Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 344. Kekasih Sejati

Share

344. Kekasih Sejati

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-27 21:28:22

Pertarungan sengit terjadi di malam dingin di tengah hutan belantara.

Cakra berhasil memancing Raja Samudera untuk keluar dari keraton.

Tokoh sakti itu adalah separuh kekuatan Adipati Tanjungsari.

"Tidak boleh ada dua raja di jagat raya!" kata Raja Samudera. "Yang terkuat berhak menguasai lautan dan daratan!"

Penguasa dari dasar segara itu menyerang dengan pukulan berderu, tanaman perdu sampai meliuk-liuk terkena sambaran anginnya.

"Kau penguasa tanpa mahkota, Cho Bek Xha Yu!" seru Cakra. "Ratu Pagedongan sudah mencopot tahtamu, kau menjadi buronan kerajaan Palung Selatan!"

Raja Samudera terkejut. Kabar itu terpendam di dasar segara. Bagaimana ksatria itu tahu?

Apakah mungkin Pendekar Lembah Cemara adalah kekasih sejati Nawangwulan yang diagungkan di Laut Selatan?

Pada murid Ksatria Bayangan terdapat ciri-ciri seperti dalam prasasti segara!

"Aku sudah mendapat izin dari empat penguasa Laut Selatan untuk menghukum dirimu!"

Raja Samudera kabur dari tanggung jawab untuk memulihkan keraja
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   345. Empat Penguasa Laut Selatan

    Seberkas hawa panas melesat menyambut selarik angin petir.Ajian tertinggi di jazirah tirta dan bentala bentrok menimbulkan percikan bunga api yang menyilaukan mata.Cakra mengerahkan seluruh energi roh, sementara Raja Samudera mengeluarkan segenap chi yang dimiliki.Empat Penguasa Laut Selatan menyaksikan dari kereta kencana masing-masing di angkasa."Aku saja sulit mengalahkan raja durjana itu," keluh Ratu Pagedongan. "Bagaimana Roro Kidul? Apakah kita perlu turun tangan?"Roro Kidul tersenyum, "Aku kira cukup Blorong jika ksatria itu terdesak."Blorong protes, "Bukankah semestinya Nawangwulan?"Semua pandangan tertuju ke Nawangwulan. Puteri seanggun bidadari itu tampak gelisah. Matanya tak lepas memperhatikan adu kesaktian di darat.Ia berkata, "Aku percaya dengan prasasti segara. Hanya ada satu Raja Agung di jagat raya. Tapi prasasti tidak menyebutkan kalau ksatria pinilih dari bangsa manusia.""Jadi kesamaran itu yang membuat dirimu cemas?" sindir Roro Kidul. "Bukankah aku sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Perjanjian Leluhur   346. Terikat Aturan

    Empat Penguasa Pantai Selatan pergi ketika Raja Samudera sudah berhasil dibinasakan Pendekar Lembah Cemara."Bukan berterima kasih, main pergi saja kayak perahu hanyut," gerutu Cakra. "Kasih cipika cipiki atau apa begitu." "Mereka pergi karena ada urusan."Cakra memutar tubuh saat mendengar suara merdu di belakangnya. Tampak puteri cantik jelita bermahkota tiara tersenyum manis. Kemudian puteri bermahkota tiara itu mengecup pipi kanan dan kiri Cakra."Terima kasih seperti itu yang kang mas inginkan?"Cakra hampir jatuh pingsan mendapat kecupan mesra di wajahnya. Ia kira penguasa lautan bau ikan asin, ternyata semerbak mewangi."Siapakah gerangan dirimu?" tanya Cakra. "Aku melihat dirimu pergi lebih dahulu."Puteri dengan kupu-kupu mutiara di pangkal lengan menjawab, "Aku Nawangwulan. Aku pergi untuk memarkir kereta di balik awan."Cakra terpukau. Jadi puteri ini calon permaisurinya dari segara?Cakra sulit menolak perempuan seanggun bidadari untuk menjadi garwanya.Tapi mereka hidup

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Perjanjian Leluhur   347. Jangan Menjawab Tidak

    Tok tok tok. Ben Ren bangkit dari pembaringan dengan mata separuh terpejam. Ia baru saja rebahan untuk beristirahat sudah ada yang mengetuk pintu. Ben Ren membuka pintu. Kepala legiun prajurit berdiri di luar bersama beberapa pengawal. Kepala legiun ini perempuan. Ben Ren menguap, kemudian bertanya, "Ada apa malam-malam mengganggu tidurku?" Kepala legiun balik bertanya, "Apakah kau melihat puteri keraton?" "Tidak." "Apakah kau melihat Raja Samudera?" "Tidak." "Apakah kau melihat cinta di bola mataku?" "Ya." "Kau selamat." Kepala legiun dan anak buahnya pergi. Ben Ren melongo. "Padahal aku asal." "Kau beruntung," kata Cakra tanpa bangun dari tidurnya. "Kepalamu dipenggal kalau menjawab tidak." "Tapi apa mungkin prajurit cantik itu jatuh cinta padaku?" "Jelas tidak!" "Lalu kenapa ia bertanya begitu?" "Aku juga sudah memenggal kepalamu kalau tidak ada cinta, cinta antar sesama." Prajurit kadipaten Tanjungsari terkenal kejam dan bengis. Mereka mempermainkan nyawa rakyat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Perjanjian Leluhur   348. Pertemuan Tak Terduga

