Home / Pendekar / Perjanjian Leluhur / 347. Jangan Menjawab Tidak

Share

347. Jangan Menjawab Tidak

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-07-30 17:28:19

Tok tok tok.

Ben Ren bangkit dari pembaringan dengan mata separuh terpejam.

Ia baru saja rebahan untuk beristirahat sudah ada yang mengetuk pintu.

Ben Ren membuka pintu. Kepala legiun prajurit berdiri di luar bersama beberapa pengawal. Kepala legiun ini perempuan.

Ben Ren menguap, kemudian bertanya, "Ada apa malam-malam mengganggu tidurku?"

Kepala legiun balik bertanya, "Apakah kau melihat puteri keraton?"

"Tidak."

"Apakah kau melihat Raja Samudera?"

"Tidak."

"Apakah kau melihat cinta di bola mataku?"

"Ya."

"Kau selamat."

Kepala legiun dan anak buahnya pergi. Ben Ren melongo.

"Padahal aku asal."

"Kau beruntung," kata Cakra tanpa bangun dari tidurnya. "Kepalamu dipenggal kalau menjawab tidak."

"Tapi apa mungkin prajurit cantik itu jatuh cinta padaku?"

"Jelas tidak!"

"Lalu kenapa ia bertanya begitu?"

"Aku juga sudah memenggal kepalamu kalau tidak ada cinta, cinta antar sesama."

Prajurit kadipaten Tanjungsari terkenal kejam dan bengis. Mereka mempermainkan nyawa rakyat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   348. Pertemuan Tak Terduga

    "Kurang ajar!" geram Blewah Putih. "Kau perlu diajar sopan santun, Hou Jie!" "Aku tidak tahu sopan santun seperti apa di matamu," sahut Cakra. "Aku menyampaikan kebenaran tapi kalian salah menerima." "Aku menantangmu sekalian menentukan siapa yang tereleminasi!" "Sekalian saja kalian maju berlima! Jadi kompetisi lebih cepat selesai!" "Aku minta kalian menahan diri!" kata bestir sayembara. "Adipati menunggu di Alun-alun!" "Kau bilang saja kami menangkap pembangkang!" sahut Serigala Putih. "Kami langsung pergi ke selatan nanti! Raja Samudera pasti membawa puteri keraton ke kerajaan Segara!" "Mahkamah dunia perkelahian sungguh aneh!" kecam Cakra. "Tubuhmu hitam legam, tapi dijuluki Serigala Putih! Bagaimana kalau diganti dengan si pantat kuali?" "Bedebah!" Serigala Putih menyerbu dengan tendangan mematikan. Cakra menyambut dengan jurus Beruk Di Ranting Cemara. Cakra berani menggunakan jurus warisan Ki Gendeng Sejagat karena yakin mereka tidak mengenalinya. "Kalian pikir si pa

    Last Updated : 2024-07-31
  • Perjanjian Leluhur   349. Bukan Bangsawan Bermartabat

    "Maafkan aku tidak mengetahui tingginya gunung dan dalamnya lautan."Blewah Putih bersimpuh di depan Cakra. Ia merasa malu telah menantang pendekar tanpa tanding di jazirah bentala."Mataku semestinya terbuka saat kau begitu mudahnya mengalahkan kawan-kawanku.""Sudah, jangan mellow," kata Cakra. "Woles aja, men...!"Pada purnama ketujuh pekan lalu, Konde Emas mendatangi Blewah Putih untuk meminta bantuan Pendekar Lembah Cemara dalam merebut keraton Tanjungsari.Blewah Putih bangkit dari bersimpuhnya, kemudian berkata, "Aku diperintahkan ibuku untuk meminta bantuanmu.""Aku juga diminta nenek buyutku untuk mencarimu, sepertinya aku tidak bisa membantumu. Aku mesti mempertahankan Tanjungsari menjadi bagian dari kerajaan Selatan.""Aku membantu sahabatku untuk merebut kembali keraton yang dikuasai adipati durjana itu."Kekacauan yang terjadi di pusat kota kerajaan Selatan dimanfaatkan sekelompok durjana dengan dukungan Raja Samudera untuk mengkudeta Adipati Tanjungsari.Kemudian mereka

    Last Updated : 2024-08-01
  • Perjanjian Leluhur   350. Seperti Seleramu

    "Pendekar yang kau sebut mirip kingkong itu adalah Pangeran Rispala!""Jangan berdusta kau, Blewah Putih!""Ia tidak berdusta, Cungkring!" kata Ben Ren. "Pangeran Rispala berhasil meloloskan diri dari pukulan Bara Hitam! Tapi ia jadi kayak kingkong!""Aku merasa tidak ada harganya," gerutu Serigala Putih. "Apakah aku pantas untuk menjadi adipati?""Kau sungguh pantas sekali!" jawab Kelabang Hijau. "Tapi sumpah kau kayak kingkong!""Sialan!""Mumpung belum jadi adipati aku bebas meledekmu!""Hentikan pertarungan!"Penjaga pintu gerbang menghentikan pengeroyokan mendengar perintah dari pimpinannya.Cungkring melompat turun dari atas benteng dan mendatangi Serigala Putih.Cungkring memandang lekat-lekat dan bertanya, "Benarkah kau Pangeran Sugriwa?""Apakah kau tidak mengenali suaraku, Cungkring? Baiklah kutunjukkan sesuatu."Serigala Putih mengambil keris emas dari balik baju, lalu bertanya, "Kau mengenali keris yang kupegang?"Keris berluk tiga itu adalah simbol tahta kadipaten. Cungkr

    Last Updated : 2024-08-02
  • Perjanjian Leluhur   351. Kuda Termiskin Sedunia

    Cakra melumpuhkan lima nenek seksi itu dengan melenyapkan seluruh ilmu kesaktiannya.Mereka adalah pengawal utama adipati dan pembela kaum bangsawan. "Mengapa adipati dan pengawalnya tidak dibunuh, Hou Jie?" tanya Blewah Putih. "Mereka sudah banyak menyengsarakan rakyat.""Adipati adalah kemenakan Pangeran Sugriwa, juga ayah kandung Mayleen, calon selir pangeran Nusa Kencana. Aku bukan tebang pilih. Aku kira hukuman yang diterima cukup setimpal karena ia hidup sebagai rakyat biasa tanpa kesaktian, begitu juga pengawalnya."Cakra tidak menjebloskan mereka ke penjara, tapi membiarkan mereka berkelana untuk merasakan bagaimana beratnya hidup tanpa kekuatan."Aku sebetulnya ingin menghukum semua musuhku seperti itu, namun energiku terbatas, maka itu aku menyerahkan kepada kalian untuk memutuskan balasan yang pantas, aku tidak mau di kemudian hari keputusanku menjadi masalah."Tidak ada hukum yang adil bagi semesta, kecuali hukum Raja Sekalian Alam.Cakra hanya mendengar nurani mana yang

    Last Updated : 2024-08-03
  • Perjanjian Leluhur   352. Hutan Alas

    Setan Jengkol dan Setan Petai ikut sayembara bercinta pasti seru. Tidak ada persyaratan khusus dalam pendaftaran. Caddy sayembara pasti muntah-muntah melayani mereka. "Kau serius mau daftar sayembara?" tanya Ben Ren sambil berkuda dengan santai di sampingnya. "Kau berani bercinta ditonton banyak massa?" "Tentu saja tidak." "Lalu?" "Aku baru tahu betapa kejamnya Ratu Dublek, hanya menumpahkan minuman di dapur sampai disihir menjadi kuda betina, padahal minuman itu tidak mengenai siapa-siapa." "Jadi kau sengaja menukar kuda untuk memberi kesempatan bagiku. Kau pikir aku tukang hantam kuda?" "Sudah sembuh toh?" Cakra bingung bagaimana mengatasi krisis moral di kerajaan Suralaya atau lebih dikenal kerajaan Dublek. Semua rakyat sudah terkontaminasi, kecuali anak di bawah umur. Mereka biasanya bermain di lantai atas, sehingga tidak tahu kehidupan di lantai bawah. Mereka baru diperkenalkan pada kehidupan bebas ketika cukup umur, sehingga tidak melanggar HAID, Hak Asasi

    Last Updated : 2024-08-06
  • Perjanjian Leluhur   353. Binatang Penyerang

    "Ketua lama Dewan Agung kabur dari gerbang siksa pada purnama ketujuh."Cakra mendapat informasi dari Nyi Ratu Suri lewat sambung kalbu.Pantas Nyi Ageng Kencana menahan diri untuk melanglang buana, batin Cakra. Ia takut tertangkap oleh buronan itu."Ia mengejarmu untuk balas dendam atas perbuatanmu pada Ratu Selatan.""Bagaimana ia sampai lolos dari gerbang siksa? Apakah penjaga langit bekerja sama dengannya?""Seperti yang kau ketahui, gerbang siksa dibuka pada purnama ketujuh, setiap tahanan bebas dari siksa, termasuk gurumu. Ketua lama tidak termasuk makhluk yang mendapat keringanan karena dikuatirkan kabur, tapi ia mampu keluar dari kurungan.""Tidak mungkin tanpa bantuan penjaga langit, pasti ada penjaga yang berkhianat."Kurungan siksa tidak dapat ditembus bagaimana pun saktinya tahanan, kecuali penjaga langit membuka tabirnya."Penjaga langit diciptakan untuk setia, aku kira di antara mereka ada yang terperdaya oleh tipu muslihatnya."Bumi berada dalam ancaman besar jika ketua

    Last Updated : 2024-08-06
  • Perjanjian Leluhur   354. Pengikut Setia

    Cakra dan Ben Ren berkuda di jalan setapak di mana di kanan kiri kepala ular piton menjuntai ke arah mereka."Aku kira tidak ada pendekar yang berani melewati hutan ini kecuali ingin mengantar nyawa."Ben Ren memandang ke sekitar dengan ngeri. Kepala ular menjulur ke arahnya, ia menggebuk dengan jurus Menepuk Bokong Keriput.Kepala ular itu kembali naik ke atas dahan."Kiranya jurusku sangat ampuh untuk menghalau kepala ular piton.""Mereka tidak akan menyerangmu meski kau biarkan."Cakra tidak berusaha menyingkirkan kepala piton yang melayang turun ke arahnya, lidah menjulur-julur menjilati wajah, kemudian naik lagi.Ular itu sudah berada di bawah pengaruh ilmu Selubung Khayali dengan bantuan energi roh.Ben Ren memperhatikan perempuan berjubah putih yang digiring lima rabi berjubah hitam."Perempuan muda itu sepertinya tumbal untuk penguasa hutan," kata Ben Ren. "Mereka berjalan ke arah kita.""Mereka menuju rumah duka," sahut Cakra. "Perempuan itu persembahan untuk rabi di rumah du

    Last Updated : 2024-08-07
  • Perjanjian Leluhur   355. Adu Domba

    Ketua rabi terkejut mendapati jurus Lembah Kematian lebih dahsyat di tangan Cakra.Kelihatannya Cakra bukan belajar kepada satu guru saja, ia mempunyai chi setingkat di atas dirinya.Padahal chi Ki Gendeng Sejagat tidak setinggi itu."Aku nyaris tidak percaya kau adalah murid Ksatria Bayangan! Kau lebih hebat dari gurumu!""Kau adalah pecundang keseratus yang memujiku dan berakhir dengan kematian!""Kebodohanmu adalah bertingkah di depanku!"Ketua rabi melompat mundur dengan jungkir balik di udara, dan membuka jurus baru. Gerakannya demikian cepat dan dahsyat.Deru angin mengiringi setiap gerakannya. Kemudian ia menyerang dengan tendangan dan pukulan maut.Sementara Ben Ren menyaksikan pertarungan bersama lima rabi berjubah hitam.Rabi di sampingnya menoleh dan mendelik. "Aku kira Xu Ching Lu."Mereka baru menyadari kalau ada penonton asing."Makanya jaga mata," kata Ben Ren, padahal ia saja yang menikmati keindahan bokong perempuan berjubah putih di depannya. "Kalian sudah mati kala

    Last Updated : 2024-08-09

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   397. Matinya Sang Pecundang

    Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda

  • Perjanjian Leluhur   395. Setia Pada Uang

    Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status