anugerah luar biasa, jangan sampai disia-siakan
2021-05-24 18:03:48
0
user avatar
Psychopath Tender
Saling melengkapi itu memang anugerah luar biasa, jangan sampai disia-siakan
2021-05-24 18:03:45
0
user avatar
Linanda Anggen
Keren sekali kak šŸ˜šŸ‘
2021-05-16 14:31:36
0
user avatar
nura0484
suka ceritanya, lanjut
2021-05-15 18:25:45
0
user avatar
Hi you
Sepertinya ceritanya akan rumit, akan aku lanjut baca lagi nanti. Semangat kaaa šŸ‘šŸ‘šŸ¤©šŸ¤©šŸ„°
2021-05-15 17:29:53
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:14
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:14
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:14
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:09
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:09
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:08
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:08
0
user avatar
Vieneze
Ceritanya menarik. Sukaaaa
2021-05-14 14:00:08
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
21 Bab

Dua Wanita

 “Ka! I need your help, here!” teriak Bahana dari dalam kamar, membuat Nayaka yang sedang mengerjakan tugas kantornya merasa capek. Ini sudah kelima kalinya Bahana memanggilnya untuk hal yang tidak penting. “Kali ini apalagi?” Nayaka melonggokkan kepalanya ke dalam kamar Bahana. “I need some water,” desis Bahana. “Tuan, tanganmu itu tak kenapa-kenapa, dan lagi kamu bebas bergerak. Yang luka hanya perutmu,” omel Nayaka seraya mengambilkan air yang ada di nakas dekat tempat tidur Bahana. “Aku kan gak boleh banyak gerak, agar lukaku tak terbuka.” Bahana tersenyum melihat Nayaka mengomelinya. “Alasan.” Nayaka memasang wajah sebal. “Apakah kamu sibuk?” goda Bahana. “Tuan, i’m working. I must pay my bill,&rdquo
Baca selengkapnya

Ayo Sepakat Tentang Kita

 Bahana menatap Nayaka yang sedang berdiam di dekat jendela. Perempuan yang ingin sekali direngkuhnya. “Sudah siap?” tanya Bahana membuat Nayaka kaget dan mengangguk. “Aku yang menyetir,” kata Nayaka sambil meraih kunci yang dipegang Bahana. “Up to you my lady,” desis Bahana seraya menyeringai. Mereka menyusuri jalanan lenggang di persawahan menuju Ubud. Nayaka sengaja mencari jalan yang tak ramai. “Apakah perutmu baik-baik saja?” tanya Nayaka setelah mereka berdiam diri. “I'm fine Ka. I’m always fine if I’m with you,” kata Bahana membuat Nayaka tergelak. “Kamu selalu saja gombal,” desisnya. “Ka, aku serius tentang, ayo menikah,” kata Bahana membuat Nayaka jengah. “Aku juga serius unt
Baca selengkapnya

Mata Yang Menawan

 Bahana sudah bersiap pagi itu untuk ke pengadilan. Pradnya sudah menunggunya di ruang tamu. Nayaka mondar-mandir di dekatnya.“Na, aku ikut,” pinta Nayaka membuat Bahana menggeleng.“Biarkan aku ikut, aku akan tetap di mobil,” lanjut Nayaka tak bisa membiarkan Bahana peegi sendiri.“Oke, ajak Raka,” kata Bahana luluh saat melihat Nayaka mengiba.“Buat apa?” tanya Nayaka tak paham maksudnya membawa Raka.“Biarkan dia menyetir,” kata Bahana.Dengan kebingungan Nayaka memberitahu Raka.Mereka berempat ke pengadilan. Sepanjang jalan Nayaka tak berhenti memilin ujung bajunya. Bahana meraih tangan Nayaka dan menggenggamnya erat. Meredam kegelisahan yang Nayaka perlihatkan. Nayaka menatap Bahana yang memberinya tanda bahwa semua akan baik-baik saja. Dia menghela napasnya berat. Berusaha mempercayai Bahana.“Ka, tunggu di mobil bersama Nayaka. Pastikan dia
Baca selengkapnya

