Share

Bab 10

Liam tidak suka basa-basi, jadi dia langsung berkata, "Kalau Ibu nggak mau, buang saja!"

Hilda seketika terdiam.

"Ibu, bukan itu maksud Liam, tapi dia kira Ibu nggak suka!" kata Camilla pada ibunya. Kemudian, dia berkata pada Liam, "Ibuku sangat menyukainya, Ibu hanya nggak mau kamu menghabiskan uangmu."

"Nggak apa-apa, aku mendapatkannya dari temanku," kata Liam.

Camilla takut Liam yang ucapannya agak kasar akan beradu mulut dengan ibunya, jadi dia membawa Liam ke dapur untuk memetik sayur.

"Kalau kamu mendapatkannya dari temanmu, kamu bisa makan sendiri, kamu nggak perlu memberikannya pada ibuku," kata Camilla.

'Sepertinya, kondisi kesehatan Liam sekarang sangat buruk, sehingga temannya memberikannya begitu banyak suplemen kelas atas untuk memulihkan kondisinya,' pikir Camilla.

"Ini pertama kalinya aku bertemu dengan ibumu, tapi aku lupa kalau aku harus bawa hadiah," kata Liam.

Camilla berkata, "Nggak apa-apa, ibuku nggak memedulikan hal-hal ini."

"Ibumu sangat baik padamu," kata Liam. Kemudian, dia tidak melanjutkan ucapannya lagi.

"Benar, ibuku sangat baik padaku! Ibu layaknya seberkas cahaya di kehidupan aku dan kakakku yang paling kelam," kata Camilla.

Liam tidak mengerti mengapa Camilla berbicara seperti ini.

Namun, dia juga tidak banyak tanya.

Dia tidak tertarik pada masa lalunya Camilla.

Di sisi lainnya, entah apa yang sudah Hilda katakan pada Shella, tetapi Shella menjadi sangat pendiam. Tatapannya pada Liam juga menjadi hati-hati.

Dia bahkan diam-diam berkata pada Camilla bahwa dia ingin pulang dan tinggal dengan neneknya.

"Kata Nenek, hari ini malam pertama setelah Ibu menikah dengan Paman, jadi Shella nggak boleh tinggal di rumah. Kalau nggak, Paman akan marah."

"Shella nggak mau membuat Paman marah."

Camilla mencium pipi putrinya dan berkata, "Paman nggak akan marah, Paman sangat menyukai Shella!"

Hilda memasak makanan yang melimpah dan terus-menerus mengambilkan makanan untuk Liam.

Dia bisa melihat bahwa meskipun Liam bersikap cuek, jarang berbicara dan juga tersenyum, pria ini bersikap lumayan baik pada Shella. Liam tidak sengaja menyanjung Shella, tetapi juga tidak menyembunyikan rasa tidak suka apa pun pada anak kecil itu.

Dia bersikap sangat alami dan murah hati.

Hal ini sudah cukup bagi Hilda untuk mengakui menantunya ini seumur hidupnya.

Namun ....

Hilda diam-diam melirik sekilas ke arah Liam dan Shella.

Dia tetap merasa bahwa tampang mereka agak mirip.

Setelah makan malam, Camilla terus mendesak Hilda untuk pulang.

Hilda masih saja ingin membawa Shella pulang, tetapi setelah Camilla mengatakan bahwa dia ingin membiarkan Liam berinteraksi lebih lanjut dengan Shella, Hilda baru pulang sendirian.

Begitu pintu rumah tertutup, Camilla yang sudah merasa tegang seharian akhirnya merasa lebih lega. Dia langsung bersandar di sofa dan tidak ingin bergerak lagi.

Shella sangat perhatian. Dia mengambilkan segelas air hangat untuk Camilla, lalu pergi ke dapur, naik ke sebuah bangku kecil dan mulai mencuci piring.

Melihat Camilla yang sedang bersantai-santai, Liam berkata, "Kamu membiarkan anak sekecil itu cuci piring?"

"Keterampilan hidup harus dilatih sejak kecil, supaya setelah dia tumbuh besar dan menikah, lalu melahirkan anak, dia nggak merasa bahwa menjadi wanita itu sangat melelahkan karena harus melakukan pekerjaan rumah dan juga membesarkan anak, serta menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga," kata Camilla.

"Anak perempuan harus dibesarkan dengan baik, dengan melimpah," kata Liam.

"Itu anak keluarga kaya! Orang biasa hanya bisa melatih anaknya agar anaknya memiliki hati dan tubuh yang kuat," kata Camilla. Dia tidak merasa bahwa ucapannya salah.

Dia hidup berdua dengan putrinya, sedangkan dia harus bekerja dan menghasilkan uang, jadi dia tidak bisa melakukan semuanya untuk Shella. Dia hanya bisa membiarkan putrinya belajar mandiri secepat mungkin.

Dengan ekspresi masam, Liam melepaskan jas luarnya, menyingsingkan lengan kemejanya dan pergi ke dapur untuk mencuci piring.

Seumur hidupnya, dia baru mencuci piring dua kali dan semuanya dia lakukan di rumahnya Camilla!

"Paman, Shella bisa melakukannya!" kata Shella. Dia mengira bahwa Liam mengeluh dia bodoh, sehingga dia merasa panik hingga berlinang air mata.

"Shella juga bisa masak nasi, masak mi instan, melakukan pekerjaan rumah, cuci kaus kaki .... Shella bukan anak kecil yang hanya bisa menghabiskan uang orang tuanya! Paman, Shella sangat pandai bekerja ...."

Mendengar suara Shella yang berusaha untuk menahan tangisannya, Liam merasa sakit hati. Dia berjongkok dan berkata dengan lembut, layaknya seorang ayah yang penuh kasih, "Shella, kamu masih kecil, hal ini seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Di usiamu, kamu hanya perlu hidup senang."

Namun, Shella malah menggeleng dan berkata, "Aku sudah nggak kecil lagi, aku bukan lagi anak kecil yang berusia tiga tahun! Shella sudah besar."

Didikan Camilla pada Shella sudah mendarah daging, jadi Liam juga tidak bisa berkomentar. Dia mengelus kepala Shella dengan lembut dan menyuruh Shella untuk pergi bermain, tetapi Shella malah mengambil tongkat pel yang lebih tinggi daripada dirinya dan mulai mengepel lantai.

Melihat gadis kecil yang masih pendek ini bekerja begitu keras, Liam merasa sangat tidak nyaman.

Apa yang sebenarnya sudah dialami oleh anak sekecil ini, hingga dia bisa menjadi begitu dewasa?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status