Kakak beradik bernama Mahadewi dan Mahardika melesat pergi dengan gin kang tingkat tinggi.Dalam sekejap mereka sudah berada jauh dari telaga. Mereka terkejut saat melihat Cakra sudah menunggu di lorong tanaman perdu yang hendak dilewati."Jangan lari dariku," kata Cakra. "Kecuali kalian bukan insan baik-baik."Mereka berbalik hendak kabur ke arah lain, tapi perempuan bercadar sudah menutup jalan mereka.Ia kelihatan demikian anggun dengan penampilan lebih tertutup, laksana peri pemetik bunga."Jangan takut," kata Ratu Purbasari. "Aku peri pemetik bunga, siap menolong kalian."Di hutan perbatasan terkenal legenda peri pemetik bunga yang baik hati dan dan tidak sombong, tapi tidak rajin menabung karena tidak ada perbankan."Apakah benar kau peri pemetik bunga?" tanya Mahadewi separuh percaya.Ratu Purbasari tersenyum. "Tentu saja bukan, peri itu hanya mitos, tapi kebaikan diriku bukan mitos. Ceritakanlah kenapa kalian sampai berada di hutan ini."Ratu Nusa Kencana membimbing mereka un
"Jika ke depannya aku banyak mendukung dirimu, bukan memandang apa yang pernah kita lewati bersama," kata Ratu Purbasari sebelum pergi. "Aku banyak belajar dalam perjalanan ini, banyak kekeliruan yang diperbuat sehingga menjatuhkan harga dirimu."Kepergian Ratu Nusa Kencana sangat membekas di ingatan Caka. Ia berjanji bahwa ke depannya tidak akan mencampuri tindakan yang diambil.Pengembaraan ke Selatan telah membuka pikirannya bahwa keputusan teknis bergantung kepada situasi yang terjadi."Aku lega sekarang," kata Cakra. "Ia sudah mulai menganggapku."Cakra pergi ke kadipaten Tanjungsari dengan berjalan kaki. Elang raksasa dipakai Ratu Purbasari untuk mengantar anak mantan adipati ke Selawangi.Mereka adalah generasi masa depan yang perlu diselamatkan."Aku lupa menanyakan kepada Mahadewi di mana kepala dukuh dan keluarganya menjalani hukuman besok," keluh Cakra. "Apakah di pedukuhan ada alun-alun?"Mereka tidak mungkin digantung di bawah pohon toge. Tinggal tambah tauco jadilah mart
Istri dan anak kepala dukuh sedang makan spaghetti carbonara ketika mereka muncul di bawah pohon besar.Anak kepala dukuh dalam gendongan Cakra bangun dan langsung menyantap spaghetti bagiannya.Mereka sejak ditangkap tidak diberi makan. Anak kepala dukuh tertidur karena kelelahan menangis kelaparan."Betapa besar jasamu bagi keluargaku," kata kepala dukuh. "Bagaimana aku membalasnya?""Cintailah rajamu dengan segenap jiwa raga, sebab ia akan berkorban demi kesejahteraan kalian."Kepala dukuh memandang Cakra dengan hati-hati, "Anak muda ... apakah kau pendukung Raja Reksajiwa?""Aku mengangkatnya jadi raja, menggantikan Ratu Selatan."Kepala dukuh dan istrinya serempak bersujud di depan Cakra, kedua anaknya berhenti makan dan ikut-ikutan bersujud."Ampunilah aku, gusti pangeran," sesal kepala dukuh. "Aku dan keluarga sungguh tidak tahu diri...!"Kepala dukuh sudah mendengar kabar bahwa Ratu Selatan dan Lu Qiu Khan dibuang ke pulau terpencil oleh Pangeran Nusa Kencana.Ia menghormati p
"Lekas kalian sembunyi."Cakra memutuskan untuk mencegat rombongan penduduk yang hendak mencari suaka. Mereka tampak sangat ketakutan. "Aku adalah Pendekar Lembah Cemara yang akan melindungi kalian."Cakra merasa perlu memberi tahu jati dirinya untuk memberi ketenangan kepada mereka.Hasilnya sungguh luar biasa. Mereka serempak bersujud."Akhirnya pertolongan datang juga.""Selamatkan kami pangeran. Kami hanyalah rakyat kecil yang menjadi korban konflik.""Prajurit menggeledah rumah penduduk, membawa anak gadis dan pemuda yang dicurigai."Kelompok pergerakan mayoritas anak muda dengan pemimpin mantan adipati.Mereka mencoba berontak dari kesewenangan yang terjadi.Mereka menggalang kekuatan secara diam-diam, bagusnya tidak ada oknum politik memanfaatkan untuk kepentingan golongan."Cepatlah bersembunyi, itu adalah peradaban terbaik kalian untukku. Sebentar lagi prajurit kadipaten tiba."Mereka segera bersembunyi di rumpun semak dan pepohonan.Jalan setapak dalam sekejap tampak lenga
