Chapter: Season 2 (1)Di Jakarta, kehidupan keluarga Moon berubah ketika Irena dan Carlos memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah lama tinggal di Jerman. Kembali ke tanah air bukanlah keputusan yang mudah bagi Carlos, seorang dokter spesialis yang bekerja di salah satu rumah sakit terkenal di Jerman. Namun, permintaan dari orang tua Irena agar mereka pulang dan menetap di Indonesia menjadi dorongan utama untuk perubahan besar ini. Meski Carlos sempat ragu, kecintaannya pada keluarga membuatnya akhirnya setuju untuk bekerja di rumah sakit swasta di Jakarta. Irena, seperti biasa, tetap menjadi ibu rumah tangga. Itu adalah kesepakatan yang dibuat sejak awal pernikahan mereka, sebuah perjanjian yang Carlos pinta agar Irena dapat lebih fokus pada Alana, anak mereka. Namun, kehidupan baru di Indonesia membawa beberapa pertanyaan dalam benak Alana, yang kini beranjak sepuluh tahun. Di sekolahnya yang baru, Alana berteman dengan Aldo Moon, seorang anak laki-laki yang bersekolah di tempat yang sama. Kebetula
Terakhir Diperbarui: 2024-10-04
Chapter: Ending ss 1Saat itu, keluarga Irena begitu panik dan bergegas membawa Musda ke rumah sakit.Musda melahirkan secara normal, bayi berjenis kelamin laki-laki itu begitu lucu dan sangat mirip Roy.Tangis Roy pecah kala menggendong bayinya pertama kali, tangannya gemetar begitu pun suaranya kala mengadzani sang bayi mungil.“Mbak, beri anak Roy nama. Kami berdua sudah sepakat agar Mbak Irena yang memberi nama untuk bayi kami,” ujar Roy.Irena yang tengah menggendong Alana, kini menyerahkan Alana yang manja pada Carlos sedang dirinya mendekat ke arah bayi yang menggeliat dalam dekapan Roy.“Ren, jangan lupa sematkan nama ayah.” Sosok lelaki yang kini menggendong Aldo, sempat-sempatnya mengingatkan sang anak agar menyematkan namanya.Irena mengangguk, “Tentu Ayah.”Wanita cantik itu mengusap pipi dan pucuk kepala bayi yang masih terpejam dan tenang dalam buaian sang ayah.“Ada nama yang ingin disematkan dari kalian?” tanya Irena pada Roy dan Musda.“Muhamad, Roy dan Musda berharap Mbak menyematkan jug
Terakhir Diperbarui: 2024-09-22
Chapter: 50“Innalilahi wa innailaihi Raji'un.” “Ada apa?” Carlos mendekat begitu mendengar sang istri berucap.“Fera,” sahut Irena pelan.***Wanita yang tengah mengandung itu masih mengerang kesakitan, selain menyebut nama Allah … dirinya hanya menyebut nama Irena, di mana keadaannya dalam setengah sadar.Fera, wanita cantik yang sedang mengandung itu mengalami kemalangan.Kandungannya yang sudah menginjak usia matang untuk lahir. Kini bermasalah dan harus segera dilarikan ke rumah sakit berkat rujukan bidan setempat.Maka berangkatlah mereka dengan ambulance milik desa.Ambulance yang membawanya hendak ke rumah sakit terdekat, mengalami kecelakaan beruntun di jalan raya. Imbas dari pengguna jalan yang tak sabar dan hendak menyalip ambulans tersebut.Wisnu dan kedua anak kembarnya tak selamat, ajaibnya Fera yang terpental dari ambulans selamat meski dalam keadaan bersimbah darah.Para pengguna jalan yang menolong, segera membawa wanita hamil itu ke rumah sakit. “To—tolong hubungi Mbak Irena,”
Terakhir Diperbarui: 2024-09-22
Chapter: 49Pagi ini Irena terjaga di tempat tidur bersama sosok lain yang kini menjadi imamnya.Semalam, selesai acara resepsi … keduanya memulai sholat berjamaah.Hal yang dulu hanya Irena lakukan bersama sang mantan. Bahkan, sebelum perpisahan itu terjadi … Irena melakukan sholat berjamaah bersamanya.Kini, senyum Irena begitu merekah kala meraih koko serta sarung untuk sang imam.Wajahnya yang masih basah oleh air wudhu, menambah ketampanan yang hakiki. Ya, begitulah kata hati Irena.Setelah sholat berjamaah, keduanya bersiap untuk sarapan bersama keluarga Irena. Ya, mereka masih tinggal di rumah orang tua Irena. Bukan tak mau tinggal terpisah, tetapi Irena dan Carlos akan kembali ke Singapure. Di mana tempat itu sudah menjadi rumah bagi keduanya.“Hari ini jadi ke panti?” tanya Carlos pagi itu.Irena mengangguk, “Katanya Indah sakit, jadi gak bisa hadir di pernikahan kita.”“Ckckck, Mbak ini … masih saja begitu peduli sama dia,” celetuk Rani.“Sttt, gak baik begitu ah.” Sang suami mencubit
Terakhir Diperbarui: 2024-09-22
Chapter: 48Pengajian Akbar hari itu tak sepenuhnya didengar oleh Irena. Hatinya terasa kacau dan bimbang.Namun, kepalanya yang tertunduk tiba-tiba terangkat kala mendengar kutipan kalimat yang diucapkan oleh pendakwah kondang tersebut.“Janganlah kau ragu akan janji Allah. Pasrahkan dirimu pada-Nya dan yakinlah jika skenario Allah itu indah dan paling terbaik untukmu. Ingat … jodoh, maut, dan rejeki merupakan rahasia Allah yang sudah ditetapkan untuk kita. Bersabarlah, ikhlas, dan selalu tawakal.” Kata-kata pendakwah itu menyejukkan hati wanita cantik tersebut.‘Ya Allah, hamba berserah pada-Mu,’ batin Irena.Satu jam kajian, akhirnya selesai dengan baik. Irena sudah tak ambil pusing kala dua wanita tadi masih berceloteh dan berangan-angan tentang Carlos.Dirinya bahkan tersenyum dan menyapa keduanya kala keluar dari tempat kajian terlebih dahulu.Baru saja keluar, tiba-tiba ujung hijabnya ditarik seseorang.“Eh,” celetuk Irena.Wanita cantik itu menoleh dan mendapati pria tampan berkoko putih
Terakhir Diperbarui: 2024-09-22
Chapter: 47“Roy? Kamu ngapain ke sini?” Irena tercengang, kala melihat sang adik yang garuk-garuk kepala menanggapi perkataannya.“Anu … mau sunat, hehehe!” Roy berbisik pelan ke telinga sang kakak, tak hanya itu … di ujung sana ayah dan ibunya turut datang.“Dianter Mamah?” tanya Irena lagi.“Hm, takut sakit.”Kini, Roy mengaduh karena Irena memukul punggungnya sembari tak henti mengomel.Kini, di sinilah mereka. Ada ayah dan ibu Irena yang duduk dekat Roy. Irena sendiri duduk di samping Carlos yang terus beristighfar.Kala menunggu itu, Roy menerima panggilan telepon dan sempat tersenyum manis.“Dari siapa?” tanya Irena penasaran.“Bidadari,” sahut Roy singkat.Tak sempat Irena mengulik lebih dalam, Roy meminta ijin untuk keluar terlebih dahulu.Kebetulan masih antrean anak-anak yang dikhitan.“Mah, kok Roy minta disunat sekarang?” Irena yang kini duduk di samping sang ibu menggantikan Roy, berbisik pelan demi satu jawaban