Bertemu Masa Lalu

Bahana sudah siap, hatinya sedang tak baik-baik saja mengingat hari ini dia harus bertemu Sangka. Hari yang selama setahun bisa dihindarinya, kini harus dihadapinya.Dia mengetuk pintu kamar Nayaka, pelan.“Ka, bangunlah, ini bajumu,” kata Bahana sambil bersandar di pintu.Hampir saja dia terjatuh saat Nayaka membuka pintu dengan mata masih setengah terpejam.“Ayo mandi, kita sarapan dulu baru ke kantor Gama.” Bahana mengulurkan paper bag  yang berisi belanjaan mereka kemarin.Nayaka menerimanya dengan enggan. Masih ingin melanjutkan mimpinya. Bahana kemudian mengecup kedua mata Nayaka, membuatnya seketika tersadar dan terkejut.“Na,” protesnya.“Sana mandi. Apa mau aku temenin,” goda Bahana membuat Nayaka menutup pintunya.Bahana tertawa, kemudian menuju dapur. Raka sudah ada di sana, menyantap masakan Mbok Inah.“Hari ini Mas mau dianterin atau nyetir
Baca selengkapnya

Kesepakatan

Nayaka berdiam diri sepanjang perjalanan pulang dari makan siang. Intimidasi Sangka terlihat nyata untuknya. Nayaka paham dengan sikap Sangka, tapi juga tak paham. Dia sudah memilih Gama, kenapa masih harus mempertanyakan perasaan Bahana? Apakah Sangka memang serakah ingin memiliki keduanya? Kalau begitu, Nayaka bertekat untuk mempertahankan Bahana, dan membuat Sangka tahu, Bahana bukan lagi miliknya. Baik hati dan raganya.“Sangka mengatakan apa padamu? Sampai kamu diam tak menatapku,” desis Bahana curiga.“Aku akan membuatnya tahu, kamu milikku,” desis Nayaka tak sadar, membuat Bahana menekan rem karena tak menyangka mendengar kata-kata itu dari mulut Nayaka.“Apaan sih mengerem mendadak?” tanya Nayaka kesal karena kepalanya terantuk dashboard.“Ulangi sekali lagi?” pinta Bahana berharap Nayaka tak melupakan desisannya tadi.“Apa?” tanya Nayaka bingung.“Ulangi perk
Baca selengkapnya

Konfrontasi

Nayaka menutup pintu lalu menutup wajahnya. Menyembunyikan rasa malu yang menyeruak. Walau Bahana tak lagi ada di depannya, tapi degup jantungnya tak kunjung mereda. Rasanya masih panas, masih membuatnya merasa dipandangi.Dia lalu membersihkan diri di kamar mandi. Mengguyur kepalanya agar segera reda semua rasa malu itu.Sementara Bahana langsung merebahkan dirinya di tempat tidur. Tersenyum dan memejamkan matanya karena bahagia.Dering ponsel membangunkannya, sudah pagi rupanya. Dia bahkan belum berganti baju. Pradnya.“Ada apa?” tanya Bahana.“Oke, aku akan ke sana. Semuanya kupasrahkan padamu,” kata Bahana lalu gegas mandi.Nayaka masih belum keluar dari kamar, dia kemudian meninggalkan rumah dan berpesan pada Raka dan Mbok Inah, kalau dia hanya sebentar menemui Pradnya.Nayaka membuka matanya, berusaha mengingat ini hari apa. Beruntung semua dokumen kerja sudah dia selesaikan beberapa hari yang lalu. Dia k
Baca selengkapnya

Rumit

Nayaka menatap Bahana yang kini berbaring, menunggu lukanya untuk dibersihkan. Bahana menutup matanya dengan lengan. Entah menyembunyikan rasa sakit atau air mata. Nayaka tak berani mengungkitnya. Dengan pelan dia membersihkan luka itu. Belum kering sepenuhnya. Seperti luka hati Nayaka, belum kering karena ulah Doni, sekarang Sangka bahkan ikut menggarami. Perih.Bahana sedang bergelut dengan perasaannya sendiri, menahan air mata yang mungkin saja meluruh tanpa dia sadari. Gama sudah mengetahui rahasia gelapnya, beruntung Gama menerima semuanya. Perlakuan Sangka masih menyisakan duka baginya. Sudah ditinggalkan, kini bahkan seolah dia tak direlakan untuk bahagia.Nayaka mengangkat lengan Bahana, memperlihatkan mata yang memejam dengan terpaksa itu.“Aku sudah selesai membersihkan lukamu. Jangan menangis,” bisik Nayaka seraya mengecup mata Bahana.Entah perasaan apa yang menjalar, kini air mata itu mengalir tanpa bisa lagi dibendung. Nayaka yan
Baca selengkapnya

Jangan Membuatku Khawatir!

