Share

Bab 5

Ingatan Menyakitkan

Gilang menyipitkan matanya dan bertanya-tanya apakah dia mengenal orang itu, tapi wajahnya tidak familier sama sekali baginya.

Matanya terbelalak ketika Alfa berlutut di hadapannya. “Salam, Garuda. Senang bertemu denganmu dan bahkan berbicara denganmu.” Dia tersenyum dan akhirnya berdiri lagi.

Gilang masih curiga, tidak bisa memercayainya. Sudah aneh Alfa menyebutnya sebagai Tuan, ditambah seseorang sekaya dia mengenal orang sepertinya.

Itu membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang dia lewatkan. Ada hal penting dari masa lalunya yang tampaknya terhubung oleh sesuatu yang sangat penting. Tidak ada yang bisa memberitahunya bagaimana kehidupan masa lalunya sebelum dia ditemukan oleh para pengasuh di panti asuhan. Dia juga tidak mengingat apa pun. Dia masih merasa ingatannya berkabut.

“Ke mana saja kamu selama ini?” tanya Alfa sambil tersenyum.

“Selama 10 tahun, kami telah mencarimu, akhirnya aku menemukan penerus Garuda! Siapa sangka aku akan menemukanmu, Nak?” Dia tertawa. “Kamu pasti anak Garuda, apakah ayahmu memberitahumu tentang kami sebelum dia meninggal?”

Gilang mengedipkan matanya. “Aku punya ayah? Dia sudah mati?” Setelah dia selesai berbicara, sebuah bayangan terbesit dalam benaknya. Dia melihat pria tua berjalan berdampingan dengan anak yang mirip dengan Gilang.

“Beri tahu mereka, ini Garuda.” Pria dengan suara dalam itu menakuti semua orang di ruangan itu kecuali anak itu. Lalu, dia berbalik menghadapnya. “Kita akan pergi ke pestanya bersama, Gilang.”

Kemudian, dia tersentak lagi dan bayangan itu menghilang. Gilang sekarang kembali menatap Alfa. Sepertinya, dia akhirnya mengembalikan sebagian ingatannya. Namun, dia bertanya-tanya kenapa membutuhkan waktu yang lama sekali.

“Apa yang kamu bicarakan?” Gilang masih terlihat tidak memercayainya dan tidak mengerti apa-apa. Yang bisa dia ingat hanyalah bayang-bayang, bukan keseluruhan ingatannya yang hilang.

“Tidak ada yang memberitahumu mengenai Garuda? Dia adalah sahabat dari pendiri kerajaan bisnis kami, Leo. Kami membangun kerajaan bisnis hanya untuk menemukanmu, Sang Garuda, Bos Besar kami,” ujar Alfa. “Aku, Leo, dan ayahmu.”

Gilang menatapnya balik dan sesuatu terbesit di benaknya sampai dia hampir terjatuh. Dia bisa melihat bayangan-bayangan lagi tiba-tiba dan jantungnya berdegup kencang seraya dia seperti dirasuki sesuatu.

Gilang berbalik dan mencengkeram meja dengan kuat ketika dia melihat semuanya. Sebenarnya, sesuatu terjadi setelah ayahnya dan Leo mendirikan kelompok mafia. Para musuhnya suatu hari muncul dan mencoba menghabiskan mereka. Gilang dan ayahnya sedang di perjalanan menuju pesta ketika mereka muncul. Ternyata, Leo telah mengkhianati ayahnya. Ayahnya dibunuh di depannya, tapi dia tidak bisa menggapainya karena sebuah kecelakaan mobil membuatnya terlempar ke sisi yang lain.

Dia mencoba merangkak mendekat dan memohon Leo, tapi ayahnya telah dibunuh. Salah satu dari pria itu juga menembak Gilang.

Gilang membuka matanya terkesiap. Jantungnya berdegup tidak karuan di dadanya dan kepalanya sakit. Dia telah mencoba mengingat masa lalunya sebisa mungkin ketika dia ditemukan oleh para pengasuh di panti asuhan. Namun, sekarang ketika dia sudah bisa mengingatnya, dia merasa sangat buruk. Dia hanya ingin menemui Leo dan bertanya padanya kenapa dia membunuh ayahnya.

Dia langsung berbalik kepada Alfa. Melihat Alfa sekarang, dia bisa mengingat nama seseorang yang dia kenal dengan baik, “Apakah kamu tahu Mata Satu, John? Di mana dia?”

Mata Alfa terbelalak sesaat. “Iya! Apakah kamu ingat?” Dia menghela nafas. “John dibunuh di penyerangan itu. Kami menemukan jasad ayahmu, tapi kami tidak bisa menemukanmu dan kami telah mencari-carimu sejak saat itu.”

Gilang menutup matanya dan menghela nafas berat. Dia merasa sangat buruk. “Ayahku dibunuh, aku melihatnya.”

Alfa ternganga terkejut. “Apa? Kamu di mana? Kukira kamu tidak ikut pergi ke pesta dengan Garuda karena kami tidak menemukan jasadmu juga. Sebenarnya…” Matanya menyipit dan rasa sedih terpancar darinya. “Kami semua mengira kamu meninggal.”

Gilang mengernyitkan alisnya. “Aku memang meninggal! Tiga peluru mendarat di tulang rusuk dan dadaku! Aku meninggal!” teriaknya marah. Dia tidak ingin memikirkannya, tapi bagaimana lagi dia bisa mengaku bahwa ayahnya dikhianati oleh salah satu sahabatnya?

Alfa beranjak ke mejanya, membuka kuncinya, dan mengeluarkan sebuah foto. Dia beranjak kembali ke Gilang dan menyodorkannya. “Ini adalah ketiga teman itu: Leo, Rio, dan aku.”

Gilang mengambil foto itu darinya dan menatap foto itu. Dia mengenali Alfa karena wajahnya masih sama. Ayahnya berada di tengah, dan ada juga Leo.

Gilang masih mengingat seringaian pada wajah Leo ketika dia menembak kepala ayahnya. Dia tidak bisa berteriak, tidak bisa berjalan. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah berteriak di dalam kepalanya dan menangis karena nyawa ayahnya melayang.

“Ada sesuatu yang salah,” katanya dan beranjak duduk. Dia masih memegangi foto itu dan menatapnya lekat-lekat yang bisa-bisa menakuti orang. Kenapa Leo mengkhianati ayahnya? Kenapa dia membunuhnya? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu seolah menghindarinya, walaupun pada saat itu dia ingin mematahkan leher Leo dan membalas dendam kematian ayahnya.

“Apa yang terjadi?” Alfa mendekat. “Ke mana saja kamu selama ini?”

Gilang menatapnya dengan rasa sakit terpampang di matanya. “Aku tinggal di panti asuhan. Aku keluar dari sana bertahun-tahun kemudian dan mulai bekerja dengan keras untuk menguliahkan diriku sendiri.”

Alfa mengedipkan matanya. “Aku harus memberi tahu Cakra tentang ini. Semua orang pasti akan senang melihatmu.”

Gilang mengingat sesuatu. “Siapa itu Cakra dan ada apa dengan semua Garuda ini? Aku tahu itu nama ayahku, tapi apa spesialnya?”

“Begini, Leo, Rio, dan aku membangun kerajaan bisnis dan kelompok mafia yang terdiri dari 20 ribu anggota di seluruh dunia. Cakra adalah anak dari Leo yang telah mengambil alih 10 tahun yang lalu. Leo meninggal ketika mencoba menyelamatkan ayahmu. Dia terbakar sampai jasadnya tidak bisa dikenali lagi.”

Mata Gilang terbelalak terkejut. Leo membunuh ayahnya. Namun, dia sedang mencoba menyelamatkannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Namun, sesuatu sedang terjadi dan kami sedang berusaha untuk tidak menonjolkan diri. Akan lebih baik jika kamu melakukan hal yang sama,” ujar Alfa.

Alfa lanjut berbicara. “Jika mereka tahu kamu adalah Garuda, mereka pasti akan datang untuk membunuhmu. Kamu harus menghadapi ratusan orang yang mencoba untuk membunuhmu. Aku tahu kamu pandai berkelahi, tapi kamu tidak bisa menjaga dirimu setiap menitnya.”

Gilang menatapnya benar-benar kebingungan. “Ada masalah apa?”

“Sepertinya kamu harus membicarakannya dengan Cakra, walaupun tampaknya kalian belum bisa bertemu karena dia sedang diamati. Itu hanya akan membuatmu terlibat.”

Gilang menggertakkan giginya. Dia tidak ingin bertemu dengan Cakra. Dia tidak ingin berbicara dengan anak pengkhianat.

“Namun, kenapa aku harus bertemu dengan Cakra? Ayahku bahkan tidak memberitahuku apa pun mengenai kelompok mafia itu. Jika dia memang memilikinya, dia pasti akan membiarkan aku masuk.”

Alfa menghela nafas. “Mungkin dia hanya ingin melindungimu. Cakra adalah pemilik otoritas tertinggi kedua setelah Garuda, yaitu kamu.”

Gilang menutup matanya seraya kepahitan menggerogoti dirinya. Bagaimana bisa anak dari pengkhianat bisa berurusan dengan bisnis ayahnya? Lalu, untuk apa Cakra berbohong?

Alfa menatapnya selama beberapa saat sebelum dia beranjak ke mejanya, mengeluarkan sesuatu dan menulis sesuatu di atasnya. Lalu, dia kembali dan menyerahkannya pada Gilang.

Gilang membuka matanya, dia terkejut.

Apa yang dia lihat?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status