Cakra lega ketika senja tiba. Hari nudis berakhir.Ia diminta pindah ke penginapan mewah oleh bestir sayembara."Kapan aku pergi ke istana Mandrapati?" tanya Kajol saat Cakra pamit."Sebelum keraton tahu siapa dirimu," jawab Cakra. "Aku sarankan lewat kadipaten Selawangi, perjalanan lebih ringkas."Ben Ren heran. Ada apa dengan Kajol? Mengapa ia diminta tinggal di istana Mandrapati?"Aku sudah mengadukan kepada nenekmu, bahwa kau menaikkan harga secara semena-mena," kata Ben Ren. "Aku bersedia menjadikan dirimu istri dengan mahar lima ribu keping emas. Mengapa kau memilih menjadi kasim di Mandrapati?"Kajol tersenyum. "Aku menjadi selir keempat, bukan kasim.""What?" Ben Ren terbelalak. "Are you really?'"Borokokok siah!" damprat ibu Kajol. "Sia ngajak ajul gedang ka anak aing? Gembul sia! Cikeneh pisan indung aing disorodot gaplok!" Cakra segera memacu kuda meninggalkan pintu gerbang. Ia merasa sudah tidak ada lagi kepentingan di rumah itu.Cakra mulai resah dengan kehidupannya. Kem
Keberanian Mayleen untuk turut memeriahkan hari nudis membuat Raja Samudera meleleh.Ia tidak sabar menunggu sampai partai puncak kompetisi. Ia ingin menikmati puteri keraton malam ini juga.Keraton tampak lengang, tidak ada lalu lalang pelayan atau pejabat keraton, mereka sudah pergi beristirahat."Aku kira obat tidur sudah bekerja," kata Raja Samudera seraya keluar dari pesanggrahan. "Adipati dan pejabat keraton sudah tertidur pulas."Raja Samudera adalah tamu kehormatan adipati sehingga ia diperkenankan tidur di keraton.Ia menjadi tamu kehormatan karena bersedia menjadi pelindung kerajaan baru yang akan dideklarasikan beberapa hari di muka."Aku mewariskan ilmu pusaka kepada adipati bodoh itu bukan cuma-cuma," seringai Raja Samudera. "Aku ingin mempersunting Mayleen dan menjadi raja sejak mulai berdiri."Raja Samudera mempercepat rencananya untuk menguasai keraton, pada saat adipati mengumumkan pendirian kerajaan baru.Raja Samudera datang ke Tanjungsari untuk memperoleh tahta, ha
Pertarungan sengit terjadi di malam dingin di tengah hutan belantara.Cakra berhasil memancing Raja Samudera untuk keluar dari keraton.Tokoh sakti itu adalah separuh kekuatan Adipati Tanjungsari."Tidak boleh ada dua raja di jagat raya!" kata Raja Samudera. "Yang terkuat berhak menguasai lautan dan daratan!"Penguasa dari dasar segara itu menyerang dengan pukulan berderu, tanaman perdu sampai meliuk-liuk terkena sambaran anginnya."Kau penguasa tanpa mahkota, Cho Bek Xha Yu!" seru Cakra. "Ratu Pagedongan sudah mencopot tahtamu, kau menjadi buronan kerajaan Palung Selatan!"Raja Samudera terkejut. Kabar itu terpendam di dasar segara. Bagaimana ksatria itu tahu?Apakah mungkin Pendekar Lembah Cemara adalah kekasih sejati Nawangwulan yang diagungkan di Laut Selatan?Pada murid Ksatria Bayangan terdapat ciri-ciri seperti dalam prasasti segara!"Aku sudah mendapat izin dari empat penguasa Laut Selatan untuk menghukum dirimu!"Raja Samudera kabur dari tanggung jawab untuk memulihkan keraja
Seberkas hawa panas melesat menyambut selarik angin petir.Ajian tertinggi di jazirah tirta dan bentala bentrok menimbulkan percikan bunga api yang menyilaukan mata.Cakra mengerahkan seluruh energi roh, sementara Raja Samudera mengeluarkan segenap chi yang dimiliki.Empat Penguasa Laut Selatan menyaksikan dari kereta kencana masing-masing di angkasa."Aku saja sulit mengalahkan raja durjana itu," keluh Ratu Pagedongan. "Bagaimana Roro Kidul? Apakah kita perlu turun tangan?"Roro Kidul tersenyum, "Aku kira cukup Blorong jika ksatria itu terdesak."Blorong protes, "Bukankah semestinya Nawangwulan?"Semua pandangan tertuju ke Nawangwulan. Puteri seanggun bidadari itu tampak gelisah. Matanya tak lepas memperhatikan adu kesaktian di darat.Ia berkata, "Aku percaya dengan prasasti segara. Hanya ada satu Raja Agung di jagat raya. Tapi prasasti tidak menyebutkan kalau ksatria pinilih dari bangsa manusia.""Jadi kesamaran itu yang membuat dirimu cemas?" sindir Roro Kidul. "Bukankah aku sudah
Empat Penguasa Pantai Selatan pergi ketika Raja Samudera sudah berhasil dibinasakan Pendekar Lembah Cemara."Bukan berterima kasih, main pergi saja kayak perahu hanyut," gerutu Cakra. "Kasih cipika cipiki atau apa begitu." "Mereka pergi karena ada urusan."Cakra memutar tubuh saat mendengar suara merdu di belakangnya. Tampak puteri cantik jelita bermahkota tiara tersenyum manis. Kemudian puteri bermahkota tiara itu mengecup pipi kanan dan kiri Cakra."Terima kasih seperti itu yang kang mas inginkan?"Cakra hampir jatuh pingsan mendapat kecupan mesra di wajahnya. Ia kira penguasa lautan bau ikan asin, ternyata semerbak mewangi."Siapakah gerangan dirimu?" tanya Cakra. "Aku melihat dirimu pergi lebih dahulu."Puteri dengan kupu-kupu mutiara di pangkal lengan menjawab, "Aku Nawangwulan. Aku pergi untuk memarkir kereta di balik awan."Cakra terpukau. Jadi puteri ini calon permaisurinya dari segara?Cakra sulit menolak perempuan seanggun bidadari untuk menjadi garwanya.Tapi mereka hidup
Tok tok tok. Ben Ren bangkit dari pembaringan dengan mata separuh terpejam. Ia baru saja rebahan untuk beristirahat sudah ada yang mengetuk pintu. Ben Ren membuka pintu. Kepala legiun prajurit berdiri di luar bersama beberapa pengawal. Kepala legiun ini perempuan. Ben Ren menguap, kemudian bertanya, "Ada apa malam-malam mengganggu tidurku?" Kepala legiun balik bertanya, "Apakah kau melihat puteri keraton?" "Tidak." "Apakah kau melihat Raja Samudera?" "Tidak." "Apakah kau melihat cinta di bola mataku?" "Ya." "Kau selamat." Kepala legiun dan anak buahnya pergi. Ben Ren melongo. "Padahal aku asal." "Kau beruntung," kata Cakra tanpa bangun dari tidurnya. "Kepalamu dipenggal kalau menjawab tidak." "Tapi apa mungkin prajurit cantik itu jatuh cinta padaku?" "Jelas tidak!" "Lalu kenapa ia bertanya begitu?" "Aku juga sudah memenggal kepalamu kalau tidak ada cinta, cinta antar sesama." Prajurit kadipaten Tanjungsari terkenal kejam dan bengis. Mereka mempermainkan nyawa rakyat
"Kurang ajar!" geram Blewah Putih. "Kau perlu diajar sopan santun, Hou Jie!" "Aku tidak tahu sopan santun seperti apa di matamu," sahut Cakra. "Aku menyampaikan kebenaran tapi kalian salah menerima." "Aku menantangmu sekalian menentukan siapa yang tereleminasi!" "Sekalian saja kalian maju berlima! Jadi kompetisi lebih cepat selesai!" "Aku minta kalian menahan diri!" kata bestir sayembara. "Adipati menunggu di Alun-alun!" "Kau bilang saja kami menangkap pembangkang!" sahut Serigala Putih. "Kami langsung pergi ke selatan nanti! Raja Samudera pasti membawa puteri keraton ke kerajaan Segara!" "Mahkamah dunia perkelahian sungguh aneh!" kecam Cakra. "Tubuhmu hitam legam, tapi dijuluki Serigala Putih! Bagaimana kalau diganti dengan si pantat kuali?" "Bedebah!" Serigala Putih menyerbu dengan tendangan mematikan. Cakra menyambut dengan jurus Beruk Di Ranting Cemara. Cakra berani menggunakan jurus warisan Ki Gendeng Sejagat karena yakin mereka tidak mengenalinya. "Kalian pikir si pa
"Maafkan aku tidak mengetahui tingginya gunung dan dalamnya lautan."Blewah Putih bersimpuh di depan Cakra. Ia merasa malu telah menantang pendekar tanpa tanding di jazirah bentala."Mataku semestinya terbuka saat kau begitu mudahnya mengalahkan kawan-kawanku.""Sudah, jangan mellow," kata Cakra. "Woles aja, men...!"Pada purnama ketujuh pekan lalu, Konde Emas mendatangi Blewah Putih untuk meminta bantuan Pendekar Lembah Cemara dalam merebut keraton Tanjungsari.Blewah Putih bangkit dari bersimpuhnya, kemudian berkata, "Aku diperintahkan ibuku untuk meminta bantuanmu.""Aku juga diminta nenek buyutku untuk mencarimu, sepertinya aku tidak bisa membantumu. Aku mesti mempertahankan Tanjungsari menjadi bagian dari kerajaan Selatan.""Aku membantu sahabatku untuk merebut kembali keraton yang dikuasai adipati durjana itu."Kekacauan yang terjadi di pusat kota kerajaan Selatan dimanfaatkan sekelompok durjana dengan dukungan Raja Samudera untuk mengkudeta Adipati Tanjungsari.Kemudian mereka
"Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,
Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p
"Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat
Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan
"Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal
Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu
"Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka
"Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal
Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu