Share

Bab 2

"Maaf, aku, aku nggak sengaja!"

Keisya Sutama ketakutan hingga wajahnya memucat. Dia berkendara dengan kecepatan tinggi karena terburu-buru untuk pergi ke rumah sakit. Tak disangka, malah terjadi kecelakaan seperti ini.

"Hanya minta maaf? Kamu menabrak adikku, cepat ganti rugi!" seru preman berkepala botak itu.

"Benar, benar, cepat ganti rugi!"

"Kalau nggak mau ganti rugi, tinggalkan mobilmu!"

Para preman lainnya menimpali, seolah-olah mereka tidak akan menyerah sebelum mendapatkan uang.

"Kalian, berapa yang kalian inginkan?" Menghadapi situasi ini, Keisya menjadi panik.

Setelah berpikir sejenak, preman berkepala botak itu menjawab, "Berikan satu miliar, kami langsung membiarkanmu pergi!"

"Aku, aku nggak bawa begitu banyak uang!"

Mendengar angka satu miliar, para penonton pun gempar. Pria yang ditabrak terlihat baik-baik saja, tetapi mereka malah meminta ganti rugi sebanyak satu miliar. Bukankah ini keterlaluan?

"Kalian meminta uang sebanyak itu? Kalian ingin memerasnya?" kata seorang pria berkacamata itu dengan tegas.

"Mata Empat, kamu cari mati? Kapan kamu melihatku memerasnya?"

"Jangan ikut campur, kalau nggak, aku akan membunuhmu!"

Preman berkepala botak itu mendelik pria berkacamata yang mencoba untuk membela Keisya. Para preman lainnya pun mendekat dengan ganas dan sengaja memperlihatkan pisau yang tergantung di pinggang mereka!

Pria berkacamata itu tercengang, seseorang berbisik padanya, "Sobat, si Botak ini preman jalanan, hati-hati!"

"..."

Pria berkacamata itu berbalik pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia takut para preman ini akan mencari masalah dengannya di kemudian hari.

"Cantik, kalau kamu nggak mau ganti rugi, kami akan menahan mobilmu!" kata preman berkepala botak itu sambil menepuk kap mobil Maserati dengan kesal.

"Ck ck, sudah melakukan pemerasan, masih ingin merusak mobil orang!"

"Siapa! Bajingan mana yang asal ngomong!"

Preman berkepala botak itu marah. Dia berbalik dan melihat Nathan berjalan memasuki kerumunan.

"Jangan takut, Cantik. Aku bisa jadi saksi, orang ini memang ingin memerasmu!"

"Pria yang jatuh ini, aku melihatnya menerjang ke depan mobilmu!" kata Nathan sambil berjalan menghampiri Keisya.

Keisya memandang Nathan dengan kaget. Kemudian, wajahnya memerah dan hatinya terasa sangat hangat.

"Nak, apa kamu tahu siapa aku?" tanya preman berkepala botak itu dengan galak.

"Tahu!" Nathan mengangguk, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Kalian ... kalian itu preman yang suka menipu,kan?"

Para penonton yang mendengar ucapan ini kaget. Sebagian orang yang penakut sudah meninggalkan kerumunan karena takut mereka akan berkelahi dan melukai orang tidak bersalah.

"Sialan!"

"Sobat, habisi dia!" Preman berkepala botak itu melambaikan tangannya, lalu beberapa preman menerjang ke arah Nathan.

Namun, bagaimana mungkin orang-orang ini bisa mengalahkan Nathan? Dalam sekejap, semuanya terkapar ke tanah, hanya tersisa preman berkepala botak yang berdiri di tempat dengan kebingungan.

"Jangan melamun, masih mau satu miliar nggak?" tanya Nathan sambil berjalan ke arah preman berkepala botak itu.

"Kamu, jangan mendekat. Aku nggak mau lagi!" Tanpa sadar, preman berkepala botak itu mundur beberapa langkah.

"Kalau nggak mau lagi, cepat pergi!"

Mendengar ucapan ini, preman berkepala botak itu memapah bawahannya yang terkapar di tanah. Sebelum pergi, dia memelototi Nathan sambil berkata dengan rahang yang mengeras.

"Nak, kutandai kamu! Jangan sampai kita bertemu lagi!"

"Dipukuli olehku adalah berkah!" jawab Nathan dengan tenang.

"..."

Preman berkepala botak itu marah besar. 'Bisa-bisanya anak ini berlagak hebat setelah memukul orang!'

Setelah sekelompok preman itu pergi dan para penonton bubar, Nathan berkata pada Keisya, "Nona, orang jahat sudah pergi, nggak usah takut!"

"Terima kasih, kalau kamu nggak membantuku, mereka pasti sudah memerasku!"

"Sama-sama! Kulihat kamu sedang buru-buru, pergilah!" kata Nathan.