    "Kurang ajar!" geram Blewah Putih. "Kau perlu diajar sopan santun, Hou Jie!" "Aku tidak tahu sopan santun seperti apa di matamu," sahut Cakra. "Aku menyampaikan kebenaran tapi kalian salah menerima." "Aku menantangmu sekalian menentukan siapa yang tereleminasi!" "Sekalian saja kalian maju berlima! Jadi kompetisi lebih cepat selesai!" "Aku minta kalian menahan diri!" kata bestir sayembara. "Adipati menunggu di Alun-alun!" "Kau bilang saja kami menangkap pembangkang!" sahut Serigala Putih. "Kami langsung pergi ke selatan nanti! Raja Samudera pasti membawa puteri keraton ke kerajaan Segara!" "Mahkamah dunia perkelahian sungguh aneh!" kecam Cakra. "Tubuhmu hitam legam, tapi dijuluki Serigala Putih! Bagaimana kalau diganti dengan si pantat kuali?" "Bedebah!" Serigala Putih menyerbu dengan tendangan mematikan. Cakra menyambut dengan jurus Beruk Di Ranting Cemara. Cakra berani menggunakan jurus warisan Ki Gendeng Sejagat karena yakin mereka tidak mengenalinya. "Kalian pikir si pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Perjanjian Leluhur   349. Bukan Bangsawan Bermartabat

    "Maafkan aku tidak mengetahui tingginya gunung dan dalamnya lautan."Blewah Putih bersimpuh di depan Cakra. Ia merasa malu telah menantang pendekar tanpa tanding di jazirah bentala."Mataku semestinya terbuka saat kau begitu mudahnya mengalahkan kawan-kawanku.""Sudah, jangan mellow," kata Cakra. "Woles aja, men...!"Pada purnama ketujuh pekan lalu, Konde Emas mendatangi Blewah Putih untuk meminta bantuan Pendekar Lembah Cemara dalam merebut keraton Tanjungsari.Blewah Putih bangkit dari bersimpuhnya, kemudian berkata, "Aku diperintahkan ibuku untuk meminta bantuanmu.""Aku juga diminta nenek buyutku untuk mencarimu, sepertinya aku tidak bisa membantumu. Aku mesti mempertahankan Tanjungsari menjadi bagian dari kerajaan Selatan.""Aku membantu sahabatku untuk merebut kembali keraton yang dikuasai adipati durjana itu."Kekacauan yang terjadi di pusat kota kerajaan Selatan dimanfaatkan sekelompok durjana dengan dukungan Raja Samudera untuk mengkudeta Adipati Tanjungsari.Kemudian mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Perjanjian Leluhur   350. Seperti Seleramu

    "Pendekar yang kau sebut mirip kingkong itu adalah Pangeran Rispala!""Jangan berdusta kau, Blewah Putih!""Ia tidak berdusta, Cungkring!" kata Ben Ren. "Pangeran Rispala berhasil meloloskan diri dari pukulan Bara Hitam! Tapi ia jadi kayak kingkong!""Aku merasa tidak ada harganya," gerutu Serigala Putih. "Apakah aku pantas untuk menjadi adipati?""Kau sungguh pantas sekali!" jawab Kelabang Hijau. "Tapi sumpah kau kayak kingkong!""Sialan!""Mumpung belum jadi adipati aku bebas meledekmu!""Hentikan pertarungan!"Penjaga pintu gerbang menghentikan pengeroyokan mendengar perintah dari pimpinannya.Cungkring melompat turun dari atas benteng dan mendatangi Serigala Putih.Cungkring memandang lekat-lekat dan bertanya, "Benarkah kau Pangeran Sugriwa?""Apakah kau tidak mengenali suaraku, Cungkring? Baiklah kutunjukkan sesuatu."Serigala Putih mengambil keris emas dari balik baju, lalu bertanya, "Kau mengenali keris yang kupegang?"Keris berluk tiga itu adalah simbol tahta kadipaten. Cungkr

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Perjanjian Leluhur   351. Kuda Termiskin Sedunia

    Cakra melumpuhkan lima nenek seksi itu dengan melenyapkan seluruh ilmu kesaktiannya.Mereka adalah pengawal utama adipati dan pembela kaum bangsawan. "Mengapa adipati dan pengawalnya tidak dibunuh, Hou Jie?" tanya Blewah Putih. "Mereka sudah banyak menyengsarakan rakyat.""Adipati adalah kemenakan Pangeran Sugriwa, juga ayah kandung Mayleen, calon selir pangeran Nusa Kencana. Aku bukan tebang pilih. Aku kira hukuman yang diterima cukup setimpal karena ia hidup sebagai rakyat biasa tanpa kesaktian, begitu juga pengawalnya."Cakra tidak menjebloskan mereka ke penjara, tapi membiarkan mereka berkelana untuk merasakan bagaimana beratnya hidup tanpa kekuatan."Aku sebetulnya ingin menghukum semua musuhku seperti itu, namun energiku terbatas, maka itu aku menyerahkan kepada kalian untuk memutuskan balasan yang pantas, aku tidak mau di kemudian hari keputusanku menjadi masalah."Tidak ada hukum yang adil bagi semesta, kecuali hukum Raja Sekalian Alam.Cakra hanya mendengar nurani mana yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Perjanjian Leluhur   352. Hutan Alas

    Setan Jengkol dan Setan Petai ikut sayembara bercinta pasti seru. Tidak ada persyaratan khusus dalam pendaftaran. Caddy sayembara pasti muntah-muntah melayani mereka. "Kau serius mau daftar sayembara?" tanya Ben Ren sambil berkuda dengan santai di sampingnya. "Kau berani bercinta ditonton banyak massa?" "Tentu saja tidak." "Lalu?" "Aku baru tahu betapa kejamnya Ratu Dublek, hanya menumpahkan minuman di dapur sampai disihir menjadi kuda betina, padahal minuman itu tidak mengenai siapa-siapa." "Jadi kau sengaja menukar kuda untuk memberi kesempatan bagiku. Kau pikir aku tukang hantam kuda?" "Sudah sembuh toh?" Cakra bingung bagaimana mengatasi krisis moral di kerajaan Suralaya atau lebih dikenal kerajaan Dublek. Semua rakyat sudah terkontaminasi, kecuali anak di bawah umur. Mereka biasanya bermain di lantai atas, sehingga tidak tahu kehidupan di lantai bawah. Mereka baru diperkenalkan pada kehidupan bebas ketika cukup umur, sehingga tidak melanggar HAID, Hak Asasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

  • Perjanjian Leluhur   388. Alam Tirta

    "Aku tahu kau menyusul ke bukit karang bukan untuk menyampaikan kabar itu," kata Cakra. "Kau ingin mengajakku bercinta." "Aku adalah maharatu! Sungguh tidak pantas bercinta di sembarang tempat!" Akan tetapi, perempuan itu menjadi sangat liar saat Cakra menghantam di atas batu karang, sampai sang ratu mandi keringat dan pingsan saking capeknya. Padahal Cakra belum apa-apa. Ratu Sihir dan Ratu Ipritala muncul di bukit karang. "Nah, dua lagi datang," kata Cakra. "Bermain threesome kayaknya seru." Mereka tiba di dekat Cakra. Ratu Ipritala tersenyum nakal. "Kau luar biasa...! Purbasari sampai ketiduran, pasti kelelahan." "Ia pingsan." "What?!" "Padahal teganganku belum turun." "OMG!" "Jangan basa-basi. Aku tahu kedatangan kalian untuk apa." Tiga jam kemudian, mereka tergeletak pingsan di samping Ratu Purbasari saking lelahnya. Cakra belum apa-apa. Kemudian muncul Ratu Pagedongan, Roro Kidul, dan Blorong di angkasa samudera. "Kami datang untuk menjemput dirimu,

  • Perjanjian Leluhur   387. Antara Ada Dan Tiada

    Ratu Dublek dan panglima perang tiba di pantai berkarang yang menjadi lokasi pertemuan dengan utusan Raden Manggala. Debur ombak memecah pantai berkarang menjilat kaki mereka, berbuih-buih. Mereka terkejut melihat kesatria gagah dan tampan berdiri di batu besar seolah menunggu kedatangan mereka, di dekatnya dua utusan Raden Manggala tergeletak mati. "Kalian tak bisa lari dariku," kata Cakra. "Aku akan mengejar kalian ke dasar segara sekalipun." "Aku sudah meninggalkan istana secara sukarela," ucap Ratu Dublek. "Kau butuh singgasana untuk Romadara dan sudah didapatkan. Apa lagi yang kau inginkan?" Ratu Dublek mencoba untuk negosiasi. Kelihatannya tidak ada peluang untuk kabur. "Aku menginginkan jazirah bentala terbebas dari gangguan makhluk seperti kalian." "Aku akan pergi dari jazirah bentala untuk selamanya." "Dan berbuat kerusakan di jazirah lain. Perbuatanmu sudah melampaui batas. Perempuan seperti dirimu sudah sepantasnya berbaring bersama dua kutu kupret ini."

  • Perjanjian Leluhur   386. Bukan Minta Suaka

    "Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men

  • Perjanjian Leluhur   385. Menanti Kedatangan Ratu Sejagat

    "Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status