"Dia masih sekolah, bagaimana dia harus menghadapi kehidupannya selanjutnya?"Leony berseru, "Aku bisa membantumu agar bajingan itu dihukum!""Lupakan saja, aku nggak punya kesan baik terhadap temannya Shawn," kata Camilla. Dia tidak ingin terlibat lagi dengan Shawn."Kamu nggak bisa menyamaratakan kami! Lagi pula, Shawn memperlakukanmu dengan sebaik itu, kenapa kamu begitu membencinya?""Jangan-jangan kamu sengaja karena kamu suka dikejar-kejar oleh pria lain untuk memuaskan kesombonganmu?"Camilla tidak menghiraukan Leony. Dia duduk di sepeda listriknya dan memasukkan kuncinya.Leony terus mengikutinya sambil bertanya, "Putrimu milik Shawn, ya?"Dengan ekspresi gelap, Camilla menjawab, "Bukan.""Jangan langsung membantah! Shawn sudah mengakui kalau anak itu miliknya! Lagi pula, kalian sudah punya anak, kenapa kamu masih membangkang seperti ini?""Demi anakmu, apakah kamu nggak bisa menikah saja dengan Shawn? Dengan begitu, kalian bisa memberikan anak kalian keluarga yang utuh," kata
"Katanya, dia mau menghindari putra keluarga kaya itu dan pindah dari rumahnya, semuanya hanya alasan untuk mendekati Bos! Prioritas Bos adalah menemukan arloji emas itu secepatnya. Kalau nggak, kalau sampai dokumen rahasia di dalamnya jatuh ke tangan orang jahat, dampaknya akan sangat berbahaya.""Bos, jangan tertipu oleh penampilan Nyonya yang polos dan baik hati! Kalau perlu, kita harus mengambil tindakan ekstrem!""Juan, diamlah, arloji emas itu sama sekali nggak ada di tempatnya Nyonya!" seru Freddie. Dia merasa kesal hingga suaranya melengking. Dia pun mulai beradu mulut dengan Juan.Juan berseru, "Kalaupun arloji emas itu nggak ditemukan, nggak berarti dia nggak bersalah! Kemungkinan besar, dia menyembunyikan arloji emas itu! Kalau nggak, mengapa alamat IP itu bisa ada di Camelia Mart?""Mungkin saja ... ada yang sengaja memfitnah Nyonya!" seru Freddie pula."Kita sudah menggali semua informasi tentangnya. Dia adalah orang yang sangat biasa, siapa yang mau mencelakai dirinya?" s
Para petapa yang berjalan melewati mereka pun memberi hormat pada mereka.Liam membalas sapaan itu dengan tulus, diikuti oleh Shella.Angin sepoi-sepoi bertiup, sehingga kelopak bunga berwarna merah buda beterbangan, sangat indah.Pada saat ini, hidup terasa sangat tenang dan bahagia.Camilla mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto mereka. Pada saat ini, jarak antara dia dengan Liam seperti mendekat.Camilla berjalan menghampiri mereka dan menggenggam tangan Shella yang kecil.Beberapa mahasiswi yang berjalan melewati mereka melambaikan tangan pada Liam sambil menyapa dengan suara keras, "Halo, Kakak Ipar!"Mereka juga menyapa Shella. Shella pun membalas dengan sangat sopan, "Halo, Kak."Beberapa wanita itu merasa sangat senang. Mereka menatap Camilla dengan tatapan cemburu dan berkata, "Kak Camilla, keluarga kalian terlihat sangat bahagia."Wajah Camilla terasa panas. Dia tersenyum dan menggendong Shella naik mobil.Liam menyalakan mesin mobil dan menuruni jalan gunung secara perlah
Pada bulan Maret, di Kota Yunara. Cuaca di malam hari masih sangat dingin.Camilla Norris berbaring di atas ranjang kayu sambil memeluk putrinya, dengan dua bantalan hangat di kakinya, tetapi dia masih saja merasa kedinginan.Sebelumnya, dia masih bisa menggunakan selimut penghangat elektrik. Namun, kakak iparnya mengeluh bahwa dia boros listrik, sehingga kakak iparnya menutup stopkontak di kamarnya dengan semen.Pada saat ini, terdengar lagi suara kakaknya dan kakak iparnya bertengkar dari ruangan sebelah.Suara ini tidak jelas, tetapi sangat memekakkan telinga."Mana ada adik ipar yang membawa anaknya tinggal di rumah orang tuanya padahal kakak iparnya lagi hamil? Nggak peduli seperti apa pun karakter Tuan Shawn, dia nggak mengeluh adikmu membawa anak haramnya dan bersedia memberikan maskawin sebesar satu miliar! Pada saatnya, kita juga bisa pindah ke rumah yang lebih besar!""Apa pun yang terjadi, besok, aku akan pergi mencari Tuan Shawn untuk menentukan tanggal pernikahan mereka ..
"Tuan Liam sudah datang, ya!" seru Camilla sambil tersenyum.Liam bersikap dingin, sepasang matanya di balik kacamata hitam itu menyapu Camilla sekilas dengan acuh tak acuh.Hari ini, Camilla mengenakan kemeja putih dengan jaket cokelat muda, celana denim dan sepatu kets berwarna putih.Penampilannya rapi dan penuh semangat. Dia terlihat lebih dewasa daripada lima tahun yang lalu dan sangat menawan!Melihat Liam yang bersikap dingin dan tidak membalas ucapannya, Camilla tidak lagi mengucapkan apa pun. Saat dia hendak berjalan masuk lagi ke Kantor Urusan Agama, terdengar suara teriakan sopir taksi dari belakang.Ternyata Liam naik taksi tanpa membayar.Pria ini juga seperti baru menyadari hal ini. Dia merogoh kantong celananya, lalu berkata pada Camilla, "Aku nggak bawa uang tunai."Dompetnya selalu dibawa oleh asisten pribadinya. Namun, hari ini, dia tidak membiarkan asistennya ikut karena dia tidak ingin menarik perhatian banyak orang. Oleh karena itu, setelah dia turun dari helikopte
Seusai berbicara, Camilla berbalik dan berjalan menuju sepeda listriknya.Melihat Camilla benar-benar hendak pergi, Liam langsung mengejarnya.Liam sudah membayangkan bahwa Camilla akan berusaha sekuat mungkin untuk menjerat dirinya.Namun, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Camilla akan pergi begitu saja!Dia masih harus mendapatkan kembali arloji emasnya, jadi dia harus pulang dengan Camilla!Melihat Liam menghalangi jalannya tanpa mengucapkan apa pun, Camilla tidak mengerti apa yang ingin pria ini lakukan. Dia pun bertanya, "Ada apa?"Setelah dipikir-pikir, Camilla menyadari bahwa memang ada sesuatu yang harus diperjelas sekarang juga."Dulu, aku hanya menyelamatkanmu tanpa memintamu untuk balas budi! Kalau soal pernikahan ini, aku sangat berterima kasih padamu, tapi aku juga merasa bersalah. Kelak, kalau kamu menikah lagi dan istrimu keberatan soal hal ini, aku akan menjelaskan padanya bahwa kita hanya menikah sebagai formalitas tanpa hubungan asli apa pun," kata Camilla."Aku n
Namun, lima tahun yang lalu, Liam sudah berhenti bertugas di militer karena dia terluka!Lagi pula, Keluarga Clark memiliki aset sebesar ratusan triliun yang bisa dia warisi, jadi bagaimana mungkin dia masih dibiarkan untuk tetap bertugas di militer?"Kalian juga nggak punya rumah, di mana kamu akan tinggal dengan Camilla setelah menikah?" tanya Hilda."Ibu, aku sudah membahas hal ini dengan Liam. Kami akan sewa rumah dulu. Setelah kondisi kami membaik, kami baru beli rumah. Kami masih muda, kami bisa kerja, hidup kami akan membaik.""Liam sangat mencintaiku, dia juga akan menganggap Shella sebagai anaknya sendiri! Asalkan dia baik padaku, aku nggak memerlukan apa pun lagi," jawab Camilla dengan manis, seakan-akan mereka benar-benar saling mencintai.Sedangkan Liam hanya melirik Camilla sekilas.'Dia pandai sekali berbohong, kenapa nggak jadi aktris saja?!' pikir Liam.Namun, di hadapan Hilda, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya untuk menyetujui ucapan Camilla.Hilda masih merasa sa
Hilda hanya mempersiapkan satu lauk daging dan satu jenis sayuran untuk Liam.Camilla merasa bahwa hidangan ini terlalu simpel, jadi dia mengambil satu kaleng ikan, satu kaleng buah-buahan dan memotong satu sosis.Hilda tidak bisa menahan diri dari mengomel lagi karena ini pertama kalinya Liam mengunjunginya, tetapi Liam bahkan tidak membawa hadiah apa pun."Menurutku, dia sama sekali nggak menghargai dirimu! Aku nggak meminta agar kamu mencari pria kaya, tapi kamu harus mencari pria yang benar-benar mencintaimu," kata Hilda."Ibu, orangnya memang agak kaku, tapi dia orang baik!" sela Camilla sambil meletakkan sosis yang sudah dipotong di atas meja.Selama ini, Camilla sudah mencari banyak sekali orang untuk menikah dengannya, tetapi hanya Liam yang bersedia untuk membantu dirinya.Meskipun sikap Liam terhadapnya sangat buruk, dia tetap sangat berterima kasih pada pria ini.Dia tidak bisa membalas budinya, jadi dia hanya bisa bersikap lebih baik pada Liam."Camilla, pernikahan adalah h