Share

Bab 9

"Kak Nathan, lupakan saja ...."

Nadine khawatir masalah akan menjadi makin besar, dia menarik pakaian Nathan dengan pelan.

"Nadine, jangan takut, ada aku di sini. Mereka harus bayar!" kata Nathan.

"..."

"Kak Nathan, aku nggak punya begitu banyak uang, apa boleh kukumpulkan dulu?"

"Terserah!"

Tahir memiliki keinginan untuk mati. Bagaimana mungkin dia punya uang ratusan juta? Para preman itu pun memikirkan cara lain dan akhirnya berhasil mengumpulkan 240 juta!

Setelah mentransfer uang itu, Tahir memandang Nathan dengan ekspresi memohon sambil bertanya, "Kak, apa kami sudah boleh pergi?"

"Pergi! Jangan sampai aku melihat kalian lagi!"

Mendengar pengampunan dari Nathan, Tahir segera membawa anak buahnya pergi.

"Bagus! Sobat, keterampilanmu sangat hebat!"

"Sekelompok preman ini sudah seharusnya diberi pelajaran. Kak, bisa dibilang kamu sedang menghajar sampah masyarakat!"

Para pedagang mengacungkan jempol kepada Nathan, tetapi sebagian pedagang khawatir Tahir akan kembali untuk membalas dendam.

"Nadine, suruh temanmu bersembunyi untuk beberapa saat. Tahir dan yang lainnya pasti nggak akan menyerah begitu saja!"

"Ya, mereka adalah bawahan Pak Sarhan!"

Mendengar ucapan orang-orang, Nadine menjadi cemas dan berkata pada Nathan, "Kak Nathan, sebaiknya kamu pergi dari Kota Nuansa, nggak usah mengkhawatirkanku ...."

"Nadine, ayo pergi denganku!" Nathan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tempat ini nggak cocok untukmu, apa kamu ingin tinggal di pasar seumur hidup?"

"Hari ini kebetulan aku ada di sini, bagaimana kalau Tahir dan yang lainnya datang mengganggumu lagi?"

"Tapi ... aku bisa pergi ke mana?" Nadine sangat tertekan.

"Kalau kamu menjadi kuat, orang-orang itu nggak akan berani menindasmu lagi! Kalau kamu percaya padaku, ayo pergi denganku!"

Mendengar kata-kata ini, Nadine menatap Nathan dengan serius, lalu mengangguk sambil menjawab, "Oke! Kak Nathan, aku percaya padamu!"

"Sekarang bawa aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibumu! Toko ini tinggalkan saja, aku akan membuka toko yang lebih besar untukmu!" Setelah selesai berbicara, Nathan menarik tangan Nadine dan berbalik pergi.

"Masih ada pakaian bersih di tokoku, Kak Nathan ...."

"Tinggalkan saja, kita beli yang baru!"

"..."

Para pedagang lainnya tercengang, terutama pedagang wanita. Semuanya memandang Nathan dengan mata bersinar. Mengapa mereka tidak dipertemukan dengan pria tampan dan mendominasi seperti ini?

Rumah Sakit Nuansa.

Callie sedang merenung di kantor. Benaknya dipenuhi dengan adegan Nathan menyelamatkan pasien kemarin.

Bagaimana caranya Nathan menghentikan pendarahan di aorta pasien?

Teknik jari? Akupunktur?

Apa pengobatan tradisional begitu menakjubkan?

Namun, ketika teringat bahwa Nathan membatalkan pertunangannya, Callie pun kesal!

'Apa yang hebat darinya? Bukankah hanya menguasai sedikit teknik pengobatan tradisional? Hmph, aku nggak menginginkannya!'

Sebagai seorang ahli medis, Callie adalah orang yang sangat mementingkan harga dirinya. Hanya saja, entah apa yang dipikirkan oleh ayahnya hingga memaksanya mengejar Nathan. Mustahil!

Seorang perawat berlari masuk dengan panik sambil berkata pada Callie, "Dokter Callie, Dokter Callie, cepat pergi ke ranjang nomor delapan. Pasien muntah-muntah lagi!"

"Ayo, bawa aku pergi melihatnya!"

Callie segera bangkit dan mengikuti perawat pergi ke bangsal.

Begitu masuk, seorang wanita paruh baya yang terbaring di atas ranjang nomor delapan sedang muntah-muntah dengan kesakitan.

"Femmy Cahyo, kamu makan sesuatu lagi?" Callie mengerutkan kening. Pasien sedang menjalani pengobatan pankreatitis, bahkan tidak boleh minum air.

Namun, Femmy tidak percaya dengan aturan ini. Dia makan dan minum seenaknya, sama sekali tidak peduli dengan saran dokter.

Wajah Femmy memucat, dia menatap Callie dengan lemas sambil berkata, "Dokter, perutku sangat sakit, tolong suntikkan obat pereda sakit!"

"Nggak boleh, terlalu banyak menggunakan obat pereda sakit dapat menimbulkan efek samping!"

"Tapi aku sangat kesakitan! Kalau kamu nggak menyuntikannya, aku, aku akan melaporkanmu. Kamu menyiksa pasien!" kata Femmy dengan marah.

"Kamu ...."

Callie tidak bisa berkata-kata. Untungnya, dia sudah sering menghadapi pasien seperti ini.

"Femmy, kalau kamu ingin cepat keluar dari rumah sakit, dengarkan saran dokter," bujuk pasien di ranjang sebelah.

"Kamu tahu apa? Aku bisa mati kesakitan!" Femmy tidak menerima niat baiknya.

Tepat pada saat ini, sepasang pria dan wanita masuk ke dalam bangsal. Melihat Femmy sedang berdebat dengan dokter, wanita itu bergegas mendekat.

"Bu, ada apa denganmu? Kamu beradu dengan dokter lagi!" Nadine menyalahkan ibunya, tetapi dia tampak sangat tidak tega.

"Nadine, kebetulan kamu datang! Aku ingin melaporkan dokter ini, dia menyiksaku!" Melihat "bala bantuan" datang, Femmy menjadi makin percaya diri.

"..."

"Nona Nadine, kalau ibumu masih nggak mau mendengarkan nasihat dokter, kusarankan kamu untuk memindahkannya ke rumah sakit lain!" kata Callie dengan terus terang.

"Maaf, Dokter Callie. Kelak aku akan merawatnya setiap waktu, kujamin dia akan patuh."

"Kamu ini, kenapa malah membelanya!"

Femmy kesal, dia berkata dengan penuh amarah, "Ibu sudah mau mati kesakitan, dokter jahat ini nggak mau menyuntikkan obat pereda sakit padaku, dia pasti ingin membunuhku!"

"Bu, jangan asal ngomong. Untuk apa Dokter Callie membunuhmu!" Nadine segera berkata pada Callie, "Dokter Callie, maaf. Ibuku hanya sedang marah, jangan dimasukkan ke hati."

Nathan yang berdiri di depan pintu tercengang. Tak disangka, ibu Nadine begitu tidak masuk akal, bisa-bisanya mengatakan dokter ingin mencelakainya?

Untungnya, Callie tidak menganggap serius, dia mengembuskan napas pelan. "Nggak masalah, rawat pasien dengan baik. Jangan biarkan dia minum dan makan lagi!"

"Baik, aku mengerti."

Setelah selesai berbicara, Callie berbalik pergi. Begitu berbalik, dia langsung melihat Nathan!

Apa penglihatannya bermasalah?

Callie menggosok matanya. 'Benar, pria yang membatalkan pertunangan!'

"Hei? Cantik, kita bertemu lagi?" Nathan tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan Callie di sini.

"Kak Nathan, kamu kenal Dokter Callie?"

"Ya, aku dan dia ...."

"Diam!"

Callie mendelik Nathan dengan galak. Kalau sampai ada yang tahu Nathan adalah tunangannya dan bahkan membatalkan pertunangan mereka, dia akan ditertawakan.

Nathan tersenyum tipis, dia berjalan ke samping ranjang Femmy untuk menyapa.

"Halo, Bibi, aku teman Nadine."

"Nadine, kapan kamu punya pacar? Apa pekerjaannya? Apa keluarganya kaya?" Femmy melirik Nathan sekilas, lalu mengajukan serangkaian pertanyaan.

"Bu, Nathan bukan pacarku, hanya ... teman biasa!" kata Nadine dengan wajah memerah.

"Oh, baguslah kalau begitu! Anak ini nggak terlihat seperti orang kaya, jangan sampai dia menunda jodohmu!"

"..."

Nathan tertegun, aset Istana Surgo mencapai ratusan triliun ....

Melihat adegan ini, Callie menjadi sangat tertekan. Jangan-jangan Nathan membatalkan pertunangan demi wanita ini?

Melihat mereka berdiri berdampingan, mereka tampak sangat serasi ....

"Bibi, aku menguasai sedikit keterampilan medis, kalau kamu nggak nyaman, bolehkah aku memeriksamu?" tanya Nathan sambil tersenyum.

"Kamu dokter?" tanya Femmy dengan curiga.

Bahkan Nadine pun membelalakkan matanya. Setelah beberapa tahun tidak bertemu, Nathan menjadi seorang dokter?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status