"Aku mana mungkin pergi begitu saja. Kamu mau pergi ke mana? Biar sekalian kuantar?"

"Boleh!"

Kebetulan hampir tidak ada taksi di tempat ini. Nathan tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang.

Mobil wanita memang berbeda. Bagian dalam mobil dipenuhi dengan suatu aroma, tepatnya aroma wanita itu!

"Harum sekali!"

Keisya baru duduk di kursi pengemudi. Melihat Nathan memejamkan mata untuk menghirup aroma di dalam mobil, dia pun tersipu malu.

"Pak, kamu mau pergi ke mana?"

"Namaku Nathan! Pergi ke Kompleks Gapari, terima kasih!"

Setelah berpikir sejenak, Keisya mengangguk sambil berkata, "Oke, lagian aku mau pergi ke rumah sakit untuk menjenguk orang, sejalan kok!"

Keisya berkendara dengan kecepatan tinggi. Melihatnya begitu panik, Nathan pun mengajaknya mengobrol untuk meredakan rasa paniknya.

"Nona, temanmu sakit apa?"

"Namaku Keisya!"

"Kakekku yang sakit. Dokter bilang dia terkena serangan jantung, cukup parah!"

"Apa! Kamu bilang namamu Keisya?"

Nathan kaget. Berdasarkan informasi yang dikirimkan Shila, salah satu tunangan yang dicarikan Roland untuknya bernama Keisya dan merupakan seorang presdir!

Dilihat dari aura, sikap dan mobil mewah yang dikendarai Keisya ....

Gawat!

Kebetulan sekali?

"Apa, apa maksudmu?" Keisya menyadari Nathan sedang menatapnya dan dia pun menjadi gugup.

"Kamu presdir Grup Sejahtera, Keisya Sutama?"

"Benar, kamu mengenalku?"

"Eh ... pernah lihat di TV."

Nathan mengarang alasan. Kalau Nathan mengatakan bahwa dirinya adalah tunangan Keisya, Keisya pasti akan ketakutan dan langsung menabrak tiang di depan.

Keisya tidak meragukan jawaban Nathan. Dia sering berinteraksi dengan wartawan, wajar kalau ada yang mengenalnya.

"Nona Keisya, sebenarnya aku seorang dokter. Kalau kamu nggak keberatan, aku bisa pergi ke rumah sakit bersamamu untuk melihat kondisi kakekmu!"

Karena dia ingin membatalkan pertunangan, dia akan mulai dari Keisya!

"Kamu dokter?"

Keisya menatap Nathan dengan heran, lalu menggertakkan giginya sambil berkata, "Boleh, kalau kamu bisa mengobati kakekku, Keluarga Sutama pasti akan mengingat jasamu!"

Karena Nathan baru saja membantunya, Keisya percaya pada Nathan.

Nathan menahan tawa sambil berkata dalam hati, 'Kalau aku nggak membatalkan pertunangan, kamu akan menjadi milikku. Apa Keluarga Sutama masih perlu mengingat jasaku ....'

Rumah Sakit Nuansa.

Nathan mengikuti Keisya pergi ke bangsal VIP Departemen Bedah Jantung.

Begitu masuk, selain dokter dan perawat, terlihat sepasang pria dan wanita paruh baya yang berpakaian rapi.

"Ayah, Ibu, bagaimana keadaan Kakek?"

Keisya menyapa semua orang, lalu berjalan ke depan ranjang pasien dengan cemas.

Seorang lelaki tua berambut putih dan berwajah pucat berbaring di atas ranjang. Dia adalah kakek Keisya, Dhafir Sutama!

Melihat Keisya datang, mata Dhafir yang semula lesu pun bersinar.

"Keisya, kamu datang menjenguk Kakek," kata Dhafir sambil tersenyum paksa.

"Kakek, apa Kakek baik-baik saja?"

"Keisya, ada yang ingin Profesor sampaikan, kebetulan kamu datang, ayo dengar bersama!"

Erland Sutama adalah seorang pria paruh baya yang berwibawa. Dilihat dari rahangnya yang tajam, dulunya dia pasti adalah pemuda yang tampan, Keisya sangat mirip dengannya.

"Ayah ...."

Jantung Keisya berdebar kencang, dia memiliki firasat buruk.

"Tenang, dengarkan Profesor dulu!"

Wanita cantik di samping, Tissa Cithra merupakan ibu Keisya. Dia berjalan mendekat untuk meraih tangan putrinya, lalu menepuk tangan Keisya dengan lembut untuk menenangkan Keisya.

"Pak Ferris, kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja. Usiaku sudah hampir delapan puluh tahun, aku nggak takut mati!"

"Baiklah, kalau begitu akan langsung kukatakan."

"Keadaanmu sangat parah, mungkin ... hanya bisa bertahan tiga bulan!" kata Ferris dengan tertekan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status