Share

PTSI 29

Irena menarik tangan Fandi, lelaki itu sudah beberapa hari ini tampak tak tenang.

“Mas, istighfar.” Irena berkata sembari mengusap punggung tangan sang suami.

“Astaghfirullahaladzim,” ucap Fandi pelan.

Irena tersenyum, hari ini mereka akan kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan terakhir kali sebelum operasi pengangkatan rahim dilakukan.

“Mas, tenanglah untukku kali ini. Kumohon, Mas.” Irena merebahkan kepalanya di dada bidang Fandi.

Lelaki itu mengangguk dan mengecup kening Irena.

Irena sendiri memejamkan mata, di mana kata-kata Dokter Carlos terus terngiang-ngiang di ingatannya.

Bagaimana tidak, hari itu hari di mana Irena dan keluarga mendengar diagnosa akhir dari penyakitnya.

Irena ingat benar, wajah Dokter Carlos yang tampak serius dan menatap mereka satu per satu. Hingga lama netra itu menatap ke arah Irena.

“Irena, sebagai seorang dokter. Saya tak suka bertele-tele. Kanker ini sudah harus mendapatkan penangan khusus dan segera. Saya tak menyarankan kemo atau pengoba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status