Naya sudah siap di dapur, memakan sarapannya. Sambil menunggu Bahana yang tak kunjung keluar.“Non Ka, kenapa gelisah?” tanya Mbok Inah tahu Nayaka gelisah karena sesekali melirik arah kamar Bahana.“Mau, Mbok aja yang bangunin Mas Bahana, apa Non Ka sendiri?” tawar Mbok Inah membuat Nayaka bangkit juga.“Aku saja, Mbok.” Nayaka meninggalkan dapur.Dia mengetuk pintu kamar Bahana pelan. Tak ada jawaban. Tak biasanya Bahana belum bangun di jam-jam ini. Sekali lagi dia mengetuk pintu. Tapi tak ada respons. Nayaka mulai cemas.Dibukanya pintu dengan pelan. Terlihat Bahana sedang meringkuk di tempat tidur. Nayaka khawatir.“Na?” tegur Nayaka. Tak ada balasan.Nayaka menyentuh tubuh Bahana. Panas sekali. Tangannya sedang menekan perutnya. Saat Nayaka mengangkatnya, terlihat darah di sana.“Na, ada apa?” teriak Nayaka panik.Teriakan Nayaka membuat Mbok Inah dan Raka
Baca selengkapnya

Persiapan

Nayaka tak bisa memejamkan matanya, melihat Bahana mendengkur halus di sampingnya, membuatnya masih tak percaya, laki-laki ini akan menjadi suaminya beberapa hari ke depan.Nayaka mengusap wajah Bahana dengan jemarinya, menyusuri setiap lekuknya, mensyukuri setiap pahatan Tuhan di sana. Garis wajah yang tegas, dengan kulit bersih, sungguh perpaduan yang memabukkan.Nayaka masih tak percaya Bahana menyerahkan diri untuk menikahinya. Bahana bisa mendapatkan perempuan cantik mana pun yang dia inginkan, tapi, Bahana malah memilihnya. Nayaka, perempuan yang mungkin biasa saja.Saat tangan Nayaka menyusuri bibir Bahana, dia tak tahan untuk tak mengusapnya. Bibir tipis yang sudah dia kecup entah berapa kali belakangan ini. Tanpa sadar, Nayaka menciumnya. Merasakan manisnya. Kemudian tersenyum saat Bahana menggeliat dalam tidurnya.“Jangan pergi,” gumam Bahana dalam tidurnya sambil memeluk Nayaka erat.“Aku menginginkanmu,” lanjut B
Baca selengkapnya

Pernikahan

Nayaka sangat gugup, saat Ratna datang ke kamar hotelnya, membawakan gaun pengantin, dia malah terpaku dan tak percaya bahwa ini adalah harinya.Nari dan Ratna membantu Nayaka memakai gaunnya. Nayaka sudah berias sendiri.Sementara Bahana berjalan mondar-mandir di depan Gama.“Tenang, Na,” gumam Gama malas melihat Bahana gelisah.“Aku akan menikah,” desis Bahana tak sabar.“I know. Calm down.” Gama menepuk pundak Bahana.Nayaka keluar kamar dibimbing oleh Paman yang menggenggam erat tangannya.Bahana terpaku, Nayaka benar-benar memesona. Membuatnya tak bisa berkata-kata.Saat Paman menyerahkan tangan Nayaka padanya, Bahana menerimanya dengan lembut, mengecup punggung tangan Nayaka dan memberinya senyum yang membuat Nayaka harus menahan napas.Ikrar sehidup semati mereka terucap. Bahana tak henti menatap Nayaka yang jengah di hadapannya.“Selamat, jaga hubungan kal
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status