Share

Bab 8

"Saat kalian pulang, jemput Shella, ya. Aku sudah merindukannya."

"Baiklah!" jawab Camilla.

Setelah membeli sayur di pasar sayur, Camilla dan Liam pergi ke Taman Kanak-Kanak Sunny untuk menjemput Shella.

"Aku nggak berencana untuk mempertemukanmu dengan Shella. Tapi, sekarang, ibuku ikut datang untuk melihat interaksi antara kamu dengan Shella."

"Saat kamu bertemu dengan Shella, bisakah kamu tersenyum sedikit? Aku nggak mau Shella merasa bahwa dia nggak disukai," kata Camilla.

Camilla merasa agak gugup. Dia takut Liam membenci Shella, sehingga Shella merasa sedih.

Liam melirik Camilla sekilas dan bertanya, "Memangnya aku sekejam itu, ya?"

'Emm ....'

'Baiklah!'

'Dia hanya bersifat agak dingin,' pikir Camilla.

Pada saat ini, Bu Berry, gurunya Shella, mengantarkan Shella ke luar.

Rambut gadis kecil ini dikepang dua, dia mengenakan seragam sekolahnya, rok lipit berwarna abu-abu dan membawa sebuah tas ransel berwarna merah muda. Wajahnya yang tembam sangat imut, layaknya boneka yang cantik.

"Ibu, Shella sangat merindukan Ibu," seru Shella sambil melompat ke dalam pelukan Camilla.

"Ibu juga merindukan tuan putri Ibu," jawab Camilla.

"Siapa pria ini?" tanya Berry sambil menatap Liam dengan tersipu malu.

"Ini suamiku, kami baru urus surat nikah hari ini," jawab Camilla.

"Oh, hahaha .... Selamat, ya," kata Berry dengan ekspresi yang agak kecewa.

Shella memiringkan kepalanya dan mengamati Liam dengan penasaran, lalu bertanya dengan suara rendah, "Ibu, ini suami yang Ibu pilih?"

Camilla mencubit pipi putrinya sambil menjawab, "Iya, bagaimana menurutmu?"

"Tampan dan tinggi sekali, seperti pangeran dalam dongeng! Tapi ...." Shella memeluk Camilla sambil menatap Camilla dengan sepasang matanya yang besar.

"Dia agak menakutkan," kata Shella.

"Jangan takut, Shella. Paman sangat ramah, kok!" kata Liam.

Entah mengapa, melihat gadis kecil dalam pelukan Camilla, Liam merasa akrab, dia ingin mencubit pipi Shella yang tembam itu.

"Ibunya Shella beruntung sekali, ya, ada putri seimut Shella dan suami setampan ini," kata Berry sambil tersenyum, tetapi ucapannya tidak sesuai dengan isi hatinya.

Biasanya, Berry selalu memanggil Camilla dengan panggilan "Nona Camilla". Hari ini, dia sengaja menekankan panggilan "ibunya Shella", jadi tentu saja Camilla mengetahui maksudnya!

"Bu Berry pandai menilai, ya. Aku juga merasa bahwa suamiku sangat tampan! Untungnya, kita sudah saling kenal. Kalau nggak, saat Bu Berry terus menatap suamiku lekat-lekat, aku akan mengira kalau Bu Berry mau merebut suamiku!" kata Camilla sambil tersenyum dengan polos dan lembut, tetapi ucapannya membuat Berry marah hingga ekspresinya berubah.

Sedangkan Liam menahan tawanya.

Ternyata, Camilla bukanlah kelinci kecil yang mudah untuk ditindas, melainkan adalah landak kecil dengan topeng kelinci.

Berry masih saja tidak menyerah. Dengan ekspresi prihatin, dia merendahkan suaranya, tetapi suaranya masih bisa didengar oleh Liam.

"Ibunya Shella, padahal kamu sudah punya anak, tapi kamu bisa menikah lagi, kamu benar-benar hebat! Tapi, apakah pria itu bisa bersikap baik pada anak orang lain?! Jangan salahkan aku cerewet, ya. Aku paling menyukai Shella, makanya aku nggak mau melihat Shella dirugikan," kata Berry.

Ucapan ini menyentuh bagian hati Camilla yang paling lemah, sehingga untuk sesaat, dia tidak bisa bersuara.

Berry pun tersenyum dengan sangat bangga.

Pada saat ini, Liam tiba-tiba membungkuk dan menggendong Shella.

Gadis kecil ini sangat mirip dengan Camilla. Dia mengedipkan sepasang matanya yang besar, seperti ingin mengucapkan sesuatu.

Hati Liam yang dingin seperti sontak mencair.

"Panggil ...." Liam berpikir bahwa dia tidak bisa menyuruh anak ini memanggilnya dengan sebutan ayah, jadi dia berkata, "Panggil Paman saja."

"Halo, Paman," kata Shella sambil tersenyum, suaranya sangat jernih dan merdu.

"Halo, Shella," balas Liam. Nada bicara Liam pada Shella jauh lebih lembut daripada saat dia berbicara dengan orang lain.

Hal ini membuat Camilla merasa terkejut.

Selama seharian, Liam menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap segala hal.

Namun, tatapannya pada Shella sangat lembut, tanpa keanehan sama sekali.

Camilla tersenyum dengan pengertian dan berkata, "Di seluruh TK ini, hanya Bu Berry yang paling memerhatikanku! Tapi, suamiku sudah bilang, dia akan menyukai semuanya yang berhubungan denganku, jadi Shella nggak ada bedanya dari putri kandungnya sendiri."

Berry mendengus, lalu bergumam, "Mari kita lihat berapa lama kalian bisa hidup senang seperti ini." Kemudian, dia berbalik dan kembali ke sekolah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status