Share

Bab 4

Penulis: Cokelat Deby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-18 09:58:57
Tuan?

Dia terhuyung mencoba meraih celananya dari atas ranjang. Dia masih merasa pusing ketika dia berhasil mengenakan celananya.

Pria itu membantu menuntunnya menaiki mobil. Gilang hanya perlu memberitahunya alamatnya dan dia bahkan tidak tahu kapan mereka sampai.

Ketika dia turun, dia berhenti tiba-tiba karena merasakan ketenangan menyelimuti dirinya. Tiba-tiba, dia sudah tidak lagi merasa sakit seperti sebelumnya. Rasa sakit di hidungnya pun menghilang.

Tidak, bukan hanya itu. Tekadnyalah yang membuat darahnya mendidih. Bagaimana jika ada sesuatu pada dirinya yang tidak dia ketahui? Dia tidak mungkin tiba-tiba jatuh dari langit, pasti ada hal yang bisa menjelaskannya.

Di saat itulah dia bertekad untuk mengembalikan ingatannya bagaimanapun caranya. Mungkin, ada sesuatu tentangnya yang belum dia ketahui.

Perjalanan ke pesta itu memakan waktu yang lebih lama dari yang Gilang kira. Gilang mengenakan setelan jas hitam yang telah susah payah dia beli setelah mendapatkan gaji ketiganya, sepasang sepatu hitam, dan dilengkapi oleh wajah tampannya.

Aria tidak berbicara padanya ketika Gilang tiba di rumahnya. Gilang mengerti kenapa dia jengkel padanya. Gilang adalah orang miskin sementara Aria adalah miliarder.

Bagi Gilang, dia juga tidak menginginkannya dan bahkan tidak mengingat masa lalunya. Rasanya seperti dia seperti hidup dalam tipuan.

Dia telah mengunjungi rumah sakit semalam dan dokternya berkata bahwa dia mengalami patah tulang di beberapa tulang rusuknya, tapi dia akan baik-baik saja.

Gilang memainkan cincin besar di jarinya. Sebenarnya, cincin itu adalah satu-satunya benda yang dia kenakan ketika dia terbangun di panti asuhan beberapa tahun yang lalu. Walaupun dia tidak mengingatnya, cincin itu memberikannya perasaan kepemilikan.

Jadi, dia suka memakainya walaupun cincin itu terlihat agak ketinggalan zaman.

“Bisakah kamu melepas cincin itu? Kuno sekali dan terlihat jelek,” kata Aria dengan lembut.

Gilang menatapnya beberapa saat. “Maaf, tapi aku tidak bisa melepasnya. Ini bagian dari diriku.”

Aria mendengus di waktu yang sama ketika mobil mereka berhenti. Sepertinya mereka telah tiba di aula pesta. Aula Berlian merupakan tempat diadakannya pesta itu dan itu adalah salah satu aula terbaik di kota itu. Para miliarder suka berpesta di sana karena desainnya yang indah.

Sebenarnya, Gilang tidak menyangka dia bisa memasuki gedung seperti itu seumur hidupnya.

Ketika mereka melangkah masuk, orang yang pertama kali Gilang lihat adalah Satya. Dia sedang berjalan menghampiri mereka dengan seorang wanita yang sedang melingkarkan tangannya padanya. Sepertinya, Satya telah melihat mereka duluan.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Satya terdengar terkejut.

Aria mengeluh. “Dia adalah suamiku.”

“Suami?” Satya tiba-tiba merasa takut karena dia tahu dia tidak ada bandingannya dengan Keluarga Kamala, tapi kalau Gilang sudah memiliki istri dari Keluarga Kamala, kenapa dia ingin bersama dengan Nora?

“Oh, apa kabar sepupuku tersayang dan suami tunawismanya?” tanya Ian tiba-tiba, menghampiri mereka.

Satya kebingungan, tapi Ian segera menjelaskannya, “Dia hanyalah menantu dari Keluarga Kamala, orang terendah di rumah kami, lebih rendah dari para pelayan!”

“Aku punya rumah!” kata Gilang, sudah mendidih.

Mendengar perkataan Ian, Satya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kalau begitu, aku akan memasukkan suamimu yang tidak berguna itu ke dalam penjara. Dia seharusnya diberi pelajaran.”

Aria melangkah maju. “Kamu tidak boleh berbicara padanya seperti itu. Dia datang ke sini sebagai tamu dan sama pentingnya sepertimu.”

Satya tertawa lebih keras. “Kamu seharusnya malu karena menikah dengannya. Dia bukan apa-apa melainkan pecundang, dan dia tidak sepenting diriku karena dia tidak memiliki apa-apa! Satu pun tidak ada yang dia miliki!” ujarnya dengan tampang sombong.

“Satya, apa yang sedang terjadi di sini?” Sebuah suara yang sangat rendah terdengar dan semua orang langsung menatapnya. Dia sedang mengenakan setelan jas Brioni Vanquish II yang bernilai seharga 645 juta rupiah.

Ternyata, dia kaya raya.

“Jangan mengindahkannya, Tuan Alfa,” ujar Satya dengan cepat. “Orang ini adalah seorang kriminal dan pecundang. Dia seharusnya diusir dari pesta ini,” katanya.

Aria menghela nafas dan mengalihkan pandangannya karena malu, sementara Ian tersenyum puas kepada Satya.

Alfa mengangguk padanya dan menatap Gilang, terutama setelan jas usangnya. “Aku tidak ingat pernah mengundangmu. Siapa kamu?”

Aria mencoba menjelaskan, “Tuan, dia adalah…suamiku, dia tidak bermaksud untuk membuat kekacauan di pestamu, aku akan membiarkannya pergi sekarang.”

Alfa menatap Aria. “Putri kecil dari Keluarga Kamala? Oke, biarkan saja dia pergi, aku tidak akan memberikan hukuman tambahan padanya.”

“Baiklah, aku akan pergi.” Gilang dengan enggan mengangkat tangannya.

Pada saat itu, Alfa tiba-tiba menyadari cincin pada tangan Gilang. Wajahnya tampak terkejut ketika dia melihat ukiran di cincin itu, walaupun dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

“Apa yang kalian tunggu? Bawa orang tidak berguna ini keluar aula sekarang!” teriak Satya ketika para pengawal Alfa tidak melakukan apa-apa.

Alfa mengangkat tangannya untuk menghentikan mereka dan menatap Gilang. “Bisakah aku berbicara denganmu sebentar?”

Gilang berhenti. “Apakah kamu sedang berbicara padaku?”

“Iya, jangan pergi, kemari,” ujar Alfa. Dia melambaikan tangannya dan para pengawalnya pun mengerubungi Gilang.

Aria ketakutan, Alfa adalah pria paling kaya dan berkuasa di kota itu. Bahkan, Keluarga Kamala tidak bisa tidak mematuhi perintahnya, apa lagi menyelamatkan seorang menantu darinya. Walaupun Aria membenci Gilang, dia tidak ingin dia dibunuh.

“Jangan khawatir, aku tidak akan melukainya.” Alfa melihat wajah khawatir Aria dan mencoba menenangkannya, hal yang jarang dia lakukan.

Gilang merasa langkahnya berat ketika mengikutinya dan dia tidak bisa berhenti merasa bahwa dia tidak cocok berada di tempat seperti ini. Dia memasuki sebuah ruangan dan pintu di belakangnya tertutup. Dia melihat ke belakang, rasa takut menggerogoti dirinya.

“Jangan takut,” ujar Alfa tiba-tiba. “Aku hanya perlu memeriksa sesuatu.”

Gilang menatapnya sambil mengangkat alisnya. “Apa itu?”

Alfa memandangi cincinnya. “Bolehkah aku melihatnya?”

Gilang menggertakkan giginya marah. “Aku tidak akan memberikan cincin ini padamu! Ini punyaku dan aku tidak peduli kalau sudah ketinggalan zaman, tapi ini milikku!”

“Apa?” Alis Alfa mengerut. “Tidak, maksudku aku tidak ingin merebutnya darimu. Aku hanya ingin memeriksa sesuatu, kumohon.”

Gilang ragu-ragu sesaat dan pelan-pelan melepaskan cincinnya.

Alfa mengambilnya dan memperhatikan ukirannya. Kata itu terlihat dengan sangat jelas. Ada tulisan ‘Garuda’ padanya. Jantung Alfa berhenti berdetak sesaat seraya dia menatap Gilang, badannya sedikit bergidik.

Pria tua itu sangat bersemangat, dia bergumam, “Garuda, Garuda…”

Gilang tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia tidak berani bergerak. Tiba-tiba, Alfa berlutut di hadapannya dan pria itu menangis.

“Akhirnya kami menemukanmu, Tuan!”

Bab terkait

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 5

    Ingatan MenyakitkanGilang menyipitkan matanya dan bertanya-tanya apakah dia mengenal orang itu, tapi wajahnya tidak familier sama sekali baginya.Matanya terbelalak ketika Alfa berlutut di hadapannya. “Salam, Garuda. Senang bertemu denganmu dan bahkan berbicara denganmu.” Dia tersenyum dan akhirnya berdiri lagi.Gilang masih curiga, tidak bisa memercayainya. Sudah aneh Alfa menyebutnya sebagai Tuan, ditambah seseorang sekaya dia mengenal orang sepertinya.Itu membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang dia lewatkan. Ada hal penting dari masa lalunya yang tampaknya terhubung oleh sesuatu yang sangat penting. Tidak ada yang bisa memberitahunya bagaimana kehidupan masa lalunya sebelum dia ditemukan oleh para pengasuh di panti asuhan. Dia juga tidak mengingat apa pun. Dia masih merasa ingatannya berkabut.“Ke mana saja kamu selama ini?” tanya Alfa sambil tersenyum.“Selama 10 tahun, kami telah mencarimu, akhirnya aku menemukan penerus Garuda! Siapa sangka aku akan menemukanmu, Nak?” Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 6

    Siapa Dia Sebenarnya?Itu adalah cek senilai 1,5 triliun rupiah!Gilang tidak pernah melihat uang sebanyak itu!“Sepertinya kamu harus menerimanya. Sampai kamu bisa kembali ke posisimu sebagai Garuda, mungkin kamu akan membutuhkannya.”Aria memandangi arah Gilang pergi dengan penuh kekhawatiran. Dia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di dalam dan kenapa Gilang lama sekali berada di dalam sana.Satya tiba-tiba tertawa. “Sepertinya bocah itu sedang diberi pelajaran.”Ian ikut tertawa. “Sayang sekali dia tidak bisa menikmati istrinya sebelum dia mati,” ejek Ian.Jantung Aria tersentak mendengar perkataan mereka. Itu adalah sesuatu yang bisa Alfa lakukan.“Ayolah! Tuan Alfa tidak menyukai orang miskin sepertinya. Dia tidak akan kembali hidup-hidup.” Satya tiba-tiba meraih segelas jus. Dia menyesapnya dan tertawa lagi. “Entah kenapa, cuacanya bagus sekali, ya.”“Ayolah!” Ian berpura-pura serius. “Ini cuaca yang buruk. Seekor anjing akan mati!”Mereka berdua tertawa terbahak-ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 7

    Terbuat dari BesiGilang tidak menjawabnya dan mengambil segelas anggur. Dia menyesapnya pelan-pelan dengan hati yang berat.Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk berbincang dengan mereka. Apa yang ada di benaknya hanyalah orang-orang yang telah meninggalkannya.“Sialan!” umpat Satya. “Dasar orang bodoh.”Gilang tiba-tiba berbalik menghadapnya, merasa kesal. Dia bisa saja mematahkan hidungnya lagi di saat itu.Aria menolak berbicara dengan Gilang sampai pesta selesai dan mereka sedang beranjak ke mobil.Aria menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Gilang. “Aku harap kamu tahu bahwa tidak mungkin aku mau pulang ke rumahmu. Aku tidak bisa tinggal di rumah seperti itu,” bentaknya.Gilang menatapnya selama beberapa saat. “Aku suamimu, kenapa tidak bisa?” godanya.Aria mendengus. “Sungguh? Apakah ini karena kakekku menyerahkan aku padamu di atas piring emas? Aku yakin kamu tahu nilaiku.”“Sedari awal, kenapa kamu bisa ada di kasurku?” tanyanya dengan marah.Gilang menghela

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 8

    KefrustrasianRestoran Weathervane merupakan restoran ternama dan Gilang tidak pernah menyangka akan memasuki tempat itu.Namun, sebelum makan malam itu, dia harus makan siang dulu.“Kiriman piza Anda!” teriak seseorang dari depan rumah Gilang.Gilang tersenyum dan meraih uang sebesar 1,5 juta. Dia membuka pintu dan menyerahkan uangnya.“Terima kasih atas pesanannya. Totalnya 225 ribu rupiah.”“Ambil saja kembaliannya!” jawabnya langsung dan mengambil pizanya. Dia menutup pintu sebelum pria itu bisa berkata apa-apa.Dia menatap piza itu dan mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir kali memesan piza karena dia sedang menabung untuk membeli hadiah untuk ulang tahun Nora.Gilang mengingat apa yang Alfa katakan padanya dan bertanya-tanya bagaimana caranya dia bersikap tidak menonjol setelah dia kehilangan pekerjaannya.Namun, setidaknya dia bisa membeli makanan enak sekarang, tidak seperti sebelumnya.Setelah selesai makan, Gilang memutuskan untuk beristirahat karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 9

    Tamparan Wajah?Gilang merasa jengkel, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun. Satya selalu memutarbalikkan perkataannya.Tiba-tiba, sebuah Bugatti Centodieci berhenti di parkiran. Gilang dan yang lainnya mengamatinya ketika Alfa turun dari mobil. Akan tetapi, dia ditemani oleh orang lain.Mata Gilang terbelalak. Dia sudah banyak mendengar tentang Gesang. Dia tidak menyangka orang yang dia akan temui adalah Gesang.Tidak, pertanyaan sebenarnya adalah kenapa Gesang ingin menemuinya? Apakah itu sebuah masalah?Gesang adalah pria tinggi dan kokoh seperti Gilang. Dia hanya sedikit lebih tinggi dengan wajah yang bisa dideskripsikan sebagai tampan.Dia mengenakan setelan Dormeuil Vanquish II seharga 1,429 miliar rupiah. Segalanya tentangnya memberikan kesan orang kaya. Gilang pernah mendengar tentangnya, tapi itu adalah kali pertamanya dia bertemu dengannya.“Apa yang terjadi di sini?” tanya Alfa ketika mereka sudah berada cukup dekat. Gesang masih terdiam di samping mobil

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 10

    Mengeklaim Posisi“Kamu tidak boleh berbicara seperti itu pada Garuda!” kata Alfa saat itu juga.Gilang tertawa dan menatap Gesang beberapa saat. “Aku suka keberanianmu. Tidak heran kamu adalah bosnya, tapi kamu juga harus menerima posisimu. Aku adalah Garuda dan aku datang ke sini untuk mengeklaim posisiku.”Gesang tertawa. “Sungguh? Kamu menghilang lama sekali!” bentaknya. “Kamu tidak bisa tiba-tiba kembali dan mencoba mengeklaim posisimu.”“Benar.” Gilang mengangguk singkat. “Aku tahu aku menghilang cukup lama, tapi aku sudah kembali dan aku akan melakukan sebisaku untuk membuktikan kepada semua orang betapa Garuda-nya aku.”Alfa tersenyum. “Itulah yang ingin kudengar.”Gesang mendengus tiba-tiba dan memaksakan pandangan Gilang padanya. Gilang memang tidak menyangka akan langsung diterima olehnya.Gesang dikenal akan sikap keras kepalanya. Selain itu, siapa juga yang akan membiarkan seorang bocah sepertinya mengaturnya?Namun, apa yang harus dia lakukan?“Tidak denganku!” G

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 11

    Masalah dengan MertuaDia tetap mendekat. “Aku naik taksi,” katanya.Alfa mengangguk mengerti. “Kita akan segera bertemu, ‘kan?”“Oh, iya,” Gilang tersenyum. “Aku kehilangan pekerjaanku dan butuh pekerjaan lain. Jadi, sepertinya perusahaanmu bisa menyembunyikan identitasku dengan baik.”“Bagus,” timpal Alfa. “Kamu bisa datang ke Korporasi P.K besok. Aku akan menemukan posisi yang cocok untukmu.”“Terima kasih, kalau begitu, aku pergi dulu,” ujarnya lagi.“Tunggu.” Dia membuka pintu mobil dan mengambil botol anggur. “Ini Diva Vodka dan harganya 15 miliar. Sebaiknya kamu memberikannya untuk mertuamu karena kamu akan bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya.”Gilang menerima botol anggur itu dan memegangnya seperti itu adalah telur. Lalu, dia menatap Alfa lagi. “Terima kasih banyak.”Alfa tersenyum lebar. “Sama-sama, Hercules.”Dia menaiki taksi dan pergi bahkan lebih dulu daripada Alfa. Dia tiba-tiba berkeringat dingin memikirkan mertuanya.Mobil itu berhenti di depan sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 12

    Mencari PekerjaanBen tertawa terbahak-bahak. “Dia sangat berani dan aku menyukainya!” pujinya.“Dia berpura-pura!” seru Emma. “Yah, kamu yang memintanya. Buktikan kepada kami bahwa kamu bukanlah orang miskin yang hanya mencari pelipur lara.”Gilang tersenyum lebar. Bagaimanapun, dia adalah Garuda.Gilang tersenyum, menunjukkan gigi putihnya yang rapi. Dia percaya diri karena dia sudah mendiskusikannya dengan Alfa.Dia yakin Alfa akan membiarkannya bekerja dengannya selama mungkin. Lagi pula, dia adalah bosnya.Dia berbalik lagi, meninggalkan orang tua Aria yang masih terduduk sebelum berjalan memasuki rumah lebih dalam.Dia tahu dia tidak bisa kembali ke rumahnya dan harus menginap di rumah Aria. Lalu, dia tidak tahu di mana kamar Aria, dia hanya mengikuti instingnya, ditambah dia telah menguping perbincangan para pelayan sebelum masuk ke dalam ruang tengah.Dia berhenti di depan sebuah pintu dan mengetuknya. Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka.Ketika Gilang mau masuk k

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18

Bab terbaru

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 50

    SekstiliunCakra menutup telepon sebelum Gilang sempat mengatakan apa pun.Gilang menatap Cakra. "Dia harus membatalkan kesepakatan itu!""Apa? Kenapa?" Cakra kebingungan.Gilang menghela nafas sambil mengusap keningnya pelan. "Sudahlah, aku akan melakukannya sendiri. Apa lagi yang perlu kamu serahkan padaku? Aku harus pulang."Ratih melirik jam tangannya. "Aku harus berangkat sekarang. Penerbanganku satu jam lagi."Gilang mengangguk. “Kalau begitu, kita akan bicara di telepon.”Ratih mengangguk dan menghampiri Alfa.Cakra menoleh ke arah Gilang. “Aku akan mengantarmu ke kota. Bagaimana kalau kita berangkat bersama agar aku bisa bercerita lebih banyak padamu dalam perjalanan?” sarannya.Gilang mengangguk. "Ide bagus."Cakra menaiki tangga untuk mengambil beberapa berkas. Dia ragu-ragu di depan pintu dan mencoba memikirkan apakah dia melewatkan sesuatu. Ketika dia yakin dia sudah membawa semuanya, dia berjalan ke bawah lagi.Gilang mengambil kotak berisi harta milik ayahnya d

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 49

    Kebenaran“Kamu pikir kamu siapa? Kamu tidak bisa tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai Garuda! Ke mana saja kamu selama ini?” teriak Cakra.Gilang menatapnya selama beberapa saat, dia tidak tahu apakah dia marah karena Gilang akan mengambil kembali propertinya ataukah dia hanya khawatir.“Hei, Cakra. Tenanglah! Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan semua ini!” kata Ratih.“Serius?” Cakra menyeringai. “Suruh dia untuk memberitahuku waktu yang tepat, karena aku tidak akan membiarkannya!”Ratih menghela nafas, sudah merasa lelah. Dia memutuskan untuk memanggil Alfa. Mungkin dia bisa menghentikan perkelahian antara Gilang dan Cakra. “Di mana Alfa? Apakah dia ada di dalam?”Cakra menatap Aria dan mengangguk pelan. “Dokumen dan hal-hal lainnya miliknya ada di dalam. Aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi di sini dan aku akan pergi!” bentaknya.Ratih bergegas masuk ke dalam, meninggalkan kedua orang itu bertatap-tatapan dengan tajam.“Tidak ada yang bisa kamu katakan? Kamu kehabisan

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 48

    TanahGilang menghela nafas seraya memasuki ruang kerjanya.Aria menolak mendengarkannya dan dia bahkan tidak tahu bagaimana keputusannya nanti.Jika saja dia tahu bahwa dia adalah Garuda dan dia akan membantunya.Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu, menyadarkan Gilang dari lamunannya.Dia menengadahkan kepalanya. “Ya, masuklah.”Pintu itu terbuka dan Maria melangkah masuk. “Ini, Tuan.” Dia meletakkan dokumen besar di mejanya. “Aku telah membuat perkiraan jumlah yang kami perlukan dan aku tidak bisa menguranginya lagi,” katanya.Gilang mengambil dokumen itu dan memeriksanya. “Baiklah. Totalnya 90 miliar rupiah?”“Benar, Tuan, tapi menurutku kita tetap harus memilih untuk melakukan pinjaman.” Dia terlihat gelisah. “Tidak mungkin kita bisa membiayai itu. Kami pun tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Pekerjaan ini akan membantu perusahaan ini secara keuangan. Kita bisa mendapatkan pinjaman dan membayarnya kembali setelah kita mendapatkan pembayaran dari perusahaannya,” saran

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 47

    TugasTidak ada siapa pun di ruang tengah ketika Gilang melangkah masuk.Dia membuka pintu kamar pelan-pelan supaya dia tidak membangunkan Aria. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia sudah terbangun ketika Gilang membuka pintunya.Gilang terbangun lebih awal daripada Aria. Dia tidak ingin Aria membuang-buang waktunya pagi hari itu. Bahkan, dia tiba di meja makan lebih dulu darinya.Walaupun begitu, Aria datang beberapa menit kemudian.“Ayah, bagaimana kabar perusahaan akhir-akhir ini?” Emma memulai perbincangan.Gilang menghela nafas. Keluarga itu terbiasa berbicara saat sedang sarapan. Mungkin karena mereka biasanya tidak memiliki waktu untuk makan malam bersama atau mungkin Kamala hanya tidak ingin berbincang di malam hari.“Baik. Memangnya bagaimana lagi? Ian menjalankannya dengan sempurna,” jawab Kamala dengan nada yang kasar. Itu menunjukkan bahwa dia masih marah pada Aria.Emma menghela nafas. “Jika saja Ayah bisa mempertimbangkannya kembali. Aria menjalankannya dengan lebi

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 46

    BersemangatGilang begitu terkejut sampai dia melepaskan cengkeramannya pada Liam.“Apa-apaan?” umpat Liam dan dia berlari menjauh. Tangannya masih kesakitan dan dia takut akan apa yang Gilang akan lakukan padanya jika dia tidak pergi dengan cepat.Gilang merasakan kepalanya melayang. Dia tidak menyangka ciuman dari Cantika akan membuatnya seperti itu. Yah, dia tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri. Kapan terakhir kali dia berciuman? Kapan terakhir kali dia menyentuh seorang wanita? Dia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menghindari terlibat dengan wanita setelah dia menjadi seorang menantu.Walaupun itu hanya perkataan dan istrinya tidak mengabdi padanya, dia masih merasa harus mematuhi peraturan itu.Gilang bergidik pelan dan ingin terus menikmatinya, hanya jika itu mungkin. Tangannya terangkat dan menyentuh Cantika, menyalakan api pada dirinya yang membuatnya bergidik pelan. Namun, Gilang tidak mengetahui ini.Dia bertengkar dengan pikirannya sendiri tentang apa yang akan d

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 45

    Ciuman Tak Terduga“Maafkan aku, Gilang. Aku benar-benar meminta maaf. Semuanya salahku,” ujar Axel dengan perasaan menyesal yang mendalam.Gilang membalikkan badannya seraya menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes. Dia tidak mengetahui banyak hal dulu. Dia tidak tahu alasan mengapa ayahnya sangat keras padanya adalah karena kelompok mafia yang dia pimpin. Namun, Gilang tidak pernah membenci ayahnya dan itu melukainya ketika dia menyadari bahwa dia telah tiada selamanya.“Aku sudah mencarimu ke mana-mana, Gilang. Aku benar-benar telah terlibat banyak masalah hanya untuk menemukanmu. Kukira kamu meninggal ketika mobil itu meledak,” jelasnya.Gilang menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya. Lalu, dia pelan-pelan berbalik untuk menghadap Axel. “Bangunlah,” katanya.Axel menatap Gilang. “Aku tidak bisa menebus dosa besarku,” ujarnya dengan getir.Gilang menghela nafas dan menghampirinya untuk menariknya bangun. “Jangan berlutut padaku. Kamu dulu adalah pamanku, dan yah, sekar

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 44

    Pertemuan dengan Tetua Terakhir“Tuan, pria ini adalah Gilang dan orang paling tidak berguna di dunia. Dia dulu bekerja sebagai kurir dan dia sekarang tidak ada harganya,” jelas Satya.Axel menggeram, tidak menyukai penjelasannya. Dia masih menatap Gilang dengan tatapan penasaran yang tidak familier bagi Gilang.“Apakah kamu bilang namamu Gilang Farraz?” ulangnya.Gilang mengangguk singkat. “Aku seharusnya bertemu dengan seseorang di sini dan dia sedang dalam perjalanan.” Dia berusaha sebisa mungkin untuk bersikap sopan.“Tuan Axel,” potong Satya sebelum Axel bisa mengatakan sesuatu. “Tidak seharusnya Tuan berbicara dengan orang seperti ini. Tuan hanya akan membuang-buang waktu. Para satpam bisa menjelaskannya untukmu.”Axel menoleh pada Satya. “Maaf, kamu siapa?” Dia menaikkan salah satu alisnya.Satya tersenyum. “Aku Satya. Aku baru saja membeli semua kursi di bioskop ini dan…”“Kamu tidak bisa melakukannya. Orang lain telah memesannya,” potong Axel dengan cepat.Wajah Satya

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 43

    Pertemuan dengan PasanganGilang telah membaca laporan dan dokumen selama berjam-jam. Dia menyadari bahwa angka-angkanya kacau sekali.Rekening milik perusahaan kosong dan hanya sedikit stok CCTV yang tersisa. Bahannya juga sangat sedikit. Hanya tersisa beberapa minggu lagi sebelum SU World akan hancur.Gilang menelepon ruang akuntan. “Halo, temui aku di ruanganku sekarang juga,” perintahnya lalu langsung mematikan telepon tanpa menunggu jawaban.Sebuah ketukan pelan terdengar dari pintu.Gilang menegakkan badannya. “Ya, masuklah.”Maria masuk ke dalam. “Hai, Bos. Ini sudah waktunya pulang. Aku akan segera pulang, tapi aku memutuskan untuk menemuimu dulu. Apakah sudah selesai?”Sebelum Gilang bisa mengatakan apa-apa, sebuah ketukan lainnya terdengar dari pintu. John melangkah masuk, mengenakan setelan jas. Dia hampir terlihat seperti Gilang kecuali dia memiliki janggut tipis dan Gilang lebih tinggi darinya.“Kamu ingin bertemu denganku?”Gilang mengangguk dan memilih sebuah do

  • Penyamaran Bos Miliarder   Bab 42

    Manajer BaruGilang tidak bisa berhenti tertawa. Dia tahu ada sesuatu yang aneh sejak dia melangkah masuk ke lobi. Dia mengambil air dari wanita itu dan meminumnya.“Aku akan pergi dulu karena ada tempat yang harus aku datangi, tapi…” Gilang berbalik dan mendapati bahwa Marvin sudah berdiri dibantu yang lainnya.“Siapa kamu sebenarnya?” Ada ekspresi terkejut di wajahnya seraya dia menatap Gilang penasaran.Gilang tersenyum licik. “Mimpi terburukmu. Omong-omong, kalian semua yang akan membersihkan seluruh tempat ini. Aku harus pergi ke ruangan Kepala Sekretaris,” jelasnya.Orang-orang itu mengerang tidak rela.Gilang menatap mereka. “Kalian tidak mau membersihkannya?”“Kami akan membersihkannya,” jawab Marvin dengan cepat. “Apakah ada lagi yang kamu mau?”“Semua yang terjadi di ruangan itu tidak boleh sampai keluar dari ruangan ini. Kalian tidak boleh memberi tahu siapa-siapa. Bilang saja pada mereka bahwa kalian telah menanganiku.” Dia tersenyum lebar. “Seperti yang kalian laku

DMCA.com Protection Status