Share

Bab 6

"30 gramakar bumi, 4 gram notoginseng, 10 gram anggrek putih dan serbuk bulu. Haluskan menjadi bubuk, lalu ambilkan sehelai daun teratai, cepat!" kata Nathan pada perawat di sampingnya.

"Baik!"

Perawat Apotek Flora bergegas pergi. Tak lama kemudian, dia mengantarkan semua benda yang diminta Nathan.

Nathan mengoleskan ramuan obat ke area yang terluka, lalu meneteskan sari daun teratai ke atas bekas luka.

Saat ini, pria yang semula pingsan mengerang kesakitan.

"Kak Hugo!"

Melihat situasi ini, pria bertato menjadi sangat bersemangat.

"Jangan berisik! Dia belum sadarkan diri, tapi nggak akan mati. Antar dia ke rumah sakit sekarang juga!"

"Sebagian luka perlu di jahit , lebih baik di tangani dengan pengobatan modern."

"Baik, terima kasih, Dokter. Aku akan berlutut padamu!"

Tak disangka, pria bertato yang sebelumnya marah-marah akan berlutut di hadapan Nathan dengan tulus ....

Nathan dikejutkan oleh sikapnya. Dia tidak menyangka zaman sekarang masih ada preman yang begitu setia kawan!

"Cepat antar ke rumah sakit!"

"Ayo pergi!"

Setelah berterima kasih pada Nathan, dia dan rekannya segera membawa pasien pergi dari Apotek Flora.

Nathan mengerutkan keningnya, pakaiannya ternodai oleh darah preman itu!

Dia menyalahkan Roland karena menjodohkannya dengan begitu banyak wanita. Alhasil, dia harus pergi membatalkan setiap pertunangan, menyebalkan sekali!

"Nathan, tak disangka, keterampilan medismu sehebat itu. Terima kasih banyak!"

Pasya sangat bersemangat. Dia sudah menekuni bidang ini selama puluhan tahun, tetapi tidak pernah melihat cara menghentikan pendarahan seperti yang dilakukan oleh Nathan tadi.

Sekarang, akhirnya dia mengerti mengapa ayahnya ingin menjadikan Nathan sebagai menantunya ....

"Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu!" kata Nathan.

"Jangan! Aku nggak setuju atas pembatalan pertunangan ini!"

Pasya buru-buru berkata, "Kamu dan Callie ditakdirkan untuk bersama. Lagian pertunangan ini ditetapkan oleh generasi tua, mana boleh dibatalkan begitu saja!"

"..."

Nathan terdiam, Pasya sedang mempersulitnya?

Wajah Callie memerah. Apa ayahnya gila? Bisa-bisanya memaksanya menikah dengan Nathan?

"Maaf, aku masih punya urusan lain, izin pamit!"

Nathan tidak ingin membuang-buang waktu. Setelah selesai berbicara, dia langsung berbalik meninggalkan Apotek Flora!

Pasya ragu-ragu sejenak. Namun pada akhirnya, dia mengabaikan harga dirinya dan pergi mengejar Nathan untuk meminta nomor ponsel.

Pasya menyerahkan nomor ponsel Nathan pada putrinya sambil berpesan, "Callie, kurasa Nathan adalah anak yang baik, kamu nggak boleh menyerah!"

"..."

Mendengar ucapan ini, Callie memutar bola matanya dengan kesal.

Jelas-jelas Nathan yang membatalkan pertunangan, kenapa dia tidak boleh menyerah?

Setelah sibuk seharian, Nathan tidak pergi mencari Nadine. Dia pergi ke Kompleks Xalvadore, kawasan vila mewah di Kota Nuansa.

Satpam yang berjaga di depan kompleks menghentikan Nathan, lalu mengamatinya sejenak sebelum bertanya, "Kamu cari siapa?"

"Aku tinggal di sini, nggak cari siapa pun," jawab Nathan dengan tenang.

"Kamu?"

Satpam itu mengerutkan bibirnya dengan sinis sambil berkata, "Sobat, ini adalah tempat tinggal orang kaya di Kota Nuansa. Hanya orang dengan aset lebih dari dua triliun yang boleh tinggal di sini, sedangkan kamu?"

"Apa dua triliun banyak?"

"Sobat, kamu sungguh pandai berlagak. Sebaiknya jangan mencari masalah di sini, pergi!" Satpam itu masih muda, dia paling kesal dengan pemuda yang suka berlagak hebat.

Nathan malas berbasa-basi dengan satpam, dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon.

"Ck ck, berpura-pura menelepon orang? Kamu sungguh pandai berakting!" Satpam itu makin meremehkannya.

Begitu satpam itu selesai berbicara, interkom di tangannya berbunyi. "Safwan Codry, apa Pak Nathan datang?"

"Manajer? Pak Nathan itu siapa?" tanya satpam itu dengan kebingungan.

"Bodoh! Tetap di sana, kalau ada yang datang, bersikaplah dengan sopan!"

"..."

Setelah beberapa saat, seorang pria gemuk keluar dari dalam kompleks. Dia memiliki kepala gemuk dan telinga besar.

"Pak Radit!"

Satpam itu segera berseru, "Saya nggak melihat Pak Nathan yang Anda sebutkan itu!"

Tak disangka, Radit malah mendorongnya menjauh dan berjalan menghampiri Nathan senyum ramah. Dia membungkuk sambil berkata, "Pak Nathan, aku adalah manajer kompleks ini, Radit Hutay. Kami nggak tahu Pak Nathan akan datang ke sini, mohon maafkan kami!"

"..."

Melihat adegan ini, satpam itu membelalakkan mata dengan kaget.

"Kamu mengenalku?" tanya Nathan dengan heran.

"Tentu saja, hari ini aku menerima kabar dari kantor pusat bahwa Pak Nathan datang ke Kota Nuansa dan kami sudah mengosongkan vila nomor satu untukmu!"

"Aku juga sudah meminta orang menyiapkan perabotan dan kebutuhan lainnya, Pak Nathan boleh pindah ke sini kapan saja!" kata Radit sambil tersenyum ramah.

"Oke, aku akan pergi melihat rumahnya dulu!"

Nathan malas membuang-buang tenaga, nanti dia bisa menanyakan hal ini pada Shila.

"Pak Nathan, biar kutunjukkan jalannya!"

"..."

Satpam itu mengusap matanya dengan kuat, apa matanya bermasalah?

Pak Radit yang biasanya sangat angkuh begitu menghormati Nathan ....

Vila nomor satu adalah vila terbesar dan termewah di Kompleks Xalvadore. Vila ini didekorasi dengan gaya Barat.

Radit menjelaskan bahwa pemilik kompleks menyisakan vila ini penggunaan pribadi, tetapi begitu mendengar Nathan datang ke Kota Nuansa, dia langsung memberikan vila ini pada Nathan.

Setelah berkeliling di dalam vila, Nathan merasa vila ini cukup bagus, semua perabotan juga adalah barang impor dan tampak sangat mewah!

Selain itu, terdapat halaman seluas 200 meter persegi di bagian belakang vila yang cocok untuk dijadikan tempat barbeku!

Setelah Nathan melihat kondisi vila, Radit berkata sambil tersenyum, "Pak Nathan, kalau Bapak membutuhkan sesuatu, aku akan segera meminta orang mengantarkannya!"

"Aku tinggal sendirian, sudah cukup. Kembalilah bekerja!"

"Eh ... Pak Nathan, bos kami tinggal di Kota Nuansa. Katanya malam ini dia akan datang mengunjungi Bapak, apa Pak Nathan punya waktu?" tanya Radit dengan hati-hati.

Timo Harist memperingatkannya untuk melayani Nathan dengan baik. Kalau Nathan tidak puas, dia akan kehilangan pekerjaannya!

"Siapa bosmu?" tanya Nathan.

"Timo Harist dari Kota Naresh."

"Oh, anak ini!" Nathan tersenyum. "Nggak masalah, suruh Timo datang!"

Timo?

Sepertinya hampir tidak ada orang di Provinsi Sargara yang berani memanggil Timo dengan nama depan?

"Eh ... Pak Nathan, kalau begitu aku izin pamit. Kalau butuh bantuan, silakan hubungi aku!" Setelah berkata demikian, Radit meninggalkan nomor teleponnya dan keluar dari vila.

Nathan pergi mandi, lalu berbaring di atas kasur. Tugas membatalkan pertunangan ini sungguh melelahkan ....

Menjadi pria itu sangat sulit!

Pada saat yang sama, Erland yang berada di ruang tamu menghela napas. Dia tampak sangat cemas.

"Sayang, kenapa kamu menghela napas?" tanya Tissa.

"Aku khawatir Nathan akan menyukai putri keluarga lain. Menantu sebaik ini mungkin akan jatuh ke tangan orang lain, mana mungkin aku nggak khawatir?"

"Kalau begitu telepon saja dan tanyakan saja langsung, apa gunanya menghela napas di sini?"

Mendengar saran ini, Erland pun mengangguk sambil tersenyum. "Kita memang harus tenang dalam menghadapi segala sesuatu, istriku sungguh cerdas!"

Setelah berkata demikian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Pasya. Dia ingin menanyakan soal Nathan.

"Erland, kamu juga mengetahui hal ini?"

"Sejujurnya, Nathan punya tiga tunangan, putriku Keisya adalah salah satunya!" Wajah Erland memerah.

Keheningan melanda. Setelah sekian lama, Pasya berkata dengan sungguh-sungguh, "Menurutku anak bernama Nathan itu biasa saja!"

"Nggak kompeten, bentuk mukanya seperti lelaki yang pandai memainkan wanita, kelak dia pasti akan banyak masalah percintaan. Pokoknya aku nggak akan menikahkan putriku dengannya!"

"Pasya, pandangan kita sama. Aku juga nggak menyukai anak itu!" jawab Erland dengan sungguh-sungguh.

"Hahaha, benar benar!"

Keduanya mengobrol sejenak, lalu Erland pun mengakhiri panggilan ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status