Share

Pengakuan

Gama menatap senja, yang berwarna saga. Mentari perlahan pergi, seperti hatinya yang sudah siap merelakan Sangka untuk berlalu.

Sangka melangkah menemui laki-laki yang sudah dia sakiti dengan gamang. Sepanjang jalan dari parkiran ke dalam, hatinya tak berhenti berperang.

Sangka melihat laki-laki itu menyesap gelas birnya, matanya kosong ke arah pantai. Hati Sangka mencelos. Merasakan cubitan getir. Laki-laki itu bahkan telah dia bohongi selama ini. Tentang perasaannya.

“Maaf menunggu,” kata Sangka rikuh.

Sikapnya melunak saat dia melihat wajah itu terlihat menahan lelah. Wajah yang guratan beban seolah terlihat jelas.

“Tak apa, duduklah,” kata Gama.

Sangka duduk di sebelah Gama. Menatap mega yang kini lebih gelap, karena matahari sudah tenggelam separuh di lautan.

“Maafkan aku,” desis Sangka.

‘Untuk apa?” desak Gama.

“Semuanya,” jawab Sangka singkat.

“Semua yang mana?
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status