Share

333. Baichi

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-19 23:57:30

"Jika ke depannya aku banyak mendukung dirimu, bukan memandang apa yang pernah kita lewati bersama," kata Ratu Purbasari sebelum pergi. "Aku banyak belajar dalam perjalanan ini, banyak kekeliruan yang diperbuat sehingga menjatuhkan harga dirimu."

Kepergian Ratu Nusa Kencana sangat membekas di ingatan Caka. Ia berjanji bahwa ke depannya tidak akan mencampuri tindakan yang diambil.

Pengembaraan ke Selatan telah membuka pikirannya bahwa keputusan teknis bergantung kepada situasi yang terjadi.

"Aku lega sekarang," kata Cakra. "Ia sudah mulai menganggapku."

Cakra pergi ke kadipaten Tanjungsari dengan berjalan kaki. Elang raksasa dipakai Ratu Purbasari untuk mengantar anak mantan adipati ke Selawangi.

Mereka adalah generasi masa depan yang perlu diselamatkan.

"Aku lupa menanyakan kepada Mahadewi di mana kepala dukuh dan keluarganya menjalani hukuman besok," keluh Cakra. "Apakah di pedukuhan ada alun-alun?"

Mereka tidak mungkin digantung di bawah pohon toge. Tinggal tambah tauco jadilah mart
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   334. Bukan Peri Pemetik Bunga

    Istri dan anak kepala dukuh sedang makan spaghetti carbonara ketika mereka muncul di bawah pohon besar.Anak kepala dukuh dalam gendongan Cakra bangun dan langsung menyantap spaghetti bagiannya.Mereka sejak ditangkap tidak diberi makan. Anak kepala dukuh tertidur karena kelelahan menangis kelaparan."Betapa besar jasamu bagi keluargaku," kata kepala dukuh. "Bagaimana aku membalasnya?""Cintailah rajamu dengan segenap jiwa raga, sebab ia akan berkorban demi kesejahteraan kalian."Kepala dukuh memandang Cakra dengan hati-hati, "Anak muda ... apakah kau pendukung Raja Reksajiwa?""Aku mengangkatnya jadi raja, menggantikan Ratu Selatan."Kepala dukuh dan istrinya serempak bersujud di depan Cakra, kedua anaknya berhenti makan dan ikut-ikutan bersujud."Ampunilah aku, gusti pangeran," sesal kepala dukuh. "Aku dan keluarga sungguh tidak tahu diri...!"Kepala dukuh sudah mendengar kabar bahwa Ratu Selatan dan Lu Qiu Khan dibuang ke pulau terpencil oleh Pangeran Nusa Kencana.Ia menghormati p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Perjanjian Leluhur   335. Permintaan Edan

    "Lekas kalian sembunyi."Cakra memutuskan untuk mencegat rombongan penduduk yang hendak mencari suaka. Mereka tampak sangat ketakutan. "Aku adalah Pendekar Lembah Cemara yang akan melindungi kalian."Cakra merasa perlu memberi tahu jati dirinya untuk memberi ketenangan kepada mereka.Hasilnya sungguh luar biasa. Mereka serempak bersujud."Akhirnya pertolongan datang juga.""Selamatkan kami pangeran. Kami hanyalah rakyat kecil yang menjadi korban konflik.""Prajurit menggeledah rumah penduduk, membawa anak gadis dan pemuda yang dicurigai."Kelompok pergerakan mayoritas anak muda dengan pemimpin mantan adipati.Mereka mencoba berontak dari kesewenangan yang terjadi.Mereka menggalang kekuatan secara diam-diam, bagusnya tidak ada oknum politik memanfaatkan untuk kepentingan golongan."Cepatlah bersembunyi, itu adalah peradaban terbaik kalian untukku. Sebentar lagi prajurit kadipaten tiba."Mereka segera bersembunyi di rumpun semak dan pepohonan.Jalan setapak dalam sekejap tampak lenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Perjanjian Leluhur   336. Pencinta Keindahan

    Penduduk di pinggiran kota Tanjungsari heboh.Kepala dukuh dan keluarga hilang secara misterius, beberapa tokoh sakti dan puluhan prajurit belum kembali dari hutan.Bantal Guling dan kedua pengawalnya ditemukan dalam keadaan tertotok dan tanpa pakaian, dua pengawal lagi sedang melepas pakaian."Hingga sekarang totokan itu belum dapat dibebaskan," kata pria berperut tempayan. "Menurut selentingan, totokan itu perbuatan makhluk roh. Mereka diangkut ke keraton untuk mendapat pertolongan Raja Samudera."Pria itu merasa demikian nikmat menghirup kopi panas, prajurit tidak berlalu lalang pagi ini.Pemandangan menyebalkan yang menggangu keasyikannya nongkrong di kedai."Bantal Guling dalam keadaan hendak menghunjam, perempuan satu lagi sedang mengelus organ intim. Selera humor makhluk itu benar-benar edan.""Makanya kalau bersenggama lihat-lihat tempat," tegur pria berpakaian tabib. "Penghuni pohon jadi marah.""Alah, kau sering menyewa istri pemilik kedai di kandang kambing, nyatanya penghu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Perjanjian Leluhur   337. Bukan Pemburu Cinta

    Cakra berangkat ke pusat kota. Ia pikir pedukuhan sudah tidak lagi membutuhkan dirinya.Puluhan prajurit tersesat di hutan sehingga ketakutan warga akan penindasan berkurang.Kehidupan mulai tenang meski kecemasan akan kembalinya prajurit tetap membayangi. "Aku heran dengan adipati," kata Cakra sambil berkuda dengan santai. "Mengapa mereka begitu senang menindas rakyat kecil? Padahal sejarah membuktikan dinasti otoriter tidak berumur panjang.""Nafsu membuat mereka lupa bercermin," sahut Ben Ren. "Seperti diriku, nafsu membuat diriku ingin menikmati Srintil.""Siapa Srintil? Kuda betina peliharaan adipati?""Aku tidak tahu ia kuda apa bidadari. Dari jauh kelihatan seperti bidadari, dari dekat seperti kuda, bawaannya ingin menunggangi. Ia baru pulang belajar dari pegunungan Wuhan."Beberapa perawan lalu lalang menikmati udara kebebasan, Ben Ren menjadi pecicilan, mencolek wajah dengan sekeping perak.Sedangkan sekeping emas untuk meremas dan meraba organ rahasia. Begitulah budaya sawe

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Perjanjian Leluhur   338. Bangsa Nyeleneh

    "Ada kamar disewakan, kandang kuda juga."Ben Ren menemui Cakra yang menunggu di restoran sambil bersantap siang."Jangan kaget dengan penyambutan tuan rumah karena akhir pekan adalah hari tanpa pakaian."Cakra melihat tamu restoran berpakaian lengkap, barangkali mereka bangsawan pelancong.Nudis tidak berlaku untuk wisatawan, tapi dianjurkan untuk memeriahkan.Pramusaji juga berpakaian lengkap. "Nudis tidak berlaku untuk pramusaji?""Hari tanpa pakaian dimulai saat matahari condong sepenggalahan ke barat. Jadi sebentar lagi." Biasanya banyak rumah sewa setiap akhir pekan. Keluarga bangsawan pergi berlibur untuk menghindari nudis."Aku sudah menghubungi beberapa pemandu. Tidak ada rumah sewa. Mereka ingin merayakan pergantian tahun di pusat kota."Adipati sengaja mengadakan sayembara menjelang akhir tahun di saat wisatawan tumpah ruah.Ia ingin meraup keuntungan besar dengan harga tiket selangit, mereka sangat suka menonton pertarungan para jawara.Bahkan penjudi sudah mulai menelis

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Perjanjian Leluhur   339. Pemerah Susu Kuda

    "Brengsek!" Ben Ren menghampiri Cakra yang tengah makan pagi di atas tumpukan jerami. "Petaruh tidak ada yang menjagokan dirimu pada pertandingan pertama!" "Janganlah kecil hati karena petaruh. Berbesar hatilah karena aku peserta tertampan." Cakra yakin Mayleen bukan mencari ksatria terhebat, tapi ksatria tertampan. Maka itu ia optimis tidak akan dirugikan wasit di colloseum dengan kecerdasan buatan. Membuat Mayleen jatuh cinta adalah awal kemenangan. "Ketampananmu tidak menolong dirimu! Lawanmu justru semakin bersemangat untuk merusak wajahmu supaya jadi jelek seperti mereka!" "Kau bilang cukup membuat Mayleen klepek-klepek. Dasar manajer plin-plan." "Petarung lain giat berlatih, kerjamu cuma makan dan memelototi bokong kuda." "Dibawa hepi saja." Cakra sengaja ingin menyurutkan Ben Ren untuk tidak bertaruh atas dirinya. Ia jengkel dimanfaatkan. Ben Ren ingin mengeruk keuntungan dari jerih payah dirinya, tapi semua petaruh begitu. Maka itu Cakra kerjanya han

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Perjanjian Leluhur   340. Colloseum Membara

    Penonton sangat bising saat Cakra memasuki colloseum.Pertarungan sengit terjadi di gelanggang.Penonton tidak beranjak dari tempatnya, bukan menyaksikan pertandingan itu."Oh, Mayleen...! Bukalah kakimu sedikit sehingga aku tahu ada apa di pangkal pahamu...!""Bukit kembar mu begitu menggemaskan...! Sudah cukup untuk ditukar dengan seluruh hartaku...!""Janganlah bermimpi...! Ia bukan milik hartamu, ia milik ksatria pinilih...!""Aku menyesal waktu berkunjung ke Tiongkok tidak mampir ke perguruan Bu Tong Pay...!""Aku juga bodoh sekali tidak singgah di perguruan Kun Lun Pai...!""Aku sempat masuk perguruan silat Cimande, tapi tergoda mojang Priangan...! Akhirnya jadi murid murtad...!""Takdir kita untuk menonton keindahan puteri keraton...!"Hampir tidak ada yang menyaksikan pertarungan di gelanggang.Padahal sangat sengit dan seru.Mayleen tampak kehilangan gairah untuk menyaksikan pertandingan."Apakah tidak ada ksatria berwajah tampan sehingga aku tidak jemu?""Baru hari pertama,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Perjanjian Leluhur   341. Penghuni Baru Istana Selir

    Ben Ren menang besar. Ia mampir di rumah judi mengambil uang, dan petantang-petenteng dengan lima ratus keping emas.Ben Ren lewat di depan Cakra yang menunggu di luar.Ben Ren tidak melihatnya. Cakra menyusul dengan berkuda."Kudamu ditinggal?" tanya Cakra.Ben Ren tersadar, ia menghardik, "Kenapa kau tidak mengingatkan diriku?""Aku kira lalat ijo lewat."Ben Ren berlari ke depan rumah judi, kemudian memacu kuda menyusul Cakra."Aku bisa membeli Kajol," kata Ben Ren. "Kesampaian juga bercinta dengan puteri bangsawan cantik jelita.""Kajol menang seribu keping emas, pasti tarifnya sekitar itu.""Masa naiknya sampai seribu persen?""Intinya ia menolak mu. Pria jelek kadang tidak peka.""Tapi berkudanya pelan-pelan lah. Kita nikmati pemandangan."Cakra justru pusing melihat kaum nudis lalu lalang. Pemandangan berbagai model membuat dirinya kuatir terpancing."Mereka yang telanjang, aku yang panas dingin," keluh Cakra. "Pantat kerbau saja tampak menggoda.""Mana pantat kerbau?""Yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

  • Perjanjian Leluhur   388. Alam Tirta

    "Aku tahu kau menyusul ke bukit karang bukan untuk menyampaikan kabar itu," kata Cakra. "Kau ingin mengajakku bercinta." "Aku adalah maharatu! Sungguh tidak pantas bercinta di sembarang tempat!" Akan tetapi, perempuan itu menjadi sangat liar saat Cakra menghantam di atas batu karang, sampai sang ratu mandi keringat dan pingsan saking capeknya. Padahal Cakra belum apa-apa. Ratu Sihir dan Ratu Ipritala muncul di bukit karang. "Nah, dua lagi datang," kata Cakra. "Bermain threesome kayaknya seru." Mereka tiba di dekat Cakra. Ratu Ipritala tersenyum nakal. "Kau luar biasa...! Purbasari sampai ketiduran, pasti kelelahan." "Ia pingsan." "What?!" "Padahal teganganku belum turun." "OMG!" "Jangan basa-basi. Aku tahu kedatangan kalian untuk apa." Tiga jam kemudian, mereka tergeletak pingsan di samping Ratu Purbasari saking lelahnya. Cakra belum apa-apa. Kemudian muncul Ratu Pagedongan, Roro Kidul, dan Blorong di angkasa samudera. "Kami datang untuk menjemput dirimu,

  • Perjanjian Leluhur   387. Antara Ada Dan Tiada

    Ratu Dublek dan panglima perang tiba di pantai berkarang yang menjadi lokasi pertemuan dengan utusan Raden Manggala. Debur ombak memecah pantai berkarang menjilat kaki mereka, berbuih-buih. Mereka terkejut melihat kesatria gagah dan tampan berdiri di batu besar seolah menunggu kedatangan mereka, di dekatnya dua utusan Raden Manggala tergeletak mati. "Kalian tak bisa lari dariku," kata Cakra. "Aku akan mengejar kalian ke dasar segara sekalipun." "Aku sudah meninggalkan istana secara sukarela," ucap Ratu Dublek. "Kau butuh singgasana untuk Romadara dan sudah didapatkan. Apa lagi yang kau inginkan?" Ratu Dublek mencoba untuk negosiasi. Kelihatannya tidak ada peluang untuk kabur. "Aku menginginkan jazirah bentala terbebas dari gangguan makhluk seperti kalian." "Aku akan pergi dari jazirah bentala untuk selamanya." "Dan berbuat kerusakan di jazirah lain. Perbuatanmu sudah melampaui batas. Perempuan seperti dirimu sudah sepantasnya berbaring bersama dua kutu kupret ini."

  • Perjanjian Leluhur   386. Bukan Minta Suaka

    "Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men

  • Perjanjian Leluhur   385. Menanti Kedatangan Ratu Sejagat

    "Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status