Share

Bab 11

Masalah dengan Mertua

Dia tetap mendekat. “Aku naik taksi,” katanya.

Alfa mengangguk mengerti. “Kita akan segera bertemu, ‘kan?”

“Oh, iya,” Gilang tersenyum. “Aku kehilangan pekerjaanku dan butuh pekerjaan lain. Jadi, sepertinya perusahaanmu bisa menyembunyikan identitasku dengan baik.”

“Bagus,” timpal Alfa. “Kamu bisa datang ke Korporasi P.K besok. Aku akan menemukan posisi yang cocok untukmu.”

“Terima kasih, kalau begitu, aku pergi dulu,” ujarnya lagi.

“Tunggu.” Dia membuka pintu mobil dan mengambil botol anggur. “Ini Diva Vodka dan harganya 15 miliar. Sebaiknya kamu memberikannya untuk mertuamu karena kamu akan bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya.”

Gilang menerima botol anggur itu dan memegangnya seperti itu adalah telur. Lalu, dia menatap Alfa lagi. “Terima kasih banyak.”

Alfa tersenyum lebar. “Sama-sama, Hercules.”

Dia menaiki taksi dan pergi bahkan lebih dulu daripada Alfa. Dia tiba-tiba berkeringat dingin memikirkan mertuanya.

Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah besar dan jantung Gilang berhenti sesaat. Dia akhirnya mengumpulkan keberanian untuk memasuki rumah itu setelah beberapa menit melakukan latihan pernafasan.

Sebuah pasangan duduk bersama di sofa dan Gilang tidak membutuhkan orang lain untuk memberitahunya bahwa mereka adalah orang tua Aria.

Sebenarnya, ada kemiripan yang terlihat jelas antara ketiga orang itu. Jika Gilang pernah bertemu dengan mereka sebelumnya, dia pasti akan dengan cepat mengaitkan mereka dengan Aria.

Mereka menatapnya ketika dia berjalan masuk. Gilang tersenyum sebaik mungkin seraya terus berjalan mendekat.

“Selamat malam, para mertuaku yang terhormat,” katanya dengan sopan. “Aku membawakan anggur ini untukmu!” Dia menyodorkan vodkanya.

Ben menatap Gilang sesaat sebelum mengambil anggur itu darinya.

“Oh, serius?” desis Emma dan dia mengalihkan pandangannya.

Ben memperhatikan anggur itu. “Astaga, ini adalah anggur yang sangat mahal dan enak.” Dia tersenyum.

“Ha! Anggur mahal macam apa yang bisa dibeli oleh orang miskin ini! Kalau tidak palsu, pasti itu hasil curian,” teriak Emma.

Gilang tidak tahu bagaimana menjelaskannya bahwa itu adalah hadiah dari Alfa, pria terkaya di kota itu. Tidak akan ada yang memercayainya.

“Aku tidak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi di sini. Apakah dia ingin menyogok kita setelah meniduri anakku? Sekarang, dia juga seorang pencuri?” seru Emma.

Gilang menghela nafas. “Mohon maaf, Nyonya, tapi saya tidak menidurinya dan tidak mencuri apa-apa.”

“Oh, iya!” bentaknya. “Kamu sengaja tidur dengannya supaya dia bisa mengeluarkanmu dari kehidupanmu yang miskin, ‘kan? Kamu pikir kamu cocok dengan gadis seksi dan cantik seperti Aria?”

Gilang merasa jengkel mendengar perkataannya. Dia bertanya-tanya kenapa tidak ada yang memikirkan itu dari sisi pandangnya. Dia tidur dengan Aria, oke! Namun, dia bahkan tidak bisa mengingat kenapa hal itu bisa terjadi. Apakah dia akan melakukan hal seperti itu jika dia tahu?

Namun, dia tidak ingin mengatakan apa-apa. Hal terakhir yang akan dia lakukan adalah membuat mertuanya marah.

“Oh, kamu tidak bisa berbicara? Kehabisan kata-kata?” lanjut Emma, berteriak-teriak seperti ingin membangunkan seluruh rumah.

Gilang tetap terdiam dan menatap lantai marmer. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Wanita ini terlihat seperti tidak akan memercayai penjelasan apa pun yang dia katakan.

“Dasar berengsek! Dasar miskin!” serunya, amarah terpampang jelas di bola matanya.

Ben menatap Gilang lagi, heran karena dia bisa tetap tenang ketika Emma sedang mencacimakinya. Jadi, dia menepuk Emma pelan. “Sepertinya kamu harus berhenti. Tidak apa-apa.”

Emma berhenti berbicara dan mengalihkan pandangannya, tapi dia terlihat masih sangat jengkel. Jika diperbolehkan, dia mungkin akan mencaci maki Gilang sampai besok pagi.

Ben menatap Gilang. “Duduklah, Nak,” tawarnya dan Gilang menurut dengan hati yang bersyukur. Emma masih sangat marah di samping Ben.

“Jadi, kami mengetahui apa yang telah terjadi, tapi Aria masih tidak bisa memberi tahu sepenuhnya apa yang benar-benar terjadi. Aku rasa itu adalah kesalahpahaman, walaupun kita tidak bisa membatalkan pernikahanmu dengan Aria.

Gilang mengangguk. Menikah dengan Aria merupakan hal yang bagus bagi Gilang. Jika bukan karena Aria, dia tidak akan bisa bertemu Alfa. Selain itu, membuktikan kepada keluarga Aria bahwa dia tidak tidak berguna adalah caranya membuktikan semua orang bahwa dia berguna. Jika dia kabur sekarang, dia akan selamanya dicemooh oleh keluarga Ganendra.

“Jadi, apa pekerjaanmu? Kamu bekerja di mana?” tanya Ben dengan lembut.

Gilang menatapnya. “Sebenarnya, aku baru saja dipecat hari ini.” Dia memaksakan diri mengatakannya walaupun rasanya sulit sekali. Lagi pula, suasananya sudah canggung.

Ben mengangguk singkat. “Kamu harus segera mencari pekerjaan yang baik atau kamu tidak akan pantas menikahi anakku,” ujarnya.

Gilang menganggukkan kepalanya. “Baiklah,” katanya sambil tersenyum.

Ben juga mengangguk. “Kalau begitu, kamu boleh pergi.”

Gilang berdiri dan sedikit membungkuk sebelum membalikkan badan untuk beranjak pergi.

“Lihatlah orang tidak tahu malu itu!” seru Emma tiba-tiba seolah dia telah bersiap-siap untuk melancarkan serangan. “Lihat betapa percaya dirinya dia. Bagaimana bisa orang miskin sepertinya bersikap begitu? Kenapa kamu membiarkannya, Ben? Memangnya dia bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus?” tanyanya keheranan. Suaranya membuat langkah Gilang terhenti.

Dia berbalik untuk menghadapnya. “Saya percaya diri,” ujarnya dengan senyuman dan keberanian yang membuat Ben kagum.

“Bisakah Anda memberikan saya kesempatan untuk membuktikan bahwa saya pantas menikahi Aria jika saya mendapatkan pekerjaan yang bagus?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status