Share

Bab 5

Hilda hanya mempersiapkan satu lauk daging dan satu jenis sayuran untuk Liam.

Camilla merasa bahwa hidangan ini terlalu simpel, jadi dia mengambil satu kaleng ikan, satu kaleng buah-buahan dan memotong satu sosis.

Hilda tidak bisa menahan diri dari mengomel lagi karena ini pertama kalinya Liam mengunjunginya, tetapi Liam bahkan tidak membawa hadiah apa pun.

"Menurutku, dia sama sekali nggak menghargai dirimu! Aku nggak meminta agar kamu mencari pria kaya, tapi kamu harus mencari pria yang benar-benar mencintaimu," kata Hilda.

"Ibu, orangnya memang agak kaku, tapi dia orang baik!" sela Camilla sambil meletakkan sosis yang sudah dipotong di atas meja.

Selama ini, Camilla sudah mencari banyak sekali orang untuk menikah dengannya, tetapi hanya Liam yang bersedia untuk membantu dirinya.

Meskipun sikap Liam terhadapnya sangat buruk, dia tetap sangat berterima kasih pada pria ini.

Dia tidak bisa membalas budinya, jadi dia hanya bisa bersikap lebih baik pada Liam.

"Camilla, pernikahan adalah hidup kedua bagi seorang wanita .... Aku berharap agar kamu bisa hidup bahagia ... jangan seperti aku ..." kata Hilda dengan suara yang terisak tangis.

"Ibu! Aku akan tetap sadar diri. Setelah menikah, kalau aku merasa nggak cocok, aku akan langsung mengakhiri hubungan ini agar aku nggak jatuh terlalu dalam," kata Camilla.

Camilla merasa bahwa dia adalah seorang wanita yang sudah memiliki anak di luar nikah, jadi dia tidak berhak untuk mendambakan percintaan!

Dia hanya berharap agar dia bisa menemani putrinya tumbuh besar dengan sehat dan bahagia.

"Ingat, jangan beri tahu dia tentang Shella. Satu hari nanti, kalau memang nggak bisa disembunyikan lagi, bilang saja Shella ... anak mantan pacarmu. Sudah ingat, belum?" kata Hilda.

Camilla menunduk untuk menyembunyikan rasa sakit yang terpancar di tatapannya sambil mengiakan ucapan Hilda dengan suara pelan.

Di sisi lainnya, Liam tidak menemukan arloji emasnya di kamar Camilla.

'Apakah Camilla sudah membawa jam itu ke rumah barunya?' pikir Liam.

Saat Liam hendak turun ke lantai bawah, secara kebetulan, Hannah Eleanor keluar dari kamar sebelah.

Hannah baru bangun tidur. Dia memegang perutnya yang sedang mengandung enam bulan sambil menguap. Penampilannya sangat berantakan, membuatnya tampak tidak terawat.

Saat dia melihat Liam, matanya seketika berkilau. Dengan wajahnya yang memerah, dia bergegas kembali ke kamarnya.

Saat Hannah turun ke lantai bawah lagi, dia sudah berganti pakaian ke gaun longgar dengan belahan rendah. Dia juga sudah berias dan bahkan memakai parfum.

Selama mengandung, Hannah selalu menjaga bentuk tubuhnya. Dengan gaun yang longgar itu, dia sama sekali tidak terlihat seperti sedang mengandung.

"Ibu, siapa ini? Kenapa aku nggak pernah melihatnya sebelumnya?" tanya Hannah sambil tidak bisa menahan diri dari melirik ke arah Liam.

Hilda menghalangi Hannah dengan tubuhnya dan menjawab dengan ekspresi masam, "Ini adik iparmu! Hari ini, dia baru menikah dengan Camilla! Liam, ini kakak iparmu."

Liam bisa melihat bahwa Hannah tidak memiliki niat baik, jadi dia sama sekali tidak menghiraukan wanita ini.

"Apa? Camilla, kamu sudah menikah? Kapan kamu punya pacar? Kenapa aku nggak tahu?" Suara Hannah tiba-tiba melengking. Nanti siang, dia bahkan sudah berencana untuk pergi menentukan tanggal pernikahan dengan Shawn!

"Kami sudah kenal sangat lama, tapi baru memperjelas hubungan kami akhir-akhir ini!" jawab Camilla sambil menarik Liam untuk duduk dan makan.

Kecemburuan melintas di matanya Hannah.

Camilla adalah seorang wanita yang sudah memiliki anak. Atas dasar apa dia bisa disukai oleh putra dari keluarga kaya dan bahkan mendapatkan suami setampan ini?

Sedangkan suami Hannah sendiri ....

Mendengar kabar bahwa Camilla sudah menikah, Andy Norris bergegas pulang dengan tertatih-tatih dari luar. Dia bahkan masih mengenakan seragam kerja pengiriman barang.

Andy dan Camilla adalah anak kembar, dengan penampilan yang lumayan mirip, tetapi tampang Camilla lebih tajam.

"Kak, ini Liam, suamiku!" seru Camilla sambil tersenyum.

Melihat Camilla tersenyum dengan manis, Andy menelan kembali kata-kata yang hendak dia ucapkan dan menganggukkan kepalanya pada Liam, lalu mengambil sebotol anggur putih.

Setelah makan siang, Andy sudah agak mabuk, sedangkan Liam terlihat sangat normal, sama sekali tidak terlihat mabuk.

Hilda menyuruh Liam untuk mencuci piring.

Sedangkan Camilla tidak ingin menyusahkan Liam, jadi dia membantu Liam melakukannya.

Di cuaca ini, air sangat dingin.

Ujung jari Camilla bahkan memerah, sehingga dia mengulum tangannya di sudut bibirnya. Saat dia hendak melanjutkan pekerjaannya, dia didorong oleh Liam.

"Biar aku saja," kata Liam.

Cahaya matahari dari luar jendela menyinari samping wajah Liam yang tajam, membuat wajahnya seakan-akan dilapisi dengan emas.

Pria tampan yang bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sudah hampir punah zaman sekarang!

Camilla berpikir, 'Kelak, siapa pun yang menikah dengan Liam pasti akan sangat bahagia!'

Kemudian, dia mengambil kain lap kering dalam diam dan mulai menyeka piring yang sudah dicuci.

Melihat pasangan baru ini melakukan pekerjaan rumah tangga bersama, Hilda merasa lebih lega.

Dia bertanya pada Andy dengan suara rendah, "Andy, apakah kamu merasa bahwa Shella dan Liam sepertinya agak mirip?"

"Apa yang sedang Ibu pikirkan? Nggak mungkin!" seru Andy yang sedang bersandar di kursi sambil melihat ke arah dapur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status