Share

Bab 2

Penulis: Cokelat Deby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-18 09:58:57
Jebakan

Gilang menatap Nora kembali, wanita yang telah dia berikan segalanya dan dia telah kehilangannya. Saat itu, dia merasa dia tidak akan bisa merasa bahagia lagi.

Dia menatap Satya selama beberapa saat yang sedang menyeringai dengan arogan. Bagaimanapun, dia bisa mengendalikan apa pun dalam hidupnya, sementara satu-satunya yang dimiliki oleh Gilang adalah Nora. Namun, ternyata Nora akan meninggalkannya juga.

“Nora, apakah itu benar? Kamu sedang bercanda, ‘kan?” tanyanya dengan lembut.

Nora menghela nafas. “Benar, Gilang. Kita putus. Ini Satya, pacar baruku,” ujarnya memperkenalkan Satya dan Tia memekik bahagia.

Gilang tidak tahu apa yang membuatnya sesenang itu. Jika dia bisa membalas dendam, orang yang akan pertama dia beri pelajaran adalah Tia.

Yang lebih menyedihkan adalah Nora tidak pernah mencintainya. Padahal selama ini Gilang mengira mereka memiliki sesuatu yang spesial.

Gilang menahan air matanya. Dia tidak mau menangis.

“Anak malang, kamu bahkan tidak bisa menyentuh tangan wanita ini, ‘kan? Dasar menyedihkan.”

“Kalau kamu menjilat sepatuku, aku mungkin akan mempekerjakanmu sebagai satpam di perusahaanku. Bagaimana dengan…gaji 15 juta rupiah per bulan?” ejek Satya.

Tia tertawa. “Oh! Anda dermawan sekali, Tuan Satya! Jika aku adalah kamu, aku bahkan tidak akan mengatakan apa pun pada pengemis tunawisma ini. Hei, pecundang, cepat berlutut dan jilat sepatunya, ini adalah wawancara pekerjaanmu!”

Melihat orang-orang menghina Gilang, Nora tidak mengatakan apa-apa dan hanya memandangi senyuman Satya. Dia pasti berpikir bahwa dia membuat keputusan yang benar untuk memilih Satya dibandingkan dengan Gilang. Bisikan-bisikan memenuhi telinga Gilang seraya dia memutuskan untuk menjilat sepatu Satya.

Gilang menengadah dan melihat seringai pada wajah Satya. Dia bergegas bangkit dan meninju wajahnya.

Satya terhuyung ke belakang dan Gilang harus berhenti sesaat untuk membantunya. Dia tidak menyangka pukulannya akan begitu melukainya sampai dia berdarah. Namun, Gilang sudah terlalu marah untuk menyadarinya.

Dia berlari keluar rumah sebelum pengawal Satya bisa menangkapnya.

Akan tetapi, mereka tetap mengejarnya dan dia berlari sekencang mungkin. Dia berlari selama beberapa lama sampai dia tiba di taman pinggir jalan. Dia melompat ke sana dan bersembunyi di balik bunga-bunga.

Orang-orang itu berhenti tepat di tempatnya tadi dan mereka menatap sekelilingnya sebelum akhirnya beranjak pergi.

Gilang tinggal di sana selama beberapa menit sebelum dia keluar dari taman. Dia merasakan kesedihan yang seharian dia tahan. Selama ini dia terus berusaha untuk membaur dengan orang orang, tapi dunia ini terasa seperti tidak diciptakan untuk orang orang sepertinya.

Selain itu, kenapa dia tidak bisa mencintai seseorang seperti orang-orang lainnya? Kenapa dia harus selalu menjadi korban? Apalagi, dia telah memberikan segalanya untuk Nora. Dia bahkan memberikannya setengah dari gaji yang dia terima, dia telah memberikan segalanya untuknya.

Kenapa semua hal itu harus terjadi padanya?

Gilang merasakan air matanya menetes, tapi dia langsung mengelapnya. Dia tidak akan menangis, dia hanya akan minum sampai mabuk.

Lagi pula, kehidupan itu sia-sia.

Gilang memasuki Bar Layon. Layon merupakan salah satu bar paling terkenal di kota itu. Alasannya adalah karena dia memiliki hotel dan apartemen. Di sana juga terdapat restoran dan gedung olahraga.

Dia memesan empat botol bir dan keluar dari sana. Dia akhirnya berhenti setelah berjalan beberapa meter dari bar itu. Dia tidak ingin tinggal di dalam bar karena takut ditindas. Ada banyak orang-orang kaya di dalam sana yang mengingatkannya pada Satya.

Dia meminum dua kaleng bir. Ketika dia sedang meminum kaleng ketiga, dia sudah merasa mabuk. Akan tetapi, dia masih bisa mengingat Nora, yang berarti usahanya sekarang sia-sia.

Dia melempar kaleng ketiganya dan meminum kaleng terakhir. Dia mulai merasa aneh ketika baru meminum setengahnya dan tiba-tiba dia jatuh pingsan sementara kalengnya jergelincir dari tangannya dan tertumpah.

Matanya tertutup dan dia tertidur lelap.

Seorang melangkah ke arah bar itu dan berhenti. Dia adalah pria tinggi yang mengenakan setelan tuksedo yang cocok dengan rambut gelapnya.

“Kubilang kamu harus menemukan siapa pun! Aku harus menyelesaikannya malam ini!” teriaknya jengkel dan dia berbalik ke arah Gilang. Dia memandangnya sesaat dan senyuman mekar di wajahnya.

“Sudahlah, dasar bodoh!” teriaknya sekali lagi dan memanggil para pengawalnya.

“Iya, Bos,” kata pria itu.

Ian masih memandangi Gilang. “Bawa pria itu ke dalam kamar 409.”

Pria itu mengangkat alisnya bingung. “Ke tempatnya Nyonya Aria?”

Ian memelototinya dingin. “Memangnya aku tidak tahu itu? Lakukan saja perintahku dan berhenti menanyakan hal-hal bodoh!” teriaknya lagi. Tampaknya, dia hobi berteriak.

Pria itu membungkuk pelan dan berbalik untuk memanggil dua pria lainnya.

“Namun,” kata Ian tiba-tiba dan pria itu membalikkan badannya untuk menatapnya lagi. “Lepas celananya. Itu seharusnya berhasil.” Wajahnya terlihat sombong ketika menyarankan hal itu.

Pria itu menurut dan segera memasuki ruangan Aria berada yang sedang tertidur. Mereka dengan hati-hati meletakkan Gilang di kasur di sampingnya.

Sebuah keajaiban bahwa wanita itu tidak terbangun sama sekali sampai mereka selesai melakukan tugas mereka dan keluar dari ruangan.

Rasanya lama sekali ketika Gilang akhirnya membuka matanya. Dia merasa lebih nyaman yang membantu alkohol di dalam tubuhnya bekerja dengan baik. Dia membalikkan badannya di ranjang sampai tangannya menyentuh kulit seseorang.

Dengan kasar, tangannya ditepis dan sebuah tamparan mendarat di wajahnya, diikuti oleh teriakan lantang.

“Apa yang telah kamu perbuat padaku?!” teriak seorang wanita.

Gilang berkedip sekali dan mencoba berkonsentrasi walaupun tamparan itu terasa sangat pedih. Dia bangkit duduk dan melihat ke sekitarnya.

Tidak mengerti dia sedang berada di mana, dia menatap Aria kembali. “Kamu siapa dan kenapa aku ada di sini?”

Bab terkait

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 3

    Harapan KematianAria memelototinya. “Pertanyaan macam apa itu? Seharusnya aku yang bertanya begitu!”Pintu itu hampir langsung terbuka dan Ian masuk ke dalam sembari tersenyum lebar. “Aku tahu kamu pasti sedang bersama seorang pria. Aku tidak tahu mengapa Kakek tidak mau memercayaiku.”“Apa-apaan!” bentak Aria. “Aku tidak tahu apa-apa. Aku bahkan tidak tahu bagaimana orang bodoh ini bisa masuk ke kamarku!” bantahnya.Ian tersenyum dan mengeluarkan ponselnya untuk memotret foto. Gilang menyaksikan drama itu, tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi.Aria bergegas bangun. “Kumohon, jangan begini. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi!” Dia memohon dan bergerak mendekatinya.Ian mendengus. “Terlambat, aku sudah mengirimkannya ke Kakek.”“Sialan!” teriak Aria dan dia jatuh ke lantai. Dia tidak bisa menghentikan jantungnya yang berdegup kencang. Dia membayangkan akan sekecewa apa kakeknya padanya.“Hei! Kenapa aku ada di sini?!” teriak Gilang tiba-tiba, akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 4

    Tuan?Dia terhuyung mencoba meraih celananya dari atas ranjang. Dia masih merasa pusing ketika dia berhasil mengenakan celananya.Pria itu membantu menuntunnya menaiki mobil. Gilang hanya perlu memberitahunya alamatnya dan dia bahkan tidak tahu kapan mereka sampai.Ketika dia turun, dia berhenti tiba-tiba karena merasakan ketenangan menyelimuti dirinya. Tiba-tiba, dia sudah tidak lagi merasa sakit seperti sebelumnya. Rasa sakit di hidungnya pun menghilang.Tidak, bukan hanya itu. Tekadnyalah yang membuat darahnya mendidih. Bagaimana jika ada sesuatu pada dirinya yang tidak dia ketahui? Dia tidak mungkin tiba-tiba jatuh dari langit, pasti ada hal yang bisa menjelaskannya.Di saat itulah dia bertekad untuk mengembalikan ingatannya bagaimanapun caranya. Mungkin, ada sesuatu tentangnya yang belum dia ketahui.Perjalanan ke pesta itu memakan waktu yang lebih lama dari yang Gilang kira. Gilang mengenakan setelan jas hitam yang telah susah payah dia beli setelah mendapatkan gaji ketigan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 5

    Ingatan MenyakitkanGilang menyipitkan matanya dan bertanya-tanya apakah dia mengenal orang itu, tapi wajahnya tidak familier sama sekali baginya.Matanya terbelalak ketika Alfa berlutut di hadapannya. “Salam, Garuda. Senang bertemu denganmu dan bahkan berbicara denganmu.” Dia tersenyum dan akhirnya berdiri lagi.Gilang masih curiga, tidak bisa memercayainya. Sudah aneh Alfa menyebutnya sebagai Tuan, ditambah seseorang sekaya dia mengenal orang sepertinya.Itu membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang dia lewatkan. Ada hal penting dari masa lalunya yang tampaknya terhubung oleh sesuatu yang sangat penting. Tidak ada yang bisa memberitahunya bagaimana kehidupan masa lalunya sebelum dia ditemukan oleh para pengasuh di panti asuhan. Dia juga tidak mengingat apa pun. Dia masih merasa ingatannya berkabut.“Ke mana saja kamu selama ini?” tanya Alfa sambil tersenyum.“Selama 10 tahun, kami telah mencarimu, akhirnya aku menemukan penerus Garuda! Siapa sangka aku akan menemukanmu, Nak?” Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 6

    Siapa Dia Sebenarnya?Itu adalah cek senilai 1,5 triliun rupiah!Gilang tidak pernah melihat uang sebanyak itu!“Sepertinya kamu harus menerimanya. Sampai kamu bisa kembali ke posisimu sebagai Garuda, mungkin kamu akan membutuhkannya.”Aria memandangi arah Gilang pergi dengan penuh kekhawatiran. Dia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di dalam dan kenapa Gilang lama sekali berada di dalam sana.Satya tiba-tiba tertawa. “Sepertinya bocah itu sedang diberi pelajaran.”Ian ikut tertawa. “Sayang sekali dia tidak bisa menikmati istrinya sebelum dia mati,” ejek Ian.Jantung Aria tersentak mendengar perkataan mereka. Itu adalah sesuatu yang bisa Alfa lakukan.“Ayolah! Tuan Alfa tidak menyukai orang miskin sepertinya. Dia tidak akan kembali hidup-hidup.” Satya tiba-tiba meraih segelas jus. Dia menyesapnya dan tertawa lagi. “Entah kenapa, cuacanya bagus sekali, ya.”“Ayolah!” Ian berpura-pura serius. “Ini cuaca yang buruk. Seekor anjing akan mati!”Mereka berdua tertawa terbahak-ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 7

    Terbuat dari BesiGilang tidak menjawabnya dan mengambil segelas anggur. Dia menyesapnya pelan-pelan dengan hati yang berat.Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk berbincang dengan mereka. Apa yang ada di benaknya hanyalah orang-orang yang telah meninggalkannya.“Sialan!” umpat Satya. “Dasar orang bodoh.”Gilang tiba-tiba berbalik menghadapnya, merasa kesal. Dia bisa saja mematahkan hidungnya lagi di saat itu.Aria menolak berbicara dengan Gilang sampai pesta selesai dan mereka sedang beranjak ke mobil.Aria menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Gilang. “Aku harap kamu tahu bahwa tidak mungkin aku mau pulang ke rumahmu. Aku tidak bisa tinggal di rumah seperti itu,” bentaknya.Gilang menatapnya selama beberapa saat. “Aku suamimu, kenapa tidak bisa?” godanya.Aria mendengus. “Sungguh? Apakah ini karena kakekku menyerahkan aku padamu di atas piring emas? Aku yakin kamu tahu nilaiku.”“Sedari awal, kenapa kamu bisa ada di kasurku?” tanyanya dengan marah.Gilang menghela

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 8

    KefrustrasianRestoran Weathervane merupakan restoran ternama dan Gilang tidak pernah menyangka akan memasuki tempat itu.Namun, sebelum makan malam itu, dia harus makan siang dulu.“Kiriman piza Anda!” teriak seseorang dari depan rumah Gilang.Gilang tersenyum dan meraih uang sebesar 1,5 juta. Dia membuka pintu dan menyerahkan uangnya.“Terima kasih atas pesanannya. Totalnya 225 ribu rupiah.”“Ambil saja kembaliannya!” jawabnya langsung dan mengambil pizanya. Dia menutup pintu sebelum pria itu bisa berkata apa-apa.Dia menatap piza itu dan mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir kali memesan piza karena dia sedang menabung untuk membeli hadiah untuk ulang tahun Nora.Gilang mengingat apa yang Alfa katakan padanya dan bertanya-tanya bagaimana caranya dia bersikap tidak menonjol setelah dia kehilangan pekerjaannya.Namun, setidaknya dia bisa membeli makanan enak sekarang, tidak seperti sebelumnya.Setelah selesai makan, Gilang memutuskan untuk beristirahat karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 9

    Tamparan Wajah?Gilang merasa jengkel, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun. Satya selalu memutarbalikkan perkataannya.Tiba-tiba, sebuah Bugatti Centodieci berhenti di parkiran. Gilang dan yang lainnya mengamatinya ketika Alfa turun dari mobil. Akan tetapi, dia ditemani oleh orang lain.Mata Gilang terbelalak. Dia sudah banyak mendengar tentang Gesang. Dia tidak menyangka orang yang dia akan temui adalah Gesang.Tidak, pertanyaan sebenarnya adalah kenapa Gesang ingin menemuinya? Apakah itu sebuah masalah?Gesang adalah pria tinggi dan kokoh seperti Gilang. Dia hanya sedikit lebih tinggi dengan wajah yang bisa dideskripsikan sebagai tampan.Dia mengenakan setelan Dormeuil Vanquish II seharga 1,429 miliar rupiah. Segalanya tentangnya memberikan kesan orang kaya. Gilang pernah mendengar tentangnya, tapi itu adalah kali pertamanya dia bertemu dengannya.“Apa yang terjadi di sini?” tanya Alfa ketika mereka sudah berada cukup dekat. Gesang masih terdiam di samping mobil

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 10

    Mengeklaim Posisi“Kamu tidak boleh berbicara seperti itu pada Garuda!” kata Alfa saat itu juga.Gilang tertawa dan menatap Gesang beberapa saat. “Aku suka keberanianmu. Tidak heran kamu adalah bosnya, tapi kamu juga harus menerima posisimu. Aku adalah Garuda dan aku datang ke sini untuk mengeklaim posisiku.”Gesang tertawa. “Sungguh? Kamu menghilang lama sekali!” bentaknya. “Kamu tidak bisa tiba-tiba kembali dan mencoba mengeklaim posisimu.”“Benar.” Gilang mengangguk singkat. “Aku tahu aku menghilang cukup lama, tapi aku sudah kembali dan aku akan melakukan sebisaku untuk membuktikan kepada semua orang betapa Garuda-nya aku.”Alfa tersenyum. “Itulah yang ingin kudengar.”Gesang mendengus tiba-tiba dan memaksakan pandangan Gilang padanya. Gilang memang tidak menyangka akan langsung diterima olehnya.Gesang dikenal akan sikap keras kepalanya. Selain itu, siapa juga yang akan membiarkan seorang bocah sepertinya mengaturnya?Namun, apa yang harus dia lakukan?“Tidak denganku!” G

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18

Bab terbaru

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 50

    SekstiliunCakra menutup telepon sebelum Gilang sempat mengatakan apa pun.Gilang menatap Cakra. "Dia harus membatalkan kesepakatan itu!""Apa? Kenapa?" Cakra kebingungan.Gilang menghela nafas sambil mengusap keningnya pelan. "Sudahlah, aku akan melakukannya sendiri. Apa lagi yang perlu kamu serahkan padaku? Aku harus pulang."Ratih melirik jam tangannya. "Aku harus berangkat sekarang. Penerbanganku satu jam lagi."Gilang mengangguk. “Kalau begitu, kita akan bicara di telepon.”Ratih mengangguk dan menghampiri Alfa.Cakra menoleh ke arah Gilang. “Aku akan mengantarmu ke kota. Bagaimana kalau kita berangkat bersama agar aku bisa bercerita lebih banyak padamu dalam perjalanan?” sarannya.Gilang mengangguk. "Ide bagus."Cakra menaiki tangga untuk mengambil beberapa berkas. Dia ragu-ragu di depan pintu dan mencoba memikirkan apakah dia melewatkan sesuatu. Ketika dia yakin dia sudah membawa semuanya, dia berjalan ke bawah lagi.Gilang mengambil kotak berisi harta milik ayahnya d

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 49

    Kebenaran“Kamu pikir kamu siapa? Kamu tidak bisa tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai Garuda! Ke mana saja kamu selama ini?” teriak Cakra.Gilang menatapnya selama beberapa saat, dia tidak tahu apakah dia marah karena Gilang akan mengambil kembali propertinya ataukah dia hanya khawatir.“Hei, Cakra. Tenanglah! Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan semua ini!” kata Ratih.“Serius?” Cakra menyeringai. “Suruh dia untuk memberitahuku waktu yang tepat, karena aku tidak akan membiarkannya!”Ratih menghela nafas, sudah merasa lelah. Dia memutuskan untuk memanggil Alfa. Mungkin dia bisa menghentikan perkelahian antara Gilang dan Cakra. “Di mana Alfa? Apakah dia ada di dalam?”Cakra menatap Aria dan mengangguk pelan. “Dokumen dan hal-hal lainnya miliknya ada di dalam. Aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi di sini dan aku akan pergi!” bentaknya.Ratih bergegas masuk ke dalam, meninggalkan kedua orang itu bertatap-tatapan dengan tajam.“Tidak ada yang bisa kamu katakan? Kamu kehabisan

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 48

    TanahGilang menghela nafas seraya memasuki ruang kerjanya.Aria menolak mendengarkannya dan dia bahkan tidak tahu bagaimana keputusannya nanti.Jika saja dia tahu bahwa dia adalah Garuda dan dia akan membantunya.Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu, menyadarkan Gilang dari lamunannya.Dia menengadahkan kepalanya. “Ya, masuklah.”Pintu itu terbuka dan Maria melangkah masuk. “Ini, Tuan.” Dia meletakkan dokumen besar di mejanya. “Aku telah membuat perkiraan jumlah yang kami perlukan dan aku tidak bisa menguranginya lagi,” katanya.Gilang mengambil dokumen itu dan memeriksanya. “Baiklah. Totalnya 90 miliar rupiah?”“Benar, Tuan, tapi menurutku kita tetap harus memilih untuk melakukan pinjaman.” Dia terlihat gelisah. “Tidak mungkin kita bisa membiayai itu. Kami pun tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Pekerjaan ini akan membantu perusahaan ini secara keuangan. Kita bisa mendapatkan pinjaman dan membayarnya kembali setelah kita mendapatkan pembayaran dari perusahaannya,” saran

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 47

    TugasTidak ada siapa pun di ruang tengah ketika Gilang melangkah masuk.Dia membuka pintu kamar pelan-pelan supaya dia tidak membangunkan Aria. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia sudah terbangun ketika Gilang membuka pintunya.Gilang terbangun lebih awal daripada Aria. Dia tidak ingin Aria membuang-buang waktunya pagi hari itu. Bahkan, dia tiba di meja makan lebih dulu darinya.Walaupun begitu, Aria datang beberapa menit kemudian.“Ayah, bagaimana kabar perusahaan akhir-akhir ini?” Emma memulai perbincangan.Gilang menghela nafas. Keluarga itu terbiasa berbicara saat sedang sarapan. Mungkin karena mereka biasanya tidak memiliki waktu untuk makan malam bersama atau mungkin Kamala hanya tidak ingin berbincang di malam hari.“Baik. Memangnya bagaimana lagi? Ian menjalankannya dengan sempurna,” jawab Kamala dengan nada yang kasar. Itu menunjukkan bahwa dia masih marah pada Aria.Emma menghela nafas. “Jika saja Ayah bisa mempertimbangkannya kembali. Aria menjalankannya dengan lebi

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 46

    BersemangatGilang begitu terkejut sampai dia melepaskan cengkeramannya pada Liam.“Apa-apaan?” umpat Liam dan dia berlari menjauh. Tangannya masih kesakitan dan dia takut akan apa yang Gilang akan lakukan padanya jika dia tidak pergi dengan cepat.Gilang merasakan kepalanya melayang. Dia tidak menyangka ciuman dari Cantika akan membuatnya seperti itu. Yah, dia tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri. Kapan terakhir kali dia berciuman? Kapan terakhir kali dia menyentuh seorang wanita? Dia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menghindari terlibat dengan wanita setelah dia menjadi seorang menantu.Walaupun itu hanya perkataan dan istrinya tidak mengabdi padanya, dia masih merasa harus mematuhi peraturan itu.Gilang bergidik pelan dan ingin terus menikmatinya, hanya jika itu mungkin. Tangannya terangkat dan menyentuh Cantika, menyalakan api pada dirinya yang membuatnya bergidik pelan. Namun, Gilang tidak mengetahui ini.Dia bertengkar dengan pikirannya sendiri tentang apa yang akan d

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 45

    Ciuman Tak Terduga“Maafkan aku, Gilang. Aku benar-benar meminta maaf. Semuanya salahku,” ujar Axel dengan perasaan menyesal yang mendalam.Gilang membalikkan badannya seraya menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes. Dia tidak mengetahui banyak hal dulu. Dia tidak tahu alasan mengapa ayahnya sangat keras padanya adalah karena kelompok mafia yang dia pimpin. Namun, Gilang tidak pernah membenci ayahnya dan itu melukainya ketika dia menyadari bahwa dia telah tiada selamanya.“Aku sudah mencarimu ke mana-mana, Gilang. Aku benar-benar telah terlibat banyak masalah hanya untuk menemukanmu. Kukira kamu meninggal ketika mobil itu meledak,” jelasnya.Gilang menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya. Lalu, dia pelan-pelan berbalik untuk menghadap Axel. “Bangunlah,” katanya.Axel menatap Gilang. “Aku tidak bisa menebus dosa besarku,” ujarnya dengan getir.Gilang menghela nafas dan menghampirinya untuk menariknya bangun. “Jangan berlutut padaku. Kamu dulu adalah pamanku, dan yah, sekar

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 44

    Pertemuan dengan Tetua Terakhir“Tuan, pria ini adalah Gilang dan orang paling tidak berguna di dunia. Dia dulu bekerja sebagai kurir dan dia sekarang tidak ada harganya,” jelas Satya.Axel menggeram, tidak menyukai penjelasannya. Dia masih menatap Gilang dengan tatapan penasaran yang tidak familier bagi Gilang.“Apakah kamu bilang namamu Gilang Farraz?” ulangnya.Gilang mengangguk singkat. “Aku seharusnya bertemu dengan seseorang di sini dan dia sedang dalam perjalanan.” Dia berusaha sebisa mungkin untuk bersikap sopan.“Tuan Axel,” potong Satya sebelum Axel bisa mengatakan sesuatu. “Tidak seharusnya Tuan berbicara dengan orang seperti ini. Tuan hanya akan membuang-buang waktu. Para satpam bisa menjelaskannya untukmu.”Axel menoleh pada Satya. “Maaf, kamu siapa?” Dia menaikkan salah satu alisnya.Satya tersenyum. “Aku Satya. Aku baru saja membeli semua kursi di bioskop ini dan…”“Kamu tidak bisa melakukannya. Orang lain telah memesannya,” potong Axel dengan cepat.Wajah Satya

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 43

    Pertemuan dengan PasanganGilang telah membaca laporan dan dokumen selama berjam-jam. Dia menyadari bahwa angka-angkanya kacau sekali.Rekening milik perusahaan kosong dan hanya sedikit stok CCTV yang tersisa. Bahannya juga sangat sedikit. Hanya tersisa beberapa minggu lagi sebelum SU World akan hancur.Gilang menelepon ruang akuntan. “Halo, temui aku di ruanganku sekarang juga,” perintahnya lalu langsung mematikan telepon tanpa menunggu jawaban.Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu.Gilang menegakkan badannya. “Ya, masuklah.”Maria masuk ke dalam. “Hai, Bos. Ini sudah waktunya pulang. Aku akan segera pulang, tapi aku memutuskan untuk menemuimu dulu. Apakah sudah selesai?”Sebelum Gilang bisa mengatakan apa-apa, sebuah ketukan lainnya terdengar dari pintu. John melangkah masuk, mengenakan setelan jas. Dia hampir terlihat seperti Gilang kecuali dia memiliki janggut tipis dan Gilang lebih tinggi darinya.“Kamu ingin bertemu denganku?”Gilang mengangguk dan memilih sebuah do

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 42

    Manajer BaruGilang tidak bisa berhenti tertawa. Dia tahu ada sesuatu yang aneh sejak dia melangkah masuk ke lobi. Dia mengambil air dari wanita itu dan meminumnya.“Aku akan pergi dulu karena ada tempat yang harus aku datangi, tapi…” Gilang berbalik dan mendapati bahwa Marvin sudah berdiri dibantu yang lainnya.“Siapa kamu sebenarnya?” Ada ekspresi terkejut di wajahnya seraya dia menatap Gilang penasaran.Gilang tersenyum licik. “Mimpi terburukmu. Omong-omong, kalian semua yang akan membersihkan seluruh tempat ini. Aku harus pergi ke ruangan Kepala Sekretaris,” jelasnya.Orang-orang itu mengerang tidak rela.Gilang menatap mereka. “Kalian tidak mau membersihkannya?”“Kami akan membersihkannya,” jawab Marvin dengan cepat. “Apakah ada lagi yang kamu mau?”“Semua yang terjadi di ruangan itu tidak boleh sampai keluar dari ruangan ini. Kalian tidak boleh memberi tahu siapa-siapa. Bilang saja pada mereka bahwa kalian telah menanganiku.” Dia tersenyum lebar. “Seperti yang kalian laku

DMCA.com Protection Status