Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 338. Bangsa Nyeleneh

Share

338. Bangsa Nyeleneh

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 00:22:29

"Ada kamar disewakan, kandang kuda juga."

Ben Ren menemui Cakra yang menunggu di restoran sambil bersantap siang.

"Jangan kaget dengan penyambutan tuan rumah karena akhir pekan adalah hari tanpa pakaian."

Cakra melihat tamu restoran berpakaian lengkap, barangkali mereka bangsawan pelancong.

Nudis tidak berlaku untuk wisatawan, tapi dianjurkan untuk memeriahkan.

Pramusaji juga berpakaian lengkap.

"Nudis tidak berlaku untuk pramusaji?"

"Hari tanpa pakaian dimulai saat matahari condong sepenggalahan ke barat. Jadi sebentar lagi."

Biasanya banyak rumah sewa setiap akhir pekan. Keluarga bangsawan pergi berlibur untuk menghindari nudis.

"Aku sudah menghubungi beberapa pemandu. Tidak ada rumah sewa. Mereka ingin merayakan pergantian tahun di pusat kota."

Adipati sengaja mengadakan sayembara menjelang akhir tahun di saat wisatawan tumpah ruah.

Ia ingin meraup keuntungan besar dengan harga tiket selangit, mereka sangat suka menonton pertarungan para jawara.

Bahkan penjudi sudah mulai menelis
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   339. Pemerah Susu Kuda

    "Brengsek!" Ben Ren menghampiri Cakra yang tengah makan pagi di atas tumpukan jerami. "Petaruh tidak ada yang menjagokan dirimu pada pertandingan pertama!" "Janganlah kecil hati karena petaruh. Berbesar hatilah karena aku peserta tertampan." Cakra yakin Mayleen bukan mencari ksatria terhebat, tapi ksatria tertampan. Maka itu ia optimis tidak akan dirugikan wasit di colloseum dengan kecerdasan buatan. Membuat Mayleen jatuh cinta adalah awal kemenangan. "Ketampananmu tidak menolong dirimu! Lawanmu justru semakin bersemangat untuk merusak wajahmu supaya jadi jelek seperti mereka!" "Kau bilang cukup membuat Mayleen klepek-klepek. Dasar manajer plin-plan." "Petarung lain giat berlatih, kerjamu cuma makan dan memelototi bokong kuda." "Dibawa hepi saja." Cakra sengaja ingin menyurutkan Ben Ren untuk tidak bertaruh atas dirinya. Ia jengkel dimanfaatkan. Ben Ren ingin mengeruk keuntungan dari jerih payah dirinya, tapi semua petaruh begitu. Maka itu Cakra kerjanya han

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Perjanjian Leluhur   340. Colloseum Membara

    Penonton sangat bising saat Cakra memasuki colloseum.Pertarungan sengit terjadi di gelanggang.Penonton tidak beranjak dari tempatnya, bukan menyaksikan pertandingan itu."Oh, Mayleen...! Bukalah kakimu sedikit sehingga aku tahu ada apa di pangkal pahamu...!""Bukit kembar mu begitu menggemaskan...! Sudah cukup untuk ditukar dengan seluruh hartaku...!""Janganlah bermimpi...! Ia bukan milik hartamu, ia milik ksatria pinilih...!""Aku menyesal waktu berkunjung ke Tiongkok tidak mampir ke perguruan Bu Tong Pay...!""Aku juga bodoh sekali tidak singgah di perguruan Kun Lun Pai...!""Aku sempat masuk perguruan silat Cimande, tapi tergoda mojang Priangan...! Akhirnya jadi murid murtad...!""Takdir kita untuk menonton keindahan puteri keraton...!"Hampir tidak ada yang menyaksikan pertarungan di gelanggang.Padahal sangat sengit dan seru.Mayleen tampak kehilangan gairah untuk menyaksikan pertandingan."Apakah tidak ada ksatria berwajah tampan sehingga aku tidak jemu?""Baru hari pertama,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Perjanjian Leluhur   341. Penghuni Baru Istana Selir

    Ben Ren menang besar. Ia mampir di rumah judi mengambil uang, dan petantang-petenteng dengan lima ratus keping emas.Ben Ren lewat di depan Cakra yang menunggu di luar.Ben Ren tidak melihatnya. Cakra menyusul dengan berkuda."Kudamu ditinggal?" tanya Cakra.Ben Ren tersadar, ia menghardik, "Kenapa kau tidak mengingatkan diriku?""Aku kira lalat ijo lewat."Ben Ren berlari ke depan rumah judi, kemudian memacu kuda menyusul Cakra."Aku bisa membeli Kajol," kata Ben Ren. "Kesampaian juga bercinta dengan puteri bangsawan cantik jelita.""Kajol menang seribu keping emas, pasti tarifnya sekitar itu.""Masa naiknya sampai seribu persen?""Intinya ia menolak mu. Pria jelek kadang tidak peka.""Tapi berkudanya pelan-pelan lah. Kita nikmati pemandangan."Cakra justru pusing melihat kaum nudis lalu lalang. Pemandangan berbagai model membuat dirinya kuatir terpancing."Mereka yang telanjang, aku yang panas dingin," keluh Cakra. "Pantat kerbau saja tampak menggoda.""Mana pantat kerbau?""Yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Perjanjian Leluhur   342. Bukan Kasim

