Keberanian Mayleen untuk turut memeriahkan hari nudis membuat Raja Samudera meleleh.Ia tidak sabar menunggu sampai partai puncak kompetisi. Ia ingin menikmati puteri keraton malam ini juga.Keraton tampak lengang, tidak ada lalu lalang pelayan atau pejabat keraton, mereka sudah pergi beristirahat."Aku kira obat tidur sudah bekerja," kata Raja Samudera seraya keluar dari pesanggrahan. "Adipati dan pejabat keraton sudah tertidur pulas."Raja Samudera adalah tamu kehormatan adipati sehingga ia diperkenankan tidur di keraton.Ia menjadi tamu kehormatan karena bersedia menjadi pelindung kerajaan baru yang akan dideklarasikan beberapa hari di muka."Aku mewariskan ilmu pusaka kepada adipati bodoh itu bukan cuma-cuma," seringai Raja Samudera. "Aku ingin mempersunting Mayleen dan menjadi raja sejak mulai berdiri."Raja Samudera mempercepat rencananya untuk menguasai keraton, pada saat adipati mengumumkan pendirian kerajaan baru.Raja Samudera datang ke Tanjungsari untuk memperoleh tahta, ha
Pertarungan sengit terjadi di malam dingin di tengah hutan belantara.Cakra berhasil memancing Raja Samudera untuk keluar dari keraton.Tokoh sakti itu adalah separuh kekuatan Adipati Tanjungsari."Tidak boleh ada dua raja di jagat raya!" kata Raja Samudera. "Yang terkuat berhak menguasai lautan dan daratan!"Penguasa dari dasar segara itu menyerang dengan pukulan berderu, tanaman perdu sampai meliuk-liuk terkena sambaran anginnya."Kau penguasa tanpa mahkota, Cho Bek Xha Yu!" seru Cakra. "Ratu Pagedongan sudah mencopot tahtamu, kau menjadi buronan kerajaan Palung Selatan!"Raja Samudera terkejut. Kabar itu terpendam di dasar segara. Bagaimana ksatria itu tahu?Apakah mungkin Pendekar Lembah Cemara adalah kekasih sejati Nawangwulan yang diagungkan di Laut Selatan?Pada murid Ksatria Bayangan terdapat ciri-ciri seperti dalam prasasti segara!"Aku sudah mendapat izin dari empat penguasa Laut Selatan untuk menghukum dirimu!"Raja Samudera kabur dari tanggung jawab untuk memulihkan keraja
Seberkas hawa panas melesat menyambut selarik angin petir.Ajian tertinggi di jazirah tirta dan bentala bentrok menimbulkan percikan bunga api yang menyilaukan mata.Cakra mengerahkan seluruh energi roh, sementara Raja Samudera mengeluarkan segenap chi yang dimiliki.Empat Penguasa Laut Selatan menyaksikan dari kereta kencana masing-masing di angkasa."Aku saja sulit mengalahkan raja durjana itu," keluh Ratu Pagedongan. "Bagaimana Roro Kidul? Apakah kita perlu turun tangan?"Roro Kidul tersenyum, "Aku kira cukup Blorong jika ksatria itu terdesak."Blorong protes, "Bukankah semestinya Nawangwulan?"Semua pandangan tertuju ke Nawangwulan. Puteri seanggun bidadari itu tampak gelisah. Matanya tak lepas memperhatikan adu kesaktian di darat.Ia berkata, "Aku percaya dengan prasasti segara. Hanya ada satu Raja Agung di jagat raya. Tapi prasasti tidak menyebutkan kalau ksatria pinilih dari bangsa manusia.""Jadi kesamaran itu yang membuat dirimu cemas?" sindir Roro Kidul. "Bukankah aku sudah
Empat Penguasa Pantai Selatan pergi ketika Raja Samudera sudah berhasil dibinasakan Pendekar Lembah Cemara."Bukan berterima kasih, main pergi saja kayak perahu hanyut," gerutu Cakra. "Kasih cipika cipiki atau apa begitu." "Mereka pergi karena ada urusan."Cakra memutar tubuh saat mendengar suara merdu di belakangnya. Tampak puteri cantik jelita bermahkota tiara tersenyum manis. Kemudian puteri bermahkota tiara itu mengecup pipi kanan dan kiri Cakra."Terima kasih seperti itu yang kang mas inginkan?"Cakra hampir jatuh pingsan mendapat kecupan mesra di wajahnya. Ia kira penguasa lautan bau ikan asin, ternyata semerbak mewangi."Siapakah gerangan dirimu?" tanya Cakra. "Aku melihat dirimu pergi lebih dahulu."Puteri dengan kupu-kupu mutiara di pangkal lengan menjawab, "Aku Nawangwulan. Aku pergi untuk memarkir kereta di balik awan."Cakra terpukau. Jadi puteri ini calon permaisurinya dari segara?Cakra sulit menolak perempuan seanggun bidadari untuk menjadi garwanya.Tapi mereka hidup
