Share

Bab 13

Pintu rumah terbuka dan Shella berlari keluar, dengan sosok Liam yang tinggi berdiri di belakangnya.

Camilla memeluk putrinya erat-erat dan bertanya pada Liam apa yang terjadi pada kunci pintu rumahnya.

"Aku keluar sebentar, nomor teleponmu nggak terhubung, jadi aku memanggil perusahaan kunci," jawab Liam dengan santai.

Camilla ingin sekali menuntut perusahaan kunci itu. Mengapa mereka bisa mengganti kunci pintu rumah orang lain sesuka mereka? Namun, saat dia teringat bahwa dia sudah menikah dengan Liam, dia hanya bisa menahan amarahnya.

Dia memeluk Shella dengan ketakutan. Kemudian, dia hendak pergi mempersiapkan makan malam, tetapi Shella malah mengatakan bahwa Shella sudah makan dengan Liam dan bahkan membawakan makan malam untuknya.

"Ada udang favorit Ibu!" Shella berbisik di telinga Camilla dengan senang hati, "Paman baik sekali, Shella suka sekali dengan Paman."

Melihat pria yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya tanpa berbicara itu, Camilla merasakan kehangatan dalam hatinya.

Namun, dia langsung menahan perasaan ini.

Setelah makan malam, Camilla meminum dua gelas besar air.

Supaya dia tidak pergi ke kamar mandi selagi dia bekerja, dia sama sekali tidak minum air seharian.

Liam akhirnya menyimpan ponselnya. Dengan ekspresi masam, dia menanyakan mengapa nomor telepon Camilla tidak bisa dihubungi sepanjang hari.

"Hah? Oh ya? Mana mungkin!" Camilla berpura-pura mengeluarkan ponselnya sambil berkata, "Jangan-jangan rusak, ya? Bagaimana kalau ... kamu coba hubungi aku lagi sekarang?"

Camilla bergegas membatalkan pemblokiran nomor telepon Liam dan mengubah namanya menjadi "36 juta".

Liam adalah suami yang dia sewa dengan uang sebanyak 36 juta, jadi nama ini sangat serasi dengan Liam.

Liam tidak menghubungi Camilla untuk memastikan hal itu, melainkan menginterogasi Camilla mengapa dia membiarkan anak sekecil Shella pulang sekolah sendirian.

"Apakah menghasilkan uang lebih penting daripada keselamatan anak?" tanya Liam.

Camilla tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

Sedangkan Shella takut mereka bertengkar, sehingga dia berkata dengan suaranya yang manis, "Paman, jangan marah! Ibu sudah sering sekali membawa Shella pulang, jadi Shella bisa pulang sendirian."

"Guru TK kalian juga nggak bertanggung jawab, bisa membiarkanmu pulang sendirian tanpa dampingan orang tua," kata Liam. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa bisa ada ibu dan sekolah yang begitu tidak bertanggung jawab.

"Kata Bu Berry, Shella sudah besar, Shella sangat hebat, bisa pulang sendirian," kata Shella. Dia juga tidak mengerti mengapa Liam marah, dia hanya bisa mengedipkan matanya yang besar dengan kebingungan.

Sedangkan Camilla sama sekali tidak bersuara. Dia hanya memasukkan baju kotornya ke dalam mesin cuci, lalu merapikan kamarnya.

Dulu, dia sengaja menyewa rumah ini karena rumah ini berada di sebelah TK Sunny, tidak perlu menyeberang jalan, jarang ada mobil yang lewat, jadi saat dia tidak sempat menjemput putrinya pulang, putrinya bisa pulang sendirian.

Jika bisa, bagaimana mungkin dia tidak ingin menjemput Shella pulang setiap hari dan menemani di sisi putrinya setiap saat?

Namun, dia tetap harus menghasilkan uang untuk biaya operasi putrinya.

Camilla menyeka sudut matanya sambil tersenyum dan memuji Shella yang bisa pulang sendirian hari ini!

Kemudian, dia bertanya pada Liam berapa biaya penggantian kunci pintu rumah ini.

Tanpa melihat Camilla sama sekali, Liam menjawab dengan nada yang terdengar kesal, "34 juta, mau transfer atau bayar pakai uang tunai?"

Sudut bibir Camilla berkedut. "Sebenarnya, aku selalu merasa bahwa kunci sandi kurang aman. Shella masih kecil, dia mudah ditipu untuk membocorkan kata sandi itu, jadi nggak seaman kunci sebelumnya."

Liam terdiam sejenak, lalu menarik Camilla ke luar dan menekan sesuatu di kunci sandi itu untuk mendaftarkan sidik jarinya Camilla dan Shella.

"Sekarang, sudah diganti jadi kunci sidik jari! Sudah aman, deh!" kata Liam. Kemudian, dia juga mendaftarkan sidik jarinya sendiri, Camilla bahkan tidak bisa menahannya.

"Kurang bagus, deh? Ini rumahku!" Camilla merasa agak kesal.

"Aku yang beli kuncinya, jadi aku berhak memakainya," kata Liam dengan nada dingin.

Camilla kembali terdiam.

Liam pun masuk ke dalam, diikuti oleh Camilla yang bertanya mengapa dia belum juga pergi.

Namun, Liam mengabaikan pertanyaan itu dan malah memperingatkan Camilla bahwa besok, Camilla harus secara pribadi menjemput Shella pulang sekolah.

"Kamu sudah melahirkannya, jadi kamu harus memenuhi tanggung jawabmu sebagai ibunya."

Camilla menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ucapanmu benar."

Namun, keesokan harinya, setelah kesibukannya berakhir, Liam terbang pulang dari ibu kota. Sedangkan Shella masih saja pulang sendirian.

Liam harus menghubungi Camilla berkali-kali sebelum Camilla menerima panggilannya.

Di ujung telepon lainnya, terdengar suara angin, sehingga suara Camilla terdengar sangat samar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status