Share

Bab 4

Namun, lima tahun yang lalu, Liam sudah berhenti bertugas di militer karena dia terluka!

Lagi pula, Keluarga Clark memiliki aset sebesar ratusan triliun yang bisa dia warisi, jadi bagaimana mungkin dia masih dibiarkan untuk tetap bertugas di militer?

"Kalian juga nggak punya rumah, di mana kamu akan tinggal dengan Camilla setelah menikah?" tanya Hilda.

"Ibu, aku sudah membahas hal ini dengan Liam. Kami akan sewa rumah dulu. Setelah kondisi kami membaik, kami baru beli rumah. Kami masih muda, kami bisa kerja, hidup kami akan membaik."

"Liam sangat mencintaiku, dia juga akan menganggap Shella sebagai anaknya sendiri! Asalkan dia baik padaku, aku nggak memerlukan apa pun lagi," jawab Camilla dengan manis, seakan-akan mereka benar-benar saling mencintai.

Sedangkan Liam hanya melirik Camilla sekilas.

'Dia pandai sekali berbohong, kenapa nggak jadi aktris saja?!' pikir Liam.

Namun, di hadapan Hilda, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya untuk menyetujui ucapan Camilla.

Hilda masih merasa sangat tidak senang, dia pun bertanya lagi, "Sudah punya berapa banyak pengalaman pacaran?"

Tatapan Liam kehilangan fokusnya untuk sejenak, lalu dia menjawab, "Nggak ada."

Namun, Hilda merasa bahwa pria ini berbohong.

Dia tidak percaya bahwa seorang pria lajang yang unggul ini akan bersedia untuk menikahi seorang wanita yang sudah memiliki anak!

'Dia pasti menyembunyikan sesuatu,' pikir Hilda.

Hilda menyingkirkan Camilla dan terus bertanya pada Liam apakah Liam keberatan dengan Shella atau tidak. Dia bahkan mengatakan bahwa Shella sebenarnya diadopsi.

"Kami selalu menganggap Shella sebagai anak kandung kami, Camilla juga memberi tahu orang luar bahwa Shella anak kandungnya karena kami nggak ingin Shella tahu bahwa dia dibuang," kata Hilda.

Sambil mengamati ekspresi Liam dengan saksama, Hilda bertanya, "Shella nggak akan memengaruhi hubungan kalian, 'kan?"

"Nggak akan," jawab Liam.

Jika dia benar-benar mencintai seorang wanita, dia akan menerima segalanya tentang wanita itu, termasuk masa lalunya.

Anak kecil itu tidak bersalah, bagaimana mungkin Liam membencinya?!

Ekspresi Hilda pun akhirnya menjadi lebih lembut.

"Ibu, sudah siang, ayo makan," kata Camilla untuk memotong pembicaraan mereka.

Dia tidak suka jika ibunya memberi tahu orang luar bahwa Shella diadopsi.

Shella bukan beban atau noda, melainkan adalah anaknya tersayang!

Hilda seperti ingin melanjutkan ucapannya, tetapi dia ragu-ragu sejenak sebelum menggosok tangannya dan pergi ke dapur.

"Maaf, ya, ibuku banyak tanya," kata Camilla dengan malu.

"Nggak apa-apa." Liam bisa memahami perasaan Hilda.

"Shella putri kandungku, bukan anak angkatku," bisik Camilla.

Liam hanya mengiakan ucapan Camilla, lalu menatap wanita ini dan berkata, "Kalau kamu mau balas dendam, aku bisa membantumu."

"Apa?" Camilla tidak memahami maksud ucapan Liam.

"Si berengsek itu," jawab Liam.

Pada saat itu, berapa usia Camilla?

Bisa-bisanya ada orang yang tega melakukan hal sekeji itu terhadap seorang gadis semuda itu?!

Meskipun Camilla memiliki niat jahat, dia tetap adalah penyelamat Liam, jadi Liam tidak akan membiarkan orang lain menindas Camilla.

Camilla mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya, tetapi dia tetap tersenyum dengan tenang.

"Semuanya sudah berlalu, nggak usah bahas lagi," kata Camilla.

Kejadian itu layaknya mimpi buruk yang tidak ingin dia bahas lagi seumur hidupnya.

Karena Camilla tidak ingin membahas tentang hal itu, Liam tidak lagi banyak tanya. Dia berbohong bahwa dia ingin beristirahat dan pergi ke kamarnya Camilla.

Kamarnya Camilla berada di lantai atas, dengan luas kurang dari sepuluh meter persegi. Kamar ini hanya memiliki ranjang untuk satu orang, sebuah meja kecil dan lemari baju yang sederhana.

Jendelanya terletak di sebelah utara, sehingga kamar ini tidak mendapatkan cahaya matahari. Jendelanya bahkan terletak dekat saluran angin, sehingga kamarnya gelap dan dingin.

Camilla ternyata tinggal di tempat seperti ini dengan anaknya!

Kamar ini bahkan lebih kecil daripada bak mandinya Liam!

'Pantas saja dia mau lewat jalan pintas,' pikir Liam.

"Kamarku sangat bersih, seprai dan selimutnya juga baru diganti! Duduk saja dulu, ranjangku agak dingin, biar aku ambilkan bantalan panas untukmu," kata Camilla sambil merapikan ranjangnya. Namun, saat dia hendak keluar, Liam memanggilnya.

"Meskipun kita sudah menikah, ada sesuatu yang harus aku peringatkan padamu. Jangan mengharapkan apa pun dariku. Hatiku nggak akan goyah untuk siapa pun, jadi kamu nggak usah berusaha untuk menyenangkan hatiku," kata Liam dengan serius, membuatnya terlihat sangat tidak manusiawi.

Camilla juga tidak marah, dia hanya berkata dengan suara datar, "Tuan Liam, aku hanya berterima kasih padamu karena kamu sudah membantuku hari ini, jadi aku bersikap lebih sopan padamu."

"Tapi, ucapanmu benar. Kita hanya pasangan suami istri dalam kertas, kita nggak boleh saling menyukai satu sama lainnya, supaya kita bisa lebih mudah bercerai pada saatnya! Aku juga nggak suka repot-repot!"

Camilla sudah lama membuat keputusan bahwa dia tidak akan menyukai siapa pun seumur hidupnya karena pria busuk hanya akan menghalangi dirinya dari menghasilkan uang untuk membesarkan putrinya.

"Kamu nggak usah berterima kasih padaku," kata Liam.

Dia juga mendekati Camilla dengan tujuannya sendiri. Tidak peduli siapa yang benar atau salah, mereka memiliki rencana mereka masing-masing.

Oleh karena itu, hubungan mereka sangat adil.

"Kalau begitu, kamu bisa istirahat dengan nyaman!" kata Camilla. Dia tidak ingin mempermalukan dirinya, jadi dia meninggalkan kamar ini.

Saat suara langkah kaki di luar pintu terdengar menjauh, Liam mulai mencari ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status