"Maafkan aku tidak mengetahui tingginya gunung dan dalamnya lautan."Blewah Putih bersimpuh di depan Cakra. Ia merasa malu telah menantang pendekar tanpa tanding di jazirah bentala."Mataku semestinya terbuka saat kau begitu mudahnya mengalahkan kawan-kawanku.""Sudah, jangan mellow," kata Cakra. "Woles aja, men...!"Pada purnama ketujuh pekan lalu, Konde Emas mendatangi Blewah Putih untuk meminta bantuan Pendekar Lembah Cemara dalam merebut keraton Tanjungsari.Blewah Putih bangkit dari bersimpuhnya, kemudian berkata, "Aku diperintahkan ibuku untuk meminta bantuanmu.""Aku juga diminta nenek buyutku untuk mencarimu, sepertinya aku tidak bisa membantumu. Aku mesti mempertahankan Tanjungsari menjadi bagian dari kerajaan Selatan.""Aku membantu sahabatku untuk merebut kembali keraton yang dikuasai adipati durjana itu."Kekacauan yang terjadi di pusat kota kerajaan Selatan dimanfaatkan sekelompok durjana dengan dukungan Raja Samudera untuk mengkudeta Adipati Tanjungsari.Kemudian mereka
"Pendekar yang kau sebut mirip kingkong itu adalah Pangeran Rispala!""Jangan berdusta kau, Blewah Putih!""Ia tidak berdusta, Cungkring!" kata Ben Ren. "Pangeran Rispala berhasil meloloskan diri dari pukulan Bara Hitam! Tapi ia jadi kayak kingkong!""Aku merasa tidak ada harganya," gerutu Serigala Putih. "Apakah aku pantas untuk menjadi adipati?""Kau sungguh pantas sekali!" jawab Kelabang Hijau. "Tapi sumpah kau kayak kingkong!""Sialan!""Mumpung belum jadi adipati aku bebas meledekmu!""Hentikan pertarungan!"Penjaga pintu gerbang menghentikan pengeroyokan mendengar perintah dari pimpinannya.Cungkring melompat turun dari atas benteng dan mendatangi Serigala Putih.Cungkring memandang lekat-lekat dan bertanya, "Benarkah kau Pangeran Sugriwa?""Apakah kau tidak mengenali suaraku, Cungkring? Baiklah kutunjukkan sesuatu."Serigala Putih mengambil keris emas dari balik baju, lalu bertanya, "Kau mengenali keris yang kupegang?"Keris berluk tiga itu adalah simbol tahta kadipaten. Cungkr
Cakra melumpuhkan lima nenek seksi itu dengan melenyapkan seluruh ilmu kesaktiannya.Mereka adalah pengawal utama adipati dan pembela kaum bangsawan. "Mengapa adipati dan pengawalnya tidak dibunuh, Hou Jie?" tanya Blewah Putih. "Mereka sudah banyak menyengsarakan rakyat.""Adipati adalah kemenakan Pangeran Sugriwa, juga ayah kandung Mayleen, calon selir pangeran Nusa Kencana. Aku bukan tebang pilih. Aku kira hukuman yang diterima cukup setimpal karena ia hidup sebagai rakyat biasa tanpa kesaktian, begitu juga pengawalnya."Cakra tidak menjebloskan mereka ke penjara, tapi membiarkan mereka berkelana untuk merasakan bagaimana beratnya hidup tanpa kekuatan."Aku sebetulnya ingin menghukum semua musuhku seperti itu, namun energiku terbatas, maka itu aku menyerahkan kepada kalian untuk memutuskan balasan yang pantas, aku tidak mau di kemudian hari keputusanku menjadi masalah."Tidak ada hukum yang adil bagi semesta, kecuali hukum Raja Sekalian Alam.Cakra hanya mendengar nurani mana yang
Setan Jengkol dan Setan Petai ikut sayembara bercinta pasti seru.Tidak ada persyaratan khusus dalam pendaftaran.Caddy sayembara pasti muntah-muntah melayani mereka."Kau serius mau daftar sayembara?" tanya Ben Ren sambil berkuda dengan santai di sampingnya. "Kau berani bercinta ditonton banyak massa?""Tentu saja tidak.""Lalu?""Aku baru tahu betapa kejamnya Ratu Dublek, hanya menumpahkan minuman di dapur sampai disihir menjadi kuda betina, padahal minuman itu tidak mengenai siapa-siapa.""Jadi kau sengaja menukar kuda untuk memberi kesempatan bagiku. Kau pikir aku tukang hantam kuda?""Sudah sembuh toh?"Cakra bingung bagaimana mengatasi krisis moral di kerajaan Telagasari atau lebih dikenal kerajaan Dublek. Semua rakyat sudah terkontaminasi, kecuali anak di bawah umur. Mereka biasanya bermain di lantai atas, sehingga tidak tahu kehidupan di lantai bawah.Mereka baru diperkenalkan pada kehidupan bebas ketika cukup umur, sehingga tidak melanggar HAID, Hak Asasi Insan Dublek."Baga
"Ketua lama Dewan Agung kabur dari gerbang siksa pada purnama ketujuh."Cakra mendapat informasi dari Nyi Ratu Suri lewat sambung kalbu.Pantas Nyi Ageng Kencana menahan diri untuk melanglang buana, batin Cakra. Ia takut tertangkap oleh buronan itu."Ia mengejarmu untuk balas dendam atas perbuatanmu pada Ratu Selatan.""Bagaimana ia sampai lolos dari gerbang siksa? Apakah penjaga langit bekerja sama dengannya?""Seperti yang kau ketahui, gerbang siksa dibuka pada purnama ketujuh, setiap tahanan bebas dari siksa, termasuk gurumu. Ketua lama tidak termasuk makhluk yang mendapat keringanan karena dikuatirkan kabur, tapi ia mampu keluar dari kurungan.""Tidak mungkin tanpa bantuan penjaga langit, pasti ada penjaga yang berkhianat."Kurungan siksa tidak dapat ditembus bagaimana pun saktinya tahanan, kecuali penjaga langit membuka tabirnya."Penjaga langit diciptakan untuk setia, aku kira di antara mereka ada yang terperdaya oleh tipu muslihatnya."Bumi berada dalam ancaman besar jika ketua
Cakra dan Ben Ren berkuda di jalan setapak di mana di kanan kiri kepala ular piton menjuntai ke arah mereka."Aku kira tidak ada pendekar yang berani melewati hutan ini kecuali ingin mengantar nyawa."Ben Ren memandang ke sekitar dengan ngeri. Kepala ular menjulur ke arahnya, ia menggebuk dengan jurus Menepuk Bokong Keriput.Kepala ular itu kembali naik ke atas dahan."Kiranya jurusku sangat ampuh untuk menghalau kepala ular piton.""Mereka tidak akan menyerangmu meski kau biarkan."Cakra tidak berusaha menyingkirkan kepala piton yang melayang turun ke arahnya, lidah menjulur-julur menjilati wajah, kemudian naik lagi.Ular itu sudah berada di bawah pengaruh ilmu Selubung Khayali dengan bantuan energi roh.Ben Ren memperhatikan perempuan berjubah putih yang digiring lima rabi berjubah hitam."Perempuan muda itu sepertinya tumbal untuk penguasa hutan," kata Ben Ren. "Mereka berjalan ke arah kita.""Mereka menuju rumah duka," sahut Cakra. "Perempuan itu persembahan untuk rabi di rumah du
Ketua rabi terkejut mendapati jurus Lembah Kematian lebih dahsyat di tangan Cakra.Kelihatannya Cakra bukan belajar kepada satu guru saja, ia mempunyai chi setingkat di atas dirinya.Padahal chi Ki Gendeng Sejagat tidak setinggi itu."Aku nyaris tidak percaya kau adalah murid Ksatria Bayangan! Kau lebih hebat dari gurumu!""Kau adalah pecundang keseratus yang memujiku dan berakhir dengan kematian!""Kebodohanmu adalah bertingkah di depanku!"Ketua rabi melompat mundur dengan jungkir balik di udara, dan membuka jurus baru. Gerakannya demikian cepat dan dahsyat.Deru angin mengiringi setiap gerakannya. Kemudian ia menyerang dengan tendangan dan pukulan maut.Sementara Ben Ren menyaksikan pertarungan bersama lima rabi berjubah hitam.Rabi di sampingnya menoleh dan mendelik. "Aku kira Xu Ching Lu."Mereka baru menyadari kalau ada penonton asing."Makanya jaga mata," kata Ben Ren, padahal ia saja yang menikmati keindahan bokong perempuan berjubah putih di depannya. "Kalian sudah mati kala
"Kau cari mampus, kid slebew!"Ketua sekte menungging dan menembakkan gas beracun.Pendekar biasa pasti kelenger mencium aromanya saja.Sedangkan racun gas itu lebih berbahaya dari seribu bisa ular kobra."Kau sungguh tidak sopan membelakangi diriku!" teriak Cakra. "Bokong apa tempayan pecah tipis sekali?"Cakra mengeluarkan ajian Grebek Nyawa dengan kekuatan energi roh.Serangkum sinar bening melesat dari tapak tangannya menghantam sekumpulan angin yang menerjang maju.Laju angin beraroma busuk itu tertahan, kemudian buyar terbelah sinar bening yang melesak masuk."Bagaimana ajian Grebek Nyawa dapat mengalahkan Kentut Beracun?"Ben Ren tercengang di tempat persembunyiannya. Kentut Beracun setingkat di atas Grebek Nyawa, begitu menurut kitab dunia perkelahian.Kenyataan itu terbantahkan malam ini."Tetua tidak mungkin salah," kata Ben Ren. "Hou Jie sudah mengembangkan ajian itu dengan sempurna."Serangkum sinar bening menyelubungi ketua sekte. Kemudian raga ketua sekte retak-retak,
"Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,
Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p
"Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat
Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan
"Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal
Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu
"Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka
"Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal
Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu