Ben Ren melotot melihat sepuluh kotak uang dari perak yang bertumpuk di depannya. "Seperti kotak uang di rumahku...! Kau sudah mencuri uangku...! Kembalikan ke tempatnya!" "Uang itu sudah menjadi milikku," sahut Cakra santai. "Makanya aku tidak meminta ijin untuk mengambilnya dari rumahmu." Ben Ren garuk-garuk kepala tak gatal. Dalam satu malam ia kehilangan seratus ribu keping emas dan lima bungalow. Edan! "Judi tidak membuat dirimu kaya," sindir Cakra. "Tapi aku yakin kau tidak kapok untuk taruhan karena masih mempunyai separuh kekayaan." Ben Ren tidak mungkin menjilat kembali ludahnya. Padahal ia tidak pernah berjudi, hobinya jalan-jalan ke Kacapiring. Ia terlalu berani menantang taruhan. Cakra menyerahkan satu kotak uang kepada Jayanti, sambil berkata, "Kudamu sudah menunggu di tepi hutan. Pergilah ke istana Mandrapati. Kau bawa jalan-jalan selir utama ke negeri manusia. Aku kira sepuluh ribu keping emas cukup untuk keliling Eropa." "Ada berapa selir utama?" "Tujuh
"Siapa mereka?"Ben Ren tampak senang sekali didatangi tiga wanita cantik jelita."Siluman ular.""Walah...! Aku kira bidadari mencari cinta...!""Kau bisa membuat mereka menjadi perempuan cantik selamanya, tidak kembali ke wujud ular, kalau mampu mencabut konde emas di kepalanya.""Aku akan berusaha mencabut tusuk konde perempuan tercantik dan terseksi yang berjalan di depan.""Ia ratu ular."Ben Ren melongo. "Yang kanan dan kiri?""Perdana menteri dan panglima perang.""Waduh...! Sakti kabeh! Aku tidak sanggup!"Ben Ren berilmu sangat tinggi, tapi ia selalu menghindari pertarungan.Ben Ren benci kekerasan, ia lebih suka membujuk perempuan dengan uang."Pergi ke Kacapiring kalau ingin wanita biasa.""Ada wanita luar biasa, tapi tarifnya juga luar biasa.""Pasti tidak secantik tiga siluman itu."Mereka datang untuk balas dendam atas tewasnya ratusan ular piton di hutan alas akibat pertempuran."Apakah kau yang bernama Hou Jie?" tanya ratu ular begitu tiba di depannya."Betul," jawab C
Perdana menteri terkejut saat siuman mendapati rambutnya terurai.Ia menemukan jawaban pada wajah bercahaya pria berperut buncit."Aku menginginkan dirimu menjadi istri," kata Ben Ren. "Atau kau tidak bisa kembali selamanya ke alam siluman.""Kurang ajar," geram perdana menteri. "Kau berani sekali mengancam diriku!""Aku tidak mungkin mendapatkan istri secantik bidadari kalau tidak mengancam."Perdana menteri berusaha meredam amarahnya, ia butuh konde emas untuk pulang ke kerajaan."Sampai kapan aku menjadi istrimu?""Sampai ajalku tiba.""Kalau begitu sekarang saja kubunuh dirimu!"Perdana menteri menyerang Ben Ren dengan jurus andalan siluman.Ben Ren hampir kewalahan melayani. Jurus yang dimainkan wanita itu demikian hebat."Aku tidak segan-segan menghancurkan konde emas ini kalau kau terus menyerangku!""Hancurkan saja! Berarti aku terbebas dari keinginanmu! Aku bisa memilih sahabatmu menjadi suami!""Walah...! Bagaimana ini?"Ben Ren mengeluarkan jurus pamungkas untuk menandingi
"Kita mau pergi ke kota cinta, kenapa ada perempuan?" Ranggaslawi sengaja datang dari Amsterdam untuk membantu Cakra. Ia meninggalkan istri bersama pelayan. "Apakah ia selirmu?" "Ia adalah Romadara, calon penguasa istana Dublek," jawab Cakra. "Kita berjuang di bawah komandonya." "Oh, calon permaisuri...!" Cakra keki. "Kau makin edan saja tinggal di negeri manusia!" Ranggaslawi tinggal di kota yang mengusung kebebasan, otaknya jadi makin somplak. Cakra berangkat ke kota Dublek dengan restu empat permaisuri, meski ia tidak tahu apa arti restu itu bagi pengembaraan mereka. Iring-iringan kereta barang itu seolah tidak menarik perhatian ular piton yang bertengger di atas pohon. "Mereka sepertinya diperintahkan untuk tidak mengganggu perjalanan kita," kata Golok Santet. "Mereka pura-pura tidak berhasrat padaku." Padahal semalam Golok Santet sampai sibuk menggebuk kepala piton dengan jurus Ular Berkepala Dua. Romadara dan sahabat lain aman karena mereka dibaluri bawang p
"Sepuluh permaisuri sudah menyatakan kesediaannya," kata Romadara. "Lima lagi dalam pelobian." Cakra heran Dewi Anjani seakan ingin mengatur kehidupannya. Padahal ia merasa cukup dengan permaisuri yang ada. "Anjani sudah melamar Nawangwulan dan Ratu Ular, mereka sudah resmi menjadi permaisuri kelima dan keenam." "Sejak kapan?" "Sebelum ratu ular datang menemui dirimu." "Ia datang untuk membunuhku." "Ia datang untuk mengujimu, begitulah informasi yang diperoleh dari Nyi Ratu Suri." Jadi semua itu skenario ratu bidadari, batin Cakra. Ia mengatur strategi untuk menguasai jazirah tirta dan siluman dengan mengikat mereka. Nyi Ratu Suri telah menjadi penasehat untuk Dewi Anjani dalam persiapan menduduki singgasana Nusa Kencana. "Lalu siapa lagi nama yang disebut dalam testimoni?" "Puteri mahkota Dublek...." "Bukankah ia tinggal di negeri manusia karena menentang kepemimpinan ibundanya?" "Ia pulang ke kerajaan Ungu setelah menerima lamaran dari Anjani." Cakra pusing t
Tinumbala adalah pendekar sakti dari kota Dublek.Ia digadang-gadang akan menjadi perdana menteri karena kekuatannya dalam bercinta.Malam itu ia bercinta secara nonstop di rumah besar di lereng bukit."Semestinya ombak menghancurkan rumah itu," kata Cakra. "Tiada sedikit pun manfaat dari kemegahannya."Rumah itu milik Tinumbala dan menjadi persinggahan terkenal bagi wisatawan lokal maupun asing.Di rumah itu terdapat restoran dengan resep hidangan dan perempuan penghibur dari berbagai ras manusia.Satu-satunya rumah bordir yang menyediakan perempuan dari dunia berbeda, bangsa siluman pun ada."Aku kira rumah itu cukup untuk menampung anak-anak di distrik Utara," kata Bramantana. "Aku bersama Fredy dan Ben Ren mengevakuasi anak-anak, mereka sangat ketakutan dan kelaparan."Anak-anak dikumpulkan sementara di dataran kering bersama kereta pangan."Ya kita berbagi tugas," sahut Cakra. "Romadara dan Mahameru menjaga kereta perbekalan dan anak-anak. Aku bersama pendekar botuna mendatangi r
Tapak Suci adalah peracik ulung ramuan cinta, ia dibantu delapan tabib sakti.Pelanggannya adalah bangsawan terkemuka di jazirah bentala, terutama pengantin lama yang kehilangan gairah untuk bercinta.Tapak Suci berbisnis ke berbagai negeri bersama delapan sahabatnya dan menyandang gelar Sembilan Tabib Suci."Kalian tangani sembilan tabib comberan itu," kata Cakra. "Aku mencari pendekar seribu selangkangan.""Kurang ajar," geram Tapak Suci. "Berani sekali kau menghina kami.""Kalian memang hina! Penghinaan apa lagi yang pantas buat kalian?"Cakra pergi. "Kalian bagianku," kata Ranggaslawi saat mereka hendak menghalangi Cakra masuk ke koridor kamar. "Biarkan pangeran mencari bestie-nya.""Bagaimana kalau kita lomba bercinta?" ujar Ranggaslawe. "Pemenangnnya mencium bokong kuda.""Bedebah!" umpat Tapak Suci. "Kalian perlu diajar tata krama!"Mereka mengeroyok empat pendekar botuna.Sembilan Tabib Suci adalah tokoh sakti yang sangat disegani di distrik Utara, namun pendekar botuna juga
Sembilan Tabib Suci terkejut mendengar ramuan berkhasiatnya dicampur ekstrak buah bintaro dan apel pantai.Mereka segera menghentikan pertarungan, dan duduk bersemedi berusaha menetralkan aliran darah yang mulai terasa menyengat.Bukan gelegak cinta, tapi rasa sakit laksana ribuan jarum menusuk setiap pembuluh darah."Bagiku gampang sekali membunuh kalian," kata Cakra. "Kalian tokoh sakti tidak berdaya karena minum ramuan yang dihidangkan pelayan Tinumbala, tapi aku ingin kalian merasakan bagaimana rasanya mati oleh ramuan sendiri."Cakra pergi ke dalam rumah membantu pendekar botuna membersihkan mayat yang bergeletakkan.Mereka membuangnya ke dalam goa di kaki bukit, lalu mereka mengangkut mayat sembilan tabib sakti yang tewas mengenaskan, setelah itu Cakra meruntuhkan dinding karang sehingga mulut goa tertutup rapat.Kemudian Cakra memanggil Romadara yang berada di dataran kering untuk membawa anak-anak ke rumah itu."Beberapa pelayan dibiarkan hidup," kata Cakra. "Seandainya mereka
"Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan
Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah
Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter
Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont
"Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per
"Aku tahu kau menyusul ke bukit karang bukan untuk menyampaikan kabar itu," kata Cakra. "Kau ingin mengajakku bercinta." "Aku adalah maharatu! Sungguh tidak pantas bercinta di sembarang tempat!" Akan tetapi, perempuan itu menjadi sangat liar saat Cakra menghantam di atas batu karang, sampai sang ratu mandi keringat dan pingsan saking capeknya. Padahal Cakra belum apa-apa. Ratu Sihir dan Ratu Ipritala muncul di bukit karang. "Nah, dua lagi datang," kata Cakra. "Bermain threesome kayaknya seru." Mereka tiba di dekat Cakra. Ratu Ipritala tersenyum nakal. "Kau luar biasa...! Purbasari sampai ketiduran, pasti kelelahan." "Ia pingsan." "What?!" "Padahal teganganku belum turun." "OMG!" "Jangan basa-basi. Aku tahu kedatangan kalian untuk apa." Tiga jam kemudian, mereka tergeletak pingsan di samping Ratu Purbasari saking lelahnya. Cakra belum apa-apa. Kemudian muncul Ratu Pagedongan, Roro Kidul, dan Blorong di angkasa samudera. "Kami datang untuk menjemput dirimu,
Ratu Dublek dan panglima perang tiba di pantai berkarang yang menjadi lokasi pertemuan dengan utusan Raden Manggala. Debur ombak memecah pantai berkarang menjilat kaki mereka, berbuih-buih. Mereka terkejut melihat kesatria gagah dan tampan berdiri di batu besar seolah menunggu kedatangan mereka, di dekatnya dua utusan Raden Manggala tergeletak mati. "Kalian tak bisa lari dariku," kata Cakra. "Aku akan mengejar kalian ke dasar segara sekalipun." "Aku sudah meninggalkan istana secara sukarela," ucap Ratu Dublek. "Kau butuh singgasana untuk Romadara dan sudah didapatkan. Apa lagi yang kau inginkan?" Ratu Dublek mencoba untuk negosiasi. Kelihatannya tidak ada peluang untuk kabur. "Aku menginginkan jazirah bentala terbebas dari gangguan makhluk seperti kalian." "Aku akan pergi dari jazirah bentala untuk selamanya." "Dan berbuat kerusakan di jazirah lain. Perbuatanmu sudah melampaui batas. Perempuan seperti dirimu sudah sepantasnya berbaring bersama dua kutu kupret ini."
"Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men
"Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me