Terbuat dari BesiGilang tidak menjawabnya dan mengambil segelas anggur. Dia menyesapnya pelan-pelan dengan hati yang berat.Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk berbincang dengan mereka. Apa yang ada di benaknya hanyalah orang-orang yang telah meninggalkannya.“Sialan!” umpat Satya. “Dasar orang bodoh.”Gilang tiba-tiba berbalik menghadapnya, merasa kesal. Dia bisa saja mematahkan hidungnya lagi di saat itu.Aria menolak berbicara dengan Gilang sampai pesta selesai dan mereka sedang beranjak ke mobil.Aria menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Gilang. “Aku harap kamu tahu bahwa tidak mungkin aku mau pulang ke rumahmu. Aku tidak bisa tinggal di rumah seperti itu,” bentaknya.Gilang menatapnya selama beberapa saat. “Aku suamimu, kenapa tidak bisa?” godanya.Aria mendengus. “Sungguh? Apakah ini karena kakekku menyerahkan aku padamu di atas piring emas? Aku yakin kamu tahu nilaiku.”“Sedari awal, kenapa kamu bisa ada di kasurku?” tanyanya dengan marah.Gilang menghela
KefrustrasianRestoran Weathervane merupakan restoran ternama dan Gilang tidak pernah menyangka akan memasuki tempat itu.Namun, sebelum makan malam itu, dia harus makan siang dulu.“Kiriman piza Anda!” teriak seseorang dari depan rumah Gilang.Gilang tersenyum dan meraih uang sebesar 1,5 juta. Dia membuka pintu dan menyerahkan uangnya.“Terima kasih atas pesanannya. Totalnya 225 ribu rupiah.”“Ambil saja kembaliannya!” jawabnya langsung dan mengambil pizanya. Dia menutup pintu sebelum pria itu bisa berkata apa-apa.Dia menatap piza itu dan mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir kali memesan piza karena dia sedang menabung untuk membeli hadiah untuk ulang tahun Nora.Gilang mengingat apa yang Alfa katakan padanya dan bertanya-tanya bagaimana caranya dia bersikap tidak menonjol setelah dia kehilangan pekerjaannya.Namun, setidaknya dia bisa membeli makanan enak sekarang, tidak seperti sebelumnya.Setelah selesai makan, Gilang memutuskan untuk beristirahat karena
Tamparan Wajah?Gilang merasa jengkel, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun. Satya selalu memutarbalikkan perkataannya.Tiba-tiba, sebuah Bugatti Centodieci berhenti di parkiran. Gilang dan yang lainnya mengamatinya ketika Alfa turun dari mobil. Akan tetapi, dia ditemani oleh orang lain.Mata Gilang terbelalak. Dia sudah banyak mendengar tentang Gesang. Dia tidak menyangka orang yang dia akan temui adalah Gesang.Tidak, pertanyaan sebenarnya adalah kenapa Gesang ingin menemuinya? Apakah itu sebuah masalah?Gesang adalah pria tinggi dan kokoh seperti Gilang. Dia hanya sedikit lebih tinggi dengan wajah yang bisa dideskripsikan sebagai tampan.Dia mengenakan setelan Dormeuil Vanquish II seharga 1,429 miliar rupiah. Segalanya tentangnya memberikan kesan orang kaya. Gilang pernah mendengar tentangnya, tapi itu adalah kali pertamanya dia bertemu dengannya.“Apa yang terjadi di sini?” tanya Alfa ketika mereka sudah berada cukup dekat. Gesang masih terdiam di samping mobil
Mengeklaim Posisi“Kamu tidak boleh berbicara seperti itu pada Garuda!” kata Alfa saat itu juga.Gilang tertawa dan menatap Gesang beberapa saat. “Aku suka keberanianmu. Tidak heran kamu adalah bosnya, tapi kamu juga harus menerima posisimu. Aku adalah Garuda dan aku datang ke sini untuk mengeklaim posisiku.”Gesang tertawa. “Sungguh? Kamu menghilang lama sekali!” bentaknya. “Kamu tidak bisa tiba-tiba kembali dan mencoba mengeklaim posisimu.”“Benar.” Gilang mengangguk singkat. “Aku tahu aku menghilang cukup lama, tapi aku sudah kembali dan aku akan melakukan sebisaku untuk membuktikan kepada semua orang betapa Garuda-nya aku.”Alfa tersenyum. “Itulah yang ingin kudengar.”Gesang mendengus tiba-tiba dan memaksakan pandangan Gilang padanya. Gilang memang tidak menyangka akan langsung diterima olehnya.Gesang dikenal akan sikap keras kepalanya. Selain itu, siapa juga yang akan membiarkan seorang bocah sepertinya mengaturnya?Namun, apa yang harus dia lakukan?“Tidak denganku!” G
Masalah dengan MertuaDia tetap mendekat. “Aku naik taksi,” katanya.Alfa mengangguk mengerti. “Kita akan segera bertemu, ‘kan?”“Oh, iya,” Gilang tersenyum. “Aku kehilangan pekerjaanku dan butuh pekerjaan lain. Jadi, sepertinya perusahaanmu bisa menyembunyikan identitasku dengan baik.”“Bagus,” timpal Alfa. “Kamu bisa datang ke Korporasi P.K besok. Aku akan menemukan posisi yang cocok untukmu.”“Terima kasih, kalau begitu, aku pergi dulu,” ujarnya lagi.“Tunggu.” Dia membuka pintu mobil dan mengambil botol anggur. “Ini Diva Vodka dan harganya 15 miliar. Sebaiknya kamu memberikannya untuk mertuamu karena kamu akan bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya.”Gilang menerima botol anggur itu dan memegangnya seperti itu adalah telur. Lalu, dia menatap Alfa lagi. “Terima kasih banyak.”Alfa tersenyum lebar. “Sama-sama, Hercules.”Dia menaiki taksi dan pergi bahkan lebih dulu daripada Alfa. Dia tiba-tiba berkeringat dingin memikirkan mertuanya.Mobil itu berhenti di depan sebuah
Mencari PekerjaanBen tertawa terbahak-bahak. “Dia sangat berani dan aku menyukainya!” pujinya.“Dia berpura-pura!” seru Emma. “Yah, kamu yang memintanya. Buktikan kepada kami bahwa kamu bukanlah orang miskin yang hanya mencari pelipur lara.”Gilang tersenyum lebar. Bagaimanapun, dia adalah Garuda.Gilang tersenyum, menunjukkan gigi putihnya yang rapi. Dia percaya diri karena dia sudah mendiskusikannya dengan Alfa.Dia yakin Alfa akan membiarkannya bekerja dengannya selama mungkin. Lagi pula, dia adalah bosnya.Dia berbalik lagi, meninggalkan orang tua Aria yang masih terduduk sebelum berjalan memasuki rumah lebih dalam.Dia tahu dia tidak bisa kembali ke rumahnya dan harus menginap di rumah Aria. Lalu, dia tidak tahu di mana kamar Aria, dia hanya mengikuti instingnya, ditambah dia telah menguping perbincangan para pelayan sebelum masuk ke dalam ruang tengah.Dia berhenti di depan sebuah pintu dan mengetuknya. Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka.Ketika Gilang mau masuk k
Cek PalsuGilang membaca daftar itu dengan lebih tajam, tapi dia tidak bisa menghindari tatapan kotor dari sekretaris itu seolah dia adalah seekor serangga.Dia mengabaikannya. Lagi pula, dia seharusnya sedang menyamar. Dia menatap daftar itu lekat-lekat dan menyadari bahwa sebagian dibintangi.Dia menatap sekretaris itu dan dia malah membalikkan badannya dengan cepat untuk menghindari tatapannya.“Yang dibintangi ini…” ujarnya, malas menjelaskan lebih lanjut.“Bintang-bintang itu menandakan bahwa tidak ada posisi yang kosong.” Dia membalikkan badannya lagi dan tersenyum palsu. “Apakah Anda mau kopi atau teh?”Gilang balik mengabaikannya dan badannya menjadi kaku. Tampaknya dia jengkel.“Aku akan menjadi manajer,” katanya akhirnya dan meletakkan dokumen itu di meja dan menatap sekretaris itu.“Namun,” ujarnya sambil mengerutkan dahinya. “Itu sudah dibintangi.”“Iya, aku lihat. Jadi, aku memintamu,” katanya dengan lembut.“Lalu, kenapa mengambil posisi yang sudah penuh? Apakah
Pengikut Setia GarudaBola mata Gilang hampir copot dari tempatnya. “Apa yang baru saja kamu lakukan?” teriaknya padanya.Dia tidak percaya bahwa cek itu palsu, dia memercayai Alfa.Namun, kenapa ceknya tidak valid? Mungkinkah Alfa memberikannya sebuah cek palsu? Apakah dia seharusnya meragukannya?Yah, teman ayahnya telah mengkhianati ayahnya. Apa lagi yang perlu dipertanyakan? Namun, ketakutan itu lebih besar daripada mencari kebenarannya.Pandu mendengus dan berbalik ke arah Jessica. “Panggil satpam sekarang dan bawa orang ini keluar dari tempat ini!”“Menggunakan cek palsu, aku akan menelepon polisi dan menuduhmu atas penipuan!” Pandu tertawa.Pintu di belakang mereka terbuka dengan cepat dan Gilang membungkuk untuk mengambil potongan ceknya.Tangannya gemetaran dan dia mengepalkan tangannya penuh amarah.Para satpam mulai mendekat padanya dan dia menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan.Pintu itu terbuka sebelum dia bisa melakukan apa pun dan aroma deodoran mengerubun