Penduduk di pinggiran kota Tanjungsari heboh.Kepala dukuh dan keluarga hilang secara misterius, beberapa tokoh sakti dan puluhan prajurit belum kembali dari hutan.Bantal Guling dan kedua pengawalnya ditemukan dalam keadaan tertotok dan tanpa pakaian, dua pengawal lagi sedang melepas pakaian."Hingga sekarang totokan itu belum dapat dibebaskan," kata pria berperut tempayan. "Menurut selentingan, totokan itu perbuatan makhluk roh. Mereka diangkut ke keraton untuk mendapat pertolongan Raja Samudera."Pria itu merasa demikian nikmat menghirup kopi panas, prajurit tidak berlalu lalang pagi ini.Pemandangan menyebalkan yang menggangu keasyikannya nongkrong di kedai."Bantal Guling dalam keadaan hendak menghunjam, perempuan satu lagi sedang mengelus organ intim. Selera humor makhluk itu benar-benar edan.""Makanya kalau bersenggama lihat-lihat tempat," tegur pria berpakaian tabib. "Penghuni pohon jadi marah.""Alah, kau sering menyewa istri pemilik kedai di kandang kambing, nyatanya penghu
Cakra berangkat ke pusat kota. Ia pikir pedukuhan sudah tidak lagi membutuhkan dirinya.Puluhan prajurit tersesat di hutan sehingga ketakutan warga akan penindasan berkurang.Kehidupan mulai tenang meski kecemasan akan kembalinya prajurit tetap membayangi. "Aku heran dengan adipati," kata Cakra sambil berkuda dengan santai. "Mengapa mereka begitu senang menindas rakyat kecil? Padahal sejarah membuktikan dinasti otoriter tidak berumur panjang.""Nafsu membuat mereka lupa bercermin," sahut Ben Ren. "Seperti diriku, nafsu membuat diriku ingin menikmati Srintil.""Siapa Srintil? Kuda betina peliharaan adipati?""Aku tidak tahu ia kuda apa bidadari. Dari jauh kelihatan seperti bidadari, dari dekat seperti kuda, bawaannya ingin menunggangi. Ia baru pulang belajar dari pegunungan Wuhan."Beberapa perawan lalu lalang menikmati udara kebebasan, Ben Ren menjadi pecicilan, mencolek wajah dengan sekeping perak.Sedangkan sekeping emas untuk meremas dan meraba organ rahasia. Begitulah budaya sawe
"Ada kamar disewakan, kandang kuda juga."Ben Ren menemui Cakra yang menunggu di restoran sambil bersantap siang."Jangan kaget dengan penyambutan tuan rumah karena akhir pekan adalah hari tanpa pakaian."Cakra melihat tamu restoran berpakaian lengkap, barangkali mereka bangsawan pelancong.Nudis tidak berlaku untuk wisatawan, tapi dianjurkan untuk memeriahkan.Pramusaji juga berpakaian lengkap. "Nudis tidak berlaku untuk pramusaji?""Hari tanpa pakaian dimulai saat matahari condong sepenggalahan ke barat. Jadi sebentar lagi." Biasanya banyak rumah sewa setiap akhir pekan. Keluarga bangsawan pergi berlibur untuk menghindari nudis."Aku sudah menghubungi beberapa pemandu. Tidak ada rumah sewa. Mereka ingin merayakan pergantian tahun di pusat kota."Adipati sengaja mengadakan sayembara menjelang akhir tahun di saat wisatawan tumpah ruah.Ia ingin meraup keuntungan besar dengan harga tiket selangit, mereka sangat suka menonton pertarungan para jawara.Bahkan penjudi sudah mulai menelis
"Brengsek!"Ben Ren menghampiri Cakra yang tengah makan pagi di atas tumpukan jerami."Petaruh tidak ada yang menjagokan dirimu pada pertandingan pertama!""Janganlah kecil hati karena petaruh. Berbesar hatilah karena aku peserta tertampan."Cakra yakin Mayleen bukan mencari ksatria terhebat, tapi ksatria tertampan.Maka itu ia optimis tidak akan dirugikan wasit di colloseum dengan kecerdasan buatan.Membuat Mayleen jatuh cinta adalah awal kemenangan. "Ketampananmu tidak menolong dirimu! Lawanmu justru semakin bersemangat untuk merusak wajahmu supaya jadi jelek seperti mereka!""Kau bilang cukup membuat Mayleen klepek-klepek. Dasar manajer plin-plan.""Petarung lain giat berlatih, kerjamu cuma makan dan memelototi bokong kuda.""Dibawa hepi saja."Cakra sengaja ingin menyurutkan Ben Ren untuk tidak bertaruh atas dirinya. Ia jengkel dimanfaatkan.Ben Ren ingin mengeruk keuntungan dari jerih parah dirinya, tapi semua petaruh begitu. Maka itu Cakra kerjanya hanya menangkapi lalat ijo.
"Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,
Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p
"Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat
Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan
"Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal
Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu
"Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka
"Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal
Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu