"Toleransimu hanya akan membuat orang seperti ini makin menjadi-jadi," kata Liam.Camilla tidak menentang ucapan Liam, dia hanya mengangkat bahunya sambil berkata, "Aku juga nggak berdaya karena aku nggak bisa mengeluarkan mahar itu. Sebesar apa keributan yang dia buat, aku juga nggak bisa mengeluarkan mahar itu."Liam menatap Camilla dengan tatapan mendalam dan berkata, "Kamu nggak usah menahan diri kalau kamu nggak ingin melakukannya."Camilla sudah menjadi istrinya Liam, jadi dia tidak perlu menahan amarahnya dan tidak bersuara lagi.Meskipun mereka hanya menikah dalam kertas, Liam tetap saja tidak akan membiarkan Camilla menerima penghinaan seperti ini!"Bagaimanapun, kami sekeluarga, apa gunanya kalau aku bertengkar dengannya? Kalau aku marah-marah sendiri, aku hanya akan menghabiskan waktuku," kata Camilla.Pada saat ini, ponsel Camilla berdering. Dia pun pergi ke luar untuk menerima panggilan ini."Maaf, Pak Johan. Hari ini, aku ada urusan pribadi. Besok, aku pasti akan pergi ke
"Saat kalian pulang, jemput Shella, ya. Aku sudah merindukannya.""Baiklah!" jawab Camilla.Setelah membeli sayur di pasar sayur, Camilla dan Liam pergi ke Taman Kanak-Kanak Sunny untuk menjemput Shella."Aku nggak berencana untuk mempertemukanmu dengan Shella. Tapi, sekarang, ibuku ikut datang untuk melihat interaksi antara kamu dengan Shella.""Saat kamu bertemu dengan Shella, bisakah kamu tersenyum sedikit? Aku nggak mau Shella merasa bahwa dia nggak disukai," kata Camilla.Camilla merasa agak gugup. Dia takut Liam membenci Shella, sehingga Shella merasa sedih.Liam melirik Camilla sekilas dan bertanya, "Memangnya aku sekejam itu, ya?"'Emm ....''Baiklah!''Dia hanya bersifat agak dingin,' pikir Camilla.Pada saat ini, Bu Berry, gurunya Shella, mengantarkan Shella ke luar.Rambut gadis kecil ini dikepang dua, dia mengenakan seragam sekolahnya, rok lipit berwarna abu-abu dan membawa sebuah tas ransel berwarna merah muda. Wajahnya yang tembam sangat imut, layaknya boneka yang cantik.
Camilla mengangkat tas besar dan kecil di lantai, lalu berjalan pulang.Shella ingin melepaskan diri dari pelukan Liam dan membantu Camilla."Ibu nggak memerlukan bantuan Tuan Putri. Ibu sangat kuat, jadi Ibu bisa angkat sendiri!" kata Camilla. Dia sangat kurus, jadi dia jelas-jelas kesusahan mengangkat barang-barang itu, tetapi dia tetap berpura-pura mengangkatnya dengan enteng.Liam merasa repot, tetapi dia tetap mengambil barang-barang itu dari tangannya Camilla, termasuk tas ransel warna merah muda milik Shella.Melihat pria tinggi yang menggendong Shella dengan satu tangannya dan mengangkat barang dengan tangannya yang lain sambil melangkah ke depan ini, hati Camilla terasa hangat."Wah, Paman juga kuat sekali!" seru Shella sambil bertepuk tangan dengan ekspresi kagum."Tentu saja, Paman seorang pria," kata Liam sambil tersenyum pada Shella. Meskipun senyumannya terlihat agak kaku, ini senyuman pertama yang Camilla lihat selama seharian.Camilla mengejar mereka dan berjalan berdam
Liam tidak suka basa-basi, jadi dia langsung berkata, "Kalau Ibu nggak mau, buang saja!"Hilda seketika terdiam."Ibu, bukan itu maksud Liam, tapi dia kira Ibu nggak suka!" kata Camilla pada ibunya. Kemudian, dia berkata pada Liam, "Ibuku sangat menyukainya, Ibu hanya nggak mau kamu menghabiskan uangmu.""Nggak apa-apa, aku mendapatkannya dari temanku," kata Liam.Camilla takut Liam yang ucapannya agak kasar akan beradu mulut dengan ibunya, jadi dia membawa Liam ke dapur untuk memetik sayur."Kalau kamu mendapatkannya dari temanmu, kamu bisa makan sendiri, kamu nggak perlu memberikannya pada ibuku," kata Camilla.'Sepertinya, kondisi kesehatan Liam sekarang sangat buruk, sehingga temannya memberikannya begitu banyak suplemen kelas atas untuk memulihkan kondisinya,' pikir Camilla."Ini pertama kalinya aku bertemu dengan ibumu, tapi aku lupa kalau aku harus bawa hadiah," kata Liam.Camilla berkata, "Nggak apa-apa, ibuku nggak memedulikan hal-hal ini.""Ibumu sangat baik padamu," kata Lia
Liam bergegas mencuci piring, lalu mengambil tongkat pel dari tangannya Shella dan mengepel lantai dengan bersih.Setelah melakukan semua pekerjaan ini, dia melihat Camilla yang malah tidur pulas di atas sofa!Saat Liam hendak menendang Camilla untuk membangunkan wanita ini, Shella malah berkata, "Akhir-akhir ini, Ibu kurang istirahat, jadi biarkan saja Ibu tidur.""Kenapa dia kurang istirahat?" tanya Liam."Ibu sibuk mencari pria untuk menikah dengannya," jawab Shella sambil mengedipkan matanya yang besar. Kemudian, dia berkata lagi dengan suaranya yang manis, "Setelah mencari sangat lama, Ibu akhirnya menemukan Paman."Liam mengernyit dan bertanya lagi, "Berapa banyak orang yang sudah dia cari?"Shella menjulurkan jari tangannya yang mulus dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Shella nggak bisa menghitung karena ada banyak sekali, tetap ada tiap harinya. Tapi, mereka keberatan karena Ibu sudah punya anak, jadi Ibu merasa sangat cemas."Dengan ekspresi yang sangat masam, Liam m
Sedangkan Liam malah mengatakan bahwa makanan sisa semalam tidak sehat dan membawa Shella pergi sarapan di luar.Saat Liam pulang membawa roti dan bubur, Camilla sudah sarapan dan sedang mencuci piring.Entah apa yang membuat Liam marah, tetapi dia membuka kulkas dan mengeluarkan semua makanan sisa di dalamnya, lalu memperingatkan Camilla untuk tidak memakan makanan sisa lagi ke depannya.Kemudian, dia berkata lagi, "Aku hanya mengatakan hal ini karena Shella. Dia masih kecil, masih dalam proses pertumbuhan!"Sedangkan Camilla hanya mengerutkan bibirnya tanpa menghiraukan Liam. Dalam hatinya, dia mengeluh bahwa pria ini terlalu merepotkan."Terima kasih, berkat kamu, aku punya makan siang," kata Camilla sambil memasukkan roti dan bubur itu ke dalam tas silangnya.Sudut bibir Liam berkedut.Jika Camilla tidak menjaga kesehatannya sendiri, apa hubungannya hal ini dengan Liam?!Camilla mengambil tasnya dan memakai sepatu di depan pintu. Dia tiba-tiba teringat akan sesuatu, jadi dia berkat
Pintu rumah terbuka dan Shella berlari keluar, dengan sosok Liam yang tinggi berdiri di belakangnya.Camilla memeluk putrinya erat-erat dan bertanya pada Liam apa yang terjadi pada kunci pintu rumahnya."Aku keluar sebentar, nomor teleponmu nggak terhubung, jadi aku memanggil perusahaan kunci," jawab Liam dengan santai.Camilla ingin sekali menuntut perusahaan kunci itu. Mengapa mereka bisa mengganti kunci pintu rumah orang lain sesuka mereka? Namun, saat dia teringat bahwa dia sudah menikah dengan Liam, dia hanya bisa menahan amarahnya.Dia memeluk Shella dengan ketakutan. Kemudian, dia hendak pergi mempersiapkan makan malam, tetapi Shella malah mengatakan bahwa Shella sudah makan dengan Liam dan bahkan membawakan makan malam untuknya."Ada udang favorit Ibu!" Shella berbisik di telinga Camilla dengan senang hati, "Paman baik sekali, Shella suka sekali dengan Paman."Melihat pria yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya tanpa berbicara itu, Camilla merasakan kehangatan dalam hati
"Apa katamu? Coba katakan lebih keras ... nggak kedengaran ..." kata Camilla."Aku tanya kamu di mana?!" kata Liam dengan lebih keras, tetapi Camilla masih saja menyuruhnya untuk mengulangi pertanyaannya.Liam mengakhiri panggilan ini dan berkata dengan nada bicara yang jauh lebih lembut pada Shella, "Shella, besok, Paman akan pulang lebih awal untuk menjemputmu pulang."Shella tersenyum dengan senang dan bertanya, "Sungguh, Paman?"Hari ini, Camilla tetap saja baru pulang saat hari sudah gelap.Liam tidak membelikan makan malam untuk Camilla, anggapannya sebagai hukuman karena Camilla tidak menepati ucapannya.Camilla juga tidak peduli, dia hanya mengusap lehernya yang kaku. Dengan perasaan lelah, dia pergi ke dapur untuk memasak mi instan tanpa mengucapkan apa pun.Liam duduk di sofa sambil memainkan ponselnya dan sewaktu-waktu menatap ke arah Camilla yang sedang makan mi dengan ekspresi yang sangat masam.Shella membawa sebuah robot yang harus dipasang pada Camilla, tetapi Camilla h