    Cakra lega ketika senja tiba. Hari nudis berakhir.Ia diminta pindah ke penginapan mewah oleh bestir sayembara."Kapan aku pergi ke istana Mandrapati?" tanya Kajol saat Cakra pamit."Sebelum keraton tahu siapa dirimu," jawab Cakra. "Aku sarankan lewat kadipaten Selawangi, perjalanan lebih ringkas."Ben Ren heran. Ada apa dengan Kajol? Mengapa ia diminta tinggal di istana Mandrapati?"Aku sudah mengadukan kepada nenekmu, bahwa kau menaikkan harga secara semena-mena," kata Ben Ren. "Aku bersedia menjadikan dirimu istri dengan mahar lima ribu keping emas. Mengapa kau memilih menjadi kasim di Mandrapati?"Kajol tersenyum. "Aku menjadi selir keempat, bukan kasim.""What?" Ben Ren terbelalak. "Are you really?'"Borokokok siah!" damprat ibu Kajol. "Sia ngajak ajul gedang ka anak aing? Gembul sia! Cikeneh pisan indung aing disorodot gaplok!" Cakra segera memacu kuda meninggalkan pintu gerbang. Ia merasa sudah tidak ada lagi kepentingan di rumah itu.Cakra mulai resah dengan kehidupannya. Kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Perjanjian Leluhur   343. Otak Sudah Oleng

    Keberanian Mayleen untuk turut memeriahkan hari nudis membuat Raja Samudera meleleh.Ia tidak sabar menunggu sampai partai puncak kompetisi. Ia ingin menikmati puteri keraton malam ini juga.Keraton tampak lengang, tidak ada lalu lalang pelayan atau pejabat keraton, mereka sudah pergi beristirahat."Aku kira obat tidur sudah bekerja," kata Raja Samudera seraya keluar dari pesanggrahan. "Adipati dan pejabat keraton sudah tertidur pulas."Raja Samudera adalah tamu kehormatan adipati sehingga ia diperkenankan tidur di keraton.Ia menjadi tamu kehormatan karena bersedia menjadi pelindung kerajaan baru yang akan dideklarasikan beberapa hari di muka."Aku mewariskan ilmu pusaka kepada adipati bodoh itu bukan cuma-cuma," seringai Raja Samudera. "Aku ingin mempersunting Mayleen dan menjadi raja sejak mulai berdiri."Raja Samudera mempercepat rencananya untuk menguasai keraton, pada saat adipati mengumumkan pendirian kerajaan baru.Raja Samudera datang ke Tanjungsari untuk memperoleh tahta, ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Perjanjian Leluhur   344. Kekasih Sejati

    Pertarungan sengit terjadi di malam dingin di tengah hutan belantara.Cakra berhasil memancing Raja Samudera untuk keluar dari keraton.Tokoh sakti itu adalah separuh kekuatan Adipati Tanjungsari."Tidak boleh ada dua raja di jagat raya!" kata Raja Samudera. "Yang terkuat berhak menguasai lautan dan daratan!"Penguasa dari dasar segara itu menyerang dengan pukulan berderu, tanaman perdu sampai meliuk-liuk terkena sambaran anginnya."Kau penguasa tanpa mahkota, Cho Bek Xha Yu!" seru Cakra. "Ratu Pagedongan sudah mencopot tahtamu, kau menjadi buronan kerajaan Palung Selatan!"Raja Samudera terkejut. Kabar itu terpendam di dasar segara. Bagaimana ksatria itu tahu?Apakah mungkin Pendekar Lembah Cemara adalah kekasih sejati Nawangwulan yang diagungkan di Laut Selatan?Pada murid Ksatria Bayangan terdapat ciri-ciri seperti dalam prasasti segara!"Aku sudah mendapat izin dari empat penguasa Laut Selatan untuk menghukum dirimu!"Raja Samudera kabur dari tanggung jawab untuk memulihkan keraja

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Perjanjian Leluhur   345. Empat Penguasa Laut Selatan

    Seberkas hawa panas melesat menyambut selarik angin petir.Ajian tertinggi di jazirah tirta dan bentala bentrok menimbulkan percikan bunga api yang menyilaukan mata.Cakra mengerahkan seluruh energi roh, sementara Raja Samudera mengeluarkan segenap chi yang dimiliki.Empat Penguasa Laut Selatan menyaksikan dari kereta kencana masing-masing di angkasa."Aku saja sulit mengalahkan raja durjana itu," keluh Ratu Pagedongan. "Bagaimana Roro Kidul? Apakah kita perlu turun tangan?"Roro Kidul tersenyum, "Aku kira cukup Blorong jika ksatria itu terdesak."Blorong protes, "Bukankah semestinya Nawangwulan?"Semua pandangan tertuju ke Nawangwulan. Puteri seanggun bidadari itu tampak gelisah. Matanya tak lepas memperhatikan adu kesaktian di darat.Ia berkata, "Aku percaya dengan prasasti segara. Hanya ada satu Raja Agung di jagat raya. Tapi prasasti tidak menyebutkan kalau ksatria pinilih dari bangsa manusia.""Jadi kesamaran itu yang membuat dirimu cemas?" sindir Roro Kidul. "Bukankah aku sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Perjanjian Leluhur   346. Terikat Aturan

    Empat Penguasa Pantai Selatan pergi ketika Raja Samudera sudah berhasil dibinasakan Pendekar Lembah Cemara."Bukan berterima kasih, main pergi saja kayak perahu hanyut," gerutu Cakra. "Kasih cipika cipiki atau apa begitu." "Mereka pergi karena ada urusan."Cakra memutar tubuh saat mendengar suara merdu di belakangnya. Tampak puteri cantik jelita bermahkota tiara tersenyum manis. Kemudian puteri bermahkota tiara itu mengecup pipi kanan dan kiri Cakra."Terima kasih seperti itu yang kang mas inginkan?"Cakra hampir jatuh pingsan mendapat kecupan mesra di wajahnya. Ia kira penguasa lautan bau ikan asin, ternyata semerbak mewangi."Siapakah gerangan dirimu?" tanya Cakra. "Aku melihat dirimu pergi lebih dahulu."Puteri dengan kupu-kupu mutiara di pangkal lengan menjawab, "Aku Nawangwulan. Aku pergi untuk memarkir kereta di balik awan."Cakra terpukau. Jadi puteri ini calon permaisurinya dari segara?Cakra sulit menolak perempuan seanggun bidadari untuk menjadi garwanya.Tapi mereka hidup

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

  • Perjanjian Leluhur   388. Alam Tirta

    "Aku tahu kau menyusul ke bukit karang bukan untuk menyampaikan kabar itu," kata Cakra. "Kau ingin mengajakku bercinta." "Aku adalah maharatu! Sungguh tidak pantas bercinta di sembarang tempat!" Akan tetapi, perempuan itu menjadi sangat liar saat Cakra menghantam di atas batu karang, sampai sang ratu mandi keringat dan pingsan saking capeknya. Padahal Cakra belum apa-apa. Ratu Sihir dan Ratu Ipritala muncul di bukit karang. "Nah, dua lagi datang," kata Cakra. "Bermain threesome kayaknya seru." Mereka tiba di dekat Cakra. Ratu Ipritala tersenyum nakal. "Kau luar biasa...! Purbasari sampai ketiduran, pasti kelelahan." "Ia pingsan." "What?!" "Padahal teganganku belum turun." "OMG!" "Jangan basa-basi. Aku tahu kedatangan kalian untuk apa." Tiga jam kemudian, mereka tergeletak pingsan di samping Ratu Purbasari saking lelahnya. Cakra belum apa-apa. Kemudian muncul Ratu Pagedongan, Roro Kidul, dan Blorong di angkasa samudera. "Kami datang untuk menjemput dirimu,

  • Perjanjian Leluhur   387. Antara Ada Dan Tiada

    Ratu Dublek dan panglima perang tiba di pantai berkarang yang menjadi lokasi pertemuan dengan utusan Raden Manggala. Debur ombak memecah pantai berkarang menjilat kaki mereka, berbuih-buih. Mereka terkejut melihat kesatria gagah dan tampan berdiri di batu besar seolah menunggu kedatangan mereka, di dekatnya dua utusan Raden Manggala tergeletak mati. "Kalian tak bisa lari dariku," kata Cakra. "Aku akan mengejar kalian ke dasar segara sekalipun." "Aku sudah meninggalkan istana secara sukarela," ucap Ratu Dublek. "Kau butuh singgasana untuk Romadara dan sudah didapatkan. Apa lagi yang kau inginkan?" Ratu Dublek mencoba untuk negosiasi. Kelihatannya tidak ada peluang untuk kabur. "Aku menginginkan jazirah bentala terbebas dari gangguan makhluk seperti kalian." "Aku akan pergi dari jazirah bentala untuk selamanya." "Dan berbuat kerusakan di jazirah lain. Perbuatanmu sudah melampaui batas. Perempuan seperti dirimu sudah sepantasnya berbaring bersama dua kutu kupret ini."

  • Perjanjian Leluhur   386. Bukan Minta Suaka

    "Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men

  • Perjanjian Leluhur   385. Menanti Kedatangan Ratu Sejagat

    "Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status