Tinumbala adalah pendekar sakti dari kota Dublek.Ia digadang-gadang akan menjadi perdana menteri karena kekuatannya dalam bercinta.Malam itu ia bercinta secara nonstop di rumah besar di lereng bukit."Semestinya ombak menghancurkan rumah itu," kata Cakra. "Tiada sedikit pun manfaat dari kemegahannya."Rumah itu milik Tinumbala dan menjadi persinggahan terkenal bagi wisatawan lokal maupun asing.Di rumah itu terdapat restoran dengan resep hidangan dan perempuan penghibur dari berbagai ras manusia.Satu-satunya rumah bordir yang menyediakan perempuan dari dunia berbeda, bangsa siluman pun ada."Aku kira rumah itu cukup untuk menampung anak-anak di distrik Utara," kata Bramantana. "Aku bersama Fredy dan Ben Ren mengevakuasi anak-anak, mereka sangat ketakutan dan kelaparan."Anak-anak dikumpulkan sementara di dataran kering bersama kereta pangan."Ya kita berbagi tugas," sahut Cakra. "Romadara dan Mahameru menjaga kereta perbekalan dan anak-anak. Aku bersama pendekar botuna mendatangi r
Tapak Suci adalah peracik ulung ramuan cinta, ia dibantu delapan tabib sakti.Pelanggannya adalah bangsawan terkemuka di jazirah bentala, terutama pengantin lama yang kehilangan gairah untuk bercinta.Tapak Suci berbisnis ke berbagai negeri bersama delapan sahabatnya dan menyandang gelar Sembilan Tabib Suci."Kalian tangani sembilan tabib comberan itu," kata Cakra. "Aku mencari pendekar seribu selangkangan.""Kurang ajar," geram Tapak Suci. "Berani sekali kau menghina kami.""Kalian memang hina! Penghinaan apa lagi yang pantas buat kalian?"Cakra pergi. "Kalian bagianku," kata Ranggaslawi saat mereka hendak menghalangi Cakra masuk ke koridor kamar. "Biarkan pangeran mencari bestie-nya.""Bagaimana kalau kita lomba bercinta?" ujar Ranggaslawe. "Pemenangnnya mencium bokong kuda.""Bedebah!" umpat Tapak Suci. "Kalian perlu diajar tata krama!"Mereka mengeroyok empat pendekar botuna.Sembilan Tabib Suci adalah tokoh sakti yang sangat disegani di distrik Utara, namun pendekar botuna juga
Sembilan Tabib Suci terkejut mendengar ramuan berkhasiatnya dicampur ekstrak buah bintaro dan apel pantai.Mereka segera menghentikan pertarungan, dan duduk bersemedi berusaha menetralkan aliran darah yang mulai terasa menyengat.Bukan gelegak cinta, tapi rasa sakit laksana ribuan jarum menusuk setiap pembuluh darah."Bagiku gampang sekali membunuh kalian," kata Cakra. "Kalian tokoh sakti tidak berdaya karena minum ramuan yang dihidangkan pelayan Tinumbala, tapi aku ingin kalian merasakan bagaimana rasanya mati oleh ramuan sendiri."Cakra pergi ke dalam rumah membantu pendekar botuna membersihkan mayat yang bergeletakkan.Mereka membuangnya ke dalam goa di kaki bukit, lalu mereka mengangkut mayat sembilan tabib sakti yang tewas mengenaskan, setelah itu Cakra meruntuhkan dinding karang sehingga mulut goa tertutup rapat.Kemudian Cakra memanggil Romadara yang berada di dataran kering untuk membawa anak-anak ke rumah itu."Beberapa pelayan dibiarkan hidup," kata Cakra. "Seandainya mereka
Panglima perang membabat kepala Duke dengan pedang. Kepala walikota Utara itu putus dan jatuh menggelinding ke pelataran.Panglima perang mengambil lima kotak uang yang dipegang mayat tanpa kepala itu.Panglima perang membuka tutup kotak, ia terbeliak, di dalam kotak terdapat kepala kakek bercambang lebat."Setan alas...!"Panglima perang membuka empat kotak lagi. Isinya sama, kepala pengawal pribadi Duke, lima jago bayaran."Bangsat...! Siapa yang berani mempermainkan aku?"Cakra muncul dari dalam kantor walikota. Ia membawa kunci gudang harta dan ditimang-timang.Panglima perang mendelik melihat ksatria yang menghampirinya itu."Ada kepentingan apa kau di kota Dublek? Kunci apa yang kau pegang itu?""Kunci ini untuk memulihkan situasi di distrik Utara, aku akan memberikan kepada calon penguasa istana Dublek.""Jadi benar kabar yang beredar bahwa pangeran Nusa Kencana turut campur dalam urusan negaraku?""Pemimpin kalian layak dibinasakan karena sudah melampaui batas.""Sejak kapan k
"Jangan sampaikan kabar perempuan kepadaku."Cakra menegur Bramantana lewat sambung kalbu. Perempuan bisa mengacaukan perjuangan berat yang tengah ditempuhnya.Perempuan sangat mempengaruhi kejernihan pikiran Cakra sejak menguasai ilmu Selubung Khayali."Kecuali berita buruk tentang mereka.""Baiklah, pangeran," kata Bramantana. "Perempuan kiranya menghambat perjuangan dirimu, bukan membakar adrenalin."Cakra sedang menghadapi banyak perempuan di kota Dublek, semakin mumet jika ditambah dengan persoalan yang ditimbulkan permaisuri utama.Keputusan Dewi Anjani mengaburkan hakikat Raja Agung untuk memimpin jazirah bentala.Kekuasaan yang diperoleh dengan ikatan janji suci sangat rentan terhadap keseimbangan hirarki istana."Anjani belum mengerti hatiku," keluh Cakra. "Aku dapat menikmati perempuan sesuka hati tanpa melanggar norma bentala, untuk apa menjalani kehidupan terikat? Keterikatan secara naluriah akan mempengaruhi keputusanku tentang kesewenangan istana."Cakra sulit memperbai
Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu
"Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal
"Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka