Share

Bab 10

Mengeklaim Posisi

“Kamu tidak boleh berbicara seperti itu pada Garuda!” kata Alfa saat itu juga.

Gilang tertawa dan menatap Gesang beberapa saat. “Aku suka keberanianmu. Tidak heran kamu adalah bosnya, tapi kamu juga harus menerima posisimu. Aku adalah Garuda dan aku datang ke sini untuk mengeklaim posisiku.”

Gesang tertawa. “Sungguh? Kamu menghilang lama sekali!” bentaknya. “Kamu tidak bisa tiba-tiba kembali dan mencoba mengeklaim posisimu.”

“Benar.” Gilang mengangguk singkat. “Aku tahu aku menghilang cukup lama, tapi aku sudah kembali dan aku akan melakukan sebisaku untuk membuktikan kepada semua orang betapa Garuda-nya aku.”

Alfa tersenyum. “Itulah yang ingin kudengar.”

Gesang mendengus tiba-tiba dan memaksakan pandangan Gilang padanya. Gilang memang tidak menyangka akan langsung diterima olehnya.

Gesang dikenal akan sikap keras kepalanya. Selain itu, siapa juga yang akan membiarkan seorang bocah sepertinya mengaturnya?

Namun, apa yang harus dia lakukan?

“Tidak denganku!” Gesang terkekeh. “Aku belum menerimamu sebagai bosku dan aku akan menantangmu!”

Alfa berbalik ke arah Gesang. “Hentikan, Gesang!” bentaknya.

“Ayo bertarung denganku. Jika kamu kalah, kamu akan melupakan menjadi Garuda dan menerima beberapa uang untuk hidup di tempat yang lain.”

“Apa-apaan ini! Ini tidak boleh begini!” teriak Alfa pada Gesang.

Gilang menatapnya beberapa saat dan mengambil botol anggur di depannya. Dia tidak menggunakan gelasnya dan langsung meneguknya dari botolnya. Ketika melakukannya, beberapa dari alkohol itu menetes ke seluruh badannya, tapi dia tidak peduli.

Dia memukul meja dengan botol itu dengan keras dan menatap Gesang. “Aku terima tantangannya.”

“Apa?” Alfa berbalik ke arah Gilang. “Jangan melakukan ini,” katanya.

“Tidak, Alfa,” kata Gilang. “Aku rasa memang inilah yang harus kita lakukan.”

Alfa menghela nafas kekalahan ketika dia menyadari bahwa kedua orang itu sudah bertekad untuk bertarung dengan satu sama lain.

Dalam satu jam, Gesang telah menemukan klub tinju yang sempurna. Sebenarnya, itu adalah tempat yang sering Gesang kunjungi.

Dia memastikan bahwa tidak ada orang lain yang menyaksikan pertarungan itu, kecuali Alfa yang akan menjadi saksi hidup.

Gesang melepaskan jam tangannya dan memberikannya kepada salah satu pekerja yang langsung keluar dari sana. “Mungkin kamu harus mempertimbangkannya karena aku tidak akan bermain-main denganmu,” ancamnya.

Gilang tersenyum. “Aku baru mau mengatakan itu padamu.”

Gesang mendengus dan menatap Alfa. “Kamu mau bertaruh pada siapa? Aku atau Gilang?”

Alfa menatap Gesang sesaat. “Tentu saja Garuda. Dia memiliki kemampuan tersembunyi yang akan membuatmu terkejut.”

Gesang tertawa. “Kamu akan menyesalinya!” janjinya dan dia memasuki ring tinju.

Gilang mengangguk singkat dan menarik tali-tali untuk memasuki ring tinju. Dia mengamati Gesang selama beberapa saat dan menilainya dengan cepat.

Caranya melemparkan pukulan menunjukkan bahwa dia memang cepat, tapi Gilang telah dilatih untuk menjadi lebih cepat dari seekor singa. Dia tahu berapa lama dia melatihnya untuk menjadi yang terbaik, walaupun di saat itu dia tidak tahu pastinya mengapa ayahnya melatihnya.

Gilang mendekat dua langkah dan mengamati pergerakan lainnya. Dia mengambil sikap kuda-kudanya dengan jarak sekitar 30cm di antara kedua kakinya, sementara matanya mengikuti pergerakan Gesang.

Gesang meninju udara lagi lalu berbalik ke arah Gilang dengan cepat yang tidak menyadarinya, tapi dia mengetahui semua pergerakannya sebelum dia memulainya.

Gilang menghindar dengan cepat, hanya menyisakan jarak setipis rambut dari pukulannya.

Gesang melemparkan pukulan lainnya ke perutnya, tapi Gilang membuat tikungan cepat dan meninju Gesang di pundaknya.

Gesang terhuyung ke belakang, tapi dia langsung memperbaiki kuda-kudanya dan melaju ke arah Gilang lagi.

“Menyerahlah, Gesang!” teriak Alfa bahagia.

Di saat itulah Gilang memutuskan untuk menghentikan pertarungan itu.

Gesang melancarkan serangan dari bawah pada Gilang, tapi dia menghindarinya dan berputar searah jarum jam menuju punggung Gesang. Dia memukul leher Gesang pelan. Dia pun merosot ke bawah dan mulai megap-megap mencari nafas.

“Apa yang telah kamu lakukan padanya?” tanya Alfa yang mendekat penasaran.

Gilang tersenyum padanya, kemudian memukul leher Gesang lagi. Gesang terbatuk dan akhirnya kembali bernafas.

Alfa tertawa. “Bagaimanapun juga dia adalah Garuda kita!”

“Sial!” seru Gesang. “Apa yang kamu lakukan padaku?”

Gilang menjulurkan tangannya pada Gesang dan dia menerimanya, lalu membantunya berdiri. “Rahasia.” Dia tertawa.

Gesang tertawa. “Kita harus minum-minum bersama dan mengobrol.”

Alfa tertawa. “Sudah kubilang dia adalah Garuda.”

Gesang berbalik padanya. “Aku juga mengakuinya. Dia benar-benar cocok menjadi bos kita.”

Gilang tersenyum, kagum pada perubahan mendadak dari Gesang. Dia ingin berbicara, tapi ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengangkatnya dan ternyata telepon itu dari Aria.

Dia menatap dua orang itu sebelum dia mengangkatnya. “Iya, halo.”

“Orang tuaku sudah kembali dan mereka sudah tahu apa yang terjadi. Mereka ingin bertemu denganmu. Kamu harus datang ke rumah keluarga kakekku sekarang.” Suara Aria sedingin es.

Mata Gilang terbelalak. “Apa? Sekarang?”

“Sekarang, Gilang! Kamu sudah menghancurkan hidupku, ingat?” Kemudian, telepon itu putus.

“Ada masalah?” tanya Gesang seraya keluar dari ring.

“Iya, masalah baru.”

Gesang menaikkan alisnya curiga. “Masalah? Siapa yang berani mengganggu Garuda?”

Alfa tertawa. “Kamu terlalu tergesa-gesa. Kamu lupa Garuda sedang menyamar?”

Gesang menatapnya. “Sekarang karena Garuda sudah kembali, aku akan segera melepas kendali.”

“Iya,” Gilang masuk. “Namun, aku ingin identitasku bersih sampai sudah aman. Akan tetapi, aku butuh seseorang untuk memberi tahuku hal-hal terkini.”

“Cakra adalah orang terbaik untuk melakukannya, tapi dia sedang di luar kota,” komplain Alfa.

Gesang berbalik untuk mengambil kausnya. “Panggil dia dan beri tahu kalau Garuda ingin bertemu dengannya.”

“Jangan,” kata Gilang langsung. Dia tidak ingin mereka mengetahui siapa yang sebenarnya membunuh ayahnya. Dia sedang berhati-hati. “Kita tidak ingin memicu kecurigaan dari lawan. Kita akan menunggunya untuk kembali,” putus Gilang seraya keluar dari ring. “Ini bukanlah masalah yang bisa kamu atasi. Mertuaku telah kembali.”

Gesang tertawa dan berbalik untuk menghadap Gilang. “Aku ingin bertemu denganmu lain kali.”

Gilang menatap Alfa dan menyadari bahwa dia sudah berjalan keluar dari klub tinju itu. “Lewat Alfa. Aku akan bekerja di perusahaannya sebagai penyamaran. Akan mudah bagi kami untuk bertemu tanpa dicurigai apa-apa.”

Gesang mengangguk. “Kalau begitu, sampai jumpa,” katanya dan membalikkan badannya. “Aku penasaran orang tidak beruntung macam apa yang menikah dengan Garuda,” ejeknya dan akhirnya beranjak pergi dari tempat itu.

Gilang menghela nafas dan menatap ponselnya. Dia cemas akan pertemuannya dengan para mertuanya nanti.

Ketika dia beranjak pergi, dia melihat Alfa sudah menunggunya di samping mobilnya, walaupun dia tahu dia tidak akan menaiki mobilnya.

Jantungnya berdegup mengantisipasi pertemuannya dengan para mertuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status