"Namanya ...."Dalton menggaruk kepala. Saat itu, dia sangat ketakutan hingga tidak mengingat nama lengkap Nathan.Melihat situasi ini, Yimna pun berkata, "Ayah, Kak, kurasa hanya kebetulan. Anak bernama Nathan itu sudah menghilang dua puluh tahun yang lalu, setelah bertahun-tahun berlalu, aku nggak pernah mendengar Keluarga Orlando masih punya keturunan!""Masalah ini nggak boleh dianggap remeh. Kalau dia memang adalah anggota Keluarga Orlando, kita harus lebih berhati-hati!" kata Gilius."Ya, Ayah benar!"Dalton yang mendengar pembicaraan mereka pun kebingungan. Dia berkata dengan panik, "Kakek, Ayah, apa yang kalian bicarakan? Kenapa aku nggak mengerti?""Kamu bilang masih ada orang lain, siapa namanya?" tanya Yetha."Sepertinya Timo Harist, dia menyebut dirinya Tuan Muda Timo. Sungguh nggak tahu malu, beraninya menyebut diri sendiri adalah tuan muda di hadapanku!""Apa? Timo Harist?"Seluruh anggota Keluarga Keltano saling memandang, hanya Dalton yang kebingungan. Dia bertanya pada
Nathan mengikuti Pasya masuk ke dalam sebuah ruangan yang luas. Perabotan di dalam ruangan sangat kuno, sepertinya semuanya adalah peninggalan nenek moyang. Callie sedang makan di meja sambil bermain ponsel."Callie, cepat sapa tamu," kata Pasya sambil tersenyum."..."Callie hanya melirik Nathan sekilas, tatapannya dipenuhi dengan kebencian.Nathan tersenyum tipis, dia tidak peduli. Setelah duduk, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menyerahkan kotak itu pada Pasya."Paman Pasya, ini Pil Energi, terimalah!""Apa!"Mendengar kata "Pil Energi", senyuman di wajah Pasya sontak menghilang dan digantikan dengan keterkejutan!Dia mengambil kotak kayu yang diberikan Nathan, lalu membuka dengan hati-hati. Terlihat Pil Energi berwarna putih dan aroma obat pun tersebar ke udara."Tak disangka, benar-benar ... adalah Pil Energi!" Melihat pil di dalam kotak, Pasya menjadi sangat bersemangat."Ayah, apa itu Pil Energi?"Melihat ayahnya begitu bersemangat, Callie pun bertanya dengan penasaran.M
"Anak muda, apa maksudmu?"Thery kebingungan. Awalnya dia masih menaruh sedikit harapan pada Nathan. Namun setelah mendengar ucapan Nathan, harapannya pun padam ...."Kak Pasya, apa temanmu ini adalah seorang dokter?"Freya agak tidak sabar. Kalau bukan karena Keluarga Sergio dan Keluarga Colby berteman baik, dia sudah mengusir Nathan."Nathan, apa kamu bisa menjelaskan kondisi Tuan Besar Edson?"Pasya pun kaget. Bisa-bisanya Nathan mengatakan "tidak ada gunanya mencari dokter". Bukankah ini seperti sedang mempermalukannya!"Kalau aku nggak salah tebak, seharusnya Tuan Besar Edson kesurupan!""..."Mendengar ucapan ini, Callie diam-diam menggelengkan kepalanya. Tidak dapat diandalkan, bisa-bisanya mengatakan Edson kesurupan?Mendengar ucapan ini, Thery menjadi sangat emosional."Pak Nathan memang hebat. Hanya dengan melihat sekilas, kamu langsung tahu ayahku kesurupan!""Kesurupan?"Callie merasa pandangannya diperbarui. Jangan-jangan memang ada hal semisterius itu di dunia ini?"Maaf
Edson membungkuk sambil menangkupkan kedua tangannya. Dia sangat energik, tidak tampak seperti orang yang sudah lama terbaring sekarat."Nggak usah berterima kasih, aku nggak membantu dengan cuma-cuma!"Nathan tersenyum tipis. Untuk mendapatkan ambergris, hari ini dia sudah mengorbankan banyak energi sejati.Mendengar ucapan Nathan, Thery buru-buru berkata, "Freya, cepat berikan ambergris kepada Pak Nathan!"Freya keluar dari kamar. Beberapa menit kemudian, dia kembali dengan membawa kotak kayu emas seukuran telapak tangan.Nathan mengambil kotak itu dan membukanya. Dalam sekejap, aroma yang memikat tersebar ke udara. Di dalam kotak, terdapat sepotong ambergris seukuran telapak tangan yang terlihat seperti batu kapur!Berdasarkan pengalaman Nathan, ini adalah ambergris kualitas terbaik!Hanya ambergris yang kandungannya lebih dari 50% dan sudah lama terendam di air laut yang akan mengeluarkan aroma seperti ini.Sedangkan ambergris yang kualitasnya kurang bagus akan mengeluarkan bau tid
Setelah ragu-ragu sejenak, Callie bertanya dengan malu-malu, "Kamu mau pergi makan camilan?""Ya, kalau kamu tertarik, ayo pergi bersama?" Nathan menoleh ke arahnya sambil tersenyum."Na ... Nathan, kamu membatalkan pertunangan kita demi Nona Nadine?"Callie menggigit bibirnya untuk mengumpulkan keberanian. Beberapa hari ini, pertanyaan ini terus muncul di benaknya.Namun setelah bertanya, jantungnya berdebar kencang. Dia diam-diam memarahi diri sendiri. 'Dasar nggak tahu malu, bagaimana kalau Nathan tahu aku menyukainya?'"Nadine bukan pacarku, kamu salah paham!"Nathan mengerutkan bibirnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku membatalkan pertunangan karena masih ada hal penting yang belum kutangani, hanya itu!""Nona Nadine bukan pacarmu?""Ya."Mendengar jawaban pasti dari Nathan, hati Callie dipenuhi dengan kegembiraan. Ternyata Nathan bukan membatalkan pertunangan demi wanita lain!"Eh ... Nona Callie, ada apa denganmu?"Melihat Callie tersenyum manis, Nathan pun bertanya dengan p
"Saat itu aku nggak berada di toko, Houston menyuap ketua satpam dan berhasil menyalin rekaman kamera pengawas!""Aku sudah memecat ketua satpam itu!""Kalau kamu kesal, aku akan menyuruh orang mencari satpam itu. Kita potong tangan dan kakinya, lalu tenggelamkan ke sungai, bagaimana?" Timo mengangkat gelas bir sambil tersenyum nakal.Nathan menggelengkan kepalanya. Dia menatap Timo dengan penuh maksud sambil bertanya, "Timo, kamu tahu nggak kenapa kucing nggak makan tikus setelah menangkapnya?""Eh ... mungkin hanya ingin main-main?""Benar! Ini adalah Negara Geriya, kita nggak bisa membunuh sesuka hati, tapi aku ingin membuat mereka hidup sengsara! Kita lihat saja, mimpi buruk Keluarga Keltano baru dimulai!" Nathan mendengus dingin, terlihat senyuman sinis di sudut bibirnya."Kak Nathan hebat, hajar!"Timo mengangkat gelas di tangannya, lalu meneguk habis segelas bir itu.Namun pada saat ini, tiba-tiba terdengar teriakan marah dari seberang jalan, "Kak Pieter, anak itu ada di sini!"
Tahir ingin melarikan diri, tetapi kakinya tiba-tiba melemas dan tidak sanggup lari ....Nathan berjalan menghampiri Tahir dengan ekspresi datar."Kamu, jangan mendekat. Kalau nggak, aku ... aku akan lapor polisi!" Tahir ketakutan hingga melupakan identitasnya."Sarhan yang menyuruhmu datang, 'kan? Bawa aku pergi menemuinya!" kata Nathan dengan nada dingin.Sekujur tubuh Tahir gemetaran, dia berkata dengan getir, "Bos, Bos, aku nggak tahu Pak Sarhan ada di mana!""Masa?"Nathan memandang Tahir dengan ekspresi nakal. Tiba-tiba, dia mengangkat tangannya untuk menampar Tahir.Mata Tahir dipenuhi dengan ketakutan dan darah mengalir dari sudut mulutnya. Setelah itu, dia memuntahkan tiga gigi berlumuran darah ...."Apa sudah ingat?" Nathan berkata sambil tersenyum dingin, "Kalau masih belum ingat, aku akan bantu kamu mengingatnya!""Nggak, nggak, nggak! Bos, aku sudah ingat. Aku akan menelepon Pak Sarhan sekarang juga!"Mendengar ucapan Nathan, Tahir pun menyerah. Kalau Nathan menamparnya la
Sarhan berjalan mendekat dengan ekspresi muram. Dia menatap Nathan sambil bertanya dengan nada dingin."Ck ck, kamu bos mereka? Nggak terlihat seperti seorang bos, kurus sekali, seperti seekor kera?" Mulut Timo sangat kasar. Begitu bertemu, dia langsung menyindir Sarhan."Nak, siapa kalian?" Sarhan menyipitkan matanya. Setiap kali dia ingin membunuh seseorang, dia tanpa sadar akan menyipitkan matanya."Kamu nggak pantas tahu siapa aku!"Nathan mengerutkan bibirnya dengan kesal, lalu berkata dengan nada dingin, "Bawahanmu mencari masalah denganku, kamu yang menginstruksikan mereka?"Sarhan melihat dengan saksama dan menyadari Tahir pun berada di sini. Dia langsung memahami apa yang terjadi!Namun, kedua orang ini menyinggungnya, mereka harus mati!"Tak disangka, kalian begitu belagu. Sepertinya aku harus turun tangan!" Sarhan mendengus dingin, lalu melepas pakaiannya hingga tubuhnya yang kurus pun terlihat."Hahaha! Konyol sekali, Pak Tua, kamu ingin melakukan pertunjukan topeng monyet?