Share

Bab 3

Seusai berbicara, Camilla berbalik dan berjalan menuju sepeda listriknya.

Melihat Camilla benar-benar hendak pergi, Liam langsung mengejarnya.

Liam sudah membayangkan bahwa Camilla akan berusaha sekuat mungkin untuk menjerat dirinya.

Namun, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Camilla akan pergi begitu saja!

Dia masih harus mendapatkan kembali arloji emasnya, jadi dia harus pulang dengan Camilla!

Melihat Liam menghalangi jalannya tanpa mengucapkan apa pun, Camilla tidak mengerti apa yang ingin pria ini lakukan. Dia pun bertanya, "Ada apa?"

Setelah dipikir-pikir, Camilla menyadari bahwa memang ada sesuatu yang harus diperjelas sekarang juga.

"Dulu, aku hanya menyelamatkanmu tanpa memintamu untuk balas budi! Kalau soal pernikahan ini, aku sangat berterima kasih padamu, tapi aku juga merasa bersalah. Kelak, kalau kamu menikah lagi dan istrimu keberatan soal hal ini, aku akan menjelaskan padanya bahwa kita hanya menikah sebagai formalitas tanpa hubungan asli apa pun," kata Camilla.

"Aku nggak akan menikah lagi," kata Liam.

"Mana mungkin! Kamu begitu tampan, kamu juga memiliki temperamen yang baik. Pasti ada banyak sekali wanita yang ingin mendekatimu," kata Camilla.

Jika Liam diposisikan di dunia hiburan, penampilannya juga tergolong sangat unggul. Bagaimana pun kondisi keuangannya, dia tetap sangat diminati.

Namun, Liam tidak mengucapkan apa pun.

Sebenarnya, dia juga memiliki seorang putra yang juga berusia empat tahun. Dia tidak ingin mencarikan ibu tiri untuk putranya, jadi dia memutuskan untuk tidak menikah seumur hidupnya.

Camilla berpikir, 'Jangan-jangan luka parah yang dulu Liam alami menjadi akar penyakit?'

Tiba-tiba, Camilla sedikit mengasihani Liam, dia juga sangat mengagumi pria ini.

Pada saat ini, ponsel Camilla berdering.

Ada panggilan masuk dari Hilda Carvin, ibu tirinya.

Saat Hilda menyadari bahwa sebagian besar barang di kamarnya Camilla menghilang dan tahu bahwa Camilla ingin pindah dari rumah, dia menyuruh Camilla untuk membatalkan penyewaan rumah baru itu.

Hilda berkata, "Kalau kita tinggal bersama, saat kamu sibuk kerja, Ibu masih bisa membantumu menjaga Shella."

"Aku nggak tenang kalau seorang wanita sepertimu tinggal sendirian di luar! Bagaimana jika kamu bertemu pria mesum...." Sambil berbicara, Hilda mulai menangis.

Sejak Camilla hamil di luar nikah, Hilda selalu menyalahkan dirinya karena dia tidak menjaga Camilla dengan baik.

Camilla menahan air matanya. Sambil membahas hal pernikahan, Hilda merasa marah hingga dia terus mengomel di ujung telepon lainnya.

"Baik, baik, aku lagi mau bawa Liam pulang!" kata Camilla.

Awalnya, Camilla hanya ingin pulang setelah mengurus surat nikah. Dia tidak menyangka bahwa Hilda malah akan menunjukkan reaksi sebesar ini.

Setelah mengakhiri panggilan ini, Camilla merasa serbasalah.

Sedangkan Liam malah langsung melangkah dan duduk di atas sepeda listrik itu.

"Aku akan pulang denganmu!" seru Liam.

Kebaikan Liam membuat Camilla merasa sangat tersentuh, sehingga Camilla pun berkata, "Setelah kita menghadapi ibuku, aku akan bilang kalau kamu akan kembali ke barak, jadi kalian nggak akan bertemu lagi."

Status Liam sebagai seorang tentara benar-benar sempurna.

Status ini bukan hanya bisa membuat Shawn, seorang putra dari keluarga kaya, merasa waspada, tetapi juga tidak akan menimbulkan kecurigaan dalam keluarganya Camilla jika Camilla mengatakan bahwa Liam bertugas di kemiliteran dan jarang sekali pulang rumah.

Keluarga Camilla memiliki usaha pasar swalayan yang bernama Camelia Mart.

Pasar swalayan ini merupakan sebuah bangunan kecil dengan dua lantai yang berada tepat di pinggir jalan.

Bangunannya sangat bobrok, dindingnya sudah terkelupas, dengan tanda cat merah yang sangat besar di atasnya.

"Nggak sopan kalau kamu pakai kacamata hitam saat bertemu dengan orang tua. Bisa dilepas, nggak?" tanya Camilla.

Liam pun melepaskan kacamata hitamnya dan menunjukkan sepasang matanya yang dingin dan dipicingkan, tatapannya sangat mendalam.

Lima tahun yang lalu, mata pria ini juga terluka. Meskipun sudah sembuh, dia tetap lebih terbiasa memakai kacamata hitam.

"Bisakah kita bergandengan tangan? Dengan begitu, kita bisa terlihat lebih akrab dan nggak akan ketahuan," kata Camilla. Camilla tidak tertarik pada pria tampan, tetapi dia tetap saja merasa agak canggung di hadapan pria setampan Liam.

Sedangkan Liam tidak suka bersentuhan dengan orang lain, tetapi dia tidak menolak.

Entah mengapa, Liam merasa bahwa wangi yang segar dan samar dari tubuh wanita ini familier.

Sepertinya, lima tahun yang lalu, saat wanita ini menyelamatkannya, dia juga mencium wangi ini.

Tanpa berpikir panjang, dia berjalan masuk dengan Camilla.

Pada saat ini, Hilda sedang mengemas paket.

Dia berpikir, hari ini pertama kalinya menantu barunya datang berkunjung, jadi dia tidak ingin menantunya merasa bahwa rumahnya berantakan.

Selain itu, lima tahun yang lalu, meskipun Camilla pernah menyelamatkan Liam, dari arti tertentu, Liam juga pernah menyelamatkan Camilla.

Hilda belum pernah bertemu dengan Liam sebelumnya. Melihat penampilan Liam yang tampan dan tubuhnya yang tinggi, Hilda merasa senang. Hanya saja, Hilda merasa agak kecewa karena ... Liam datang dengan tangan kosong.

"Biasanya, kakakku dan istrinya melakukan siaran langsung untuk menjual makanan ringan, penjualannya juga lumayan baik. Ada banyak paket di rumah, jadi agak berantakan," kata Camilla sambil menarik Liam untuk duduk di kursi, lalu menuangkan segelas air untuk pria ini.

Sedangkan Hilda duduk di hadapan Liam dan mulai menginterogasi pria ini.

Di hadapan orang tua, Liam termasuk sopan. Dia mempertahankan postur duduk yang baik dan menjawab semua pertanyaan Hilda dengan lancar.

Setelah mengobrol sejenak, ekspresi Hilda tampak masam.

"Aduh, sudah 29 tahun, ya! Kamu lebih tua enam tahun daripada Camilla! Kamu nggak bisa terus bekerja di militer, pekerjaannya nggak stabil," kata Hilda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status