Tok tok tok. Ben Ren bangkit dari pembaringan dengan mata separuh terpejam. Ia baru saja rebahan untuk beristirahat sudah ada yang mengetuk pintu. Ben Ren membuka pintu. Kepala legiun prajurit berdiri di luar bersama beberapa pengawal. Kepala legiun ini perempuan. Ben Ren menguap, kemudian bertanya, "Ada apa malam-malam mengganggu tidurku?" Kepala legiun balik bertanya, "Apakah kau melihat puteri keraton?" "Tidak." "Apakah kau melihat Raja Samudera?" "Tidak." "Apakah kau melihat cinta di bola mataku?" "Ya." "Kau selamat." Kepala legiun dan anak buahnya pergi. Ben Ren melongo. "Padahal aku asal." "Kau beruntung," kata Cakra tanpa bangun dari tidurnya. "Kepalamu dipenggal kalau menjawab tidak." "Tapi apa mungkin prajurit cantik itu jatuh cinta padaku?" "Jelas tidak!" "Lalu kenapa ia bertanya begitu?" "Aku juga sudah memenggal kepalamu kalau tidak ada cinta, cinta antar sesama." Prajurit kadipaten Tanjungsari terkenal kejam dan bengis. Mereka mempermainkan nyawa rakyat
"Kurang ajar!" geram Blewah Putih. "Kau perlu diajar sopan santun, Hou Jie!" "Aku tidak tahu sopan santun seperti apa di matamu," sahut Cakra. "Aku menyampaikan kebenaran tapi kalian salah menerima." "Aku menantangmu sekalian menentukan siapa yang tereleminasi!" "Sekalian saja kalian maju berlima! Jadi kompetisi lebih cepat selesai!" "Aku minta kalian menahan diri!" kata bestir sayembara. "Adipati menunggu di Alun-alun!" "Kau bilang saja kami menangkap pembangkang!" sahut Serigala Putih. "Kami langsung pergi ke selatan nanti! Raja Samudera pasti membawa puteri keraton ke kerajaan Segara!" "Mahkamah dunia perkelahian sungguh aneh!" kecam Cakra. "Tubuhmu hitam legam, tapi dijuluki Serigala Putih! Bagaimana kalau diganti dengan si pantat kuali?" "Bedebah!" Serigala Putih menyerbu dengan tendangan mematikan. Cakra menyambut dengan jurus Beruk Di Ranting Cemara. Cakra berani menggunakan jurus warisan Ki Gendeng Sejagat karena yakin mereka tidak mengenalinya. "Kalian pikir si pa
"Maafkan aku tidak mengetahui tingginya gunung dan dalamnya lautan."Blewah Putih bersimpuh di depan Cakra. Ia merasa malu telah menantang pendekar tanpa tanding di jazirah bentala."Mataku semestinya terbuka saat kau begitu mudahnya mengalahkan kawan-kawanku.""Sudah, jangan mellow," kata Cakra. "Woles aja, men...!"Pada purnama ketujuh pekan lalu, Konde Emas mendatangi Blewah Putih untuk meminta bantuan Pendekar Lembah Cemara dalam merebut keraton Tanjungsari.Blewah Putih bangkit dari bersimpuhnya, kemudian berkata, "Aku diperintahkan ibuku untuk meminta bantuanmu.""Aku juga diminta nenek buyutku untuk mencarimu, sepertinya aku tidak bisa membantumu. Aku mesti mempertahankan Tanjungsari menjadi bagian dari kerajaan Selatan.""Aku membantu sahabatku untuk merebut kembali keraton yang dikuasai adipati durjana itu."Kekacauan yang terjadi di pusat kota kerajaan Selatan dimanfaatkan sekelompok durjana dengan dukungan Raja Samudera untuk mengkudeta Adipati Tanjungsari.Kemudian mereka
"Pendekar yang kau sebut mirip kingkong itu adalah Pangeran Rispala!""Jangan berdusta kau, Blewah Putih!""Ia tidak berdusta, Cungkring!" kata Ben Ren. "Pangeran Rispala berhasil meloloskan diri dari pukulan Bara Hitam! Tapi ia jadi kayak kingkong!""Aku merasa tidak ada harganya," gerutu Serigala Putih. "Apakah aku pantas untuk menjadi adipati?""Kau sungguh pantas sekali!" jawab Kelabang Hijau. "Tapi sumpah kau kayak kingkong!""Sialan!""Mumpung belum jadi adipati aku bebas meledekmu!""Hentikan pertarungan!"Penjaga pintu gerbang menghentikan pengeroyokan mendengar perintah dari pimpinannya.Cungkring melompat turun dari atas benteng dan mendatangi Serigala Putih.Cungkring memandang lekat-lekat dan bertanya, "Benarkah kau Pangeran Sugriwa?""Apakah kau tidak mengenali suaraku, Cungkring? Baiklah kutunjukkan sesuatu."Serigala Putih mengambil keris emas dari balik baju, lalu bertanya, "Kau mengenali keris yang kupegang?"Keris berluk tiga itu adalah simbol tahta kadipaten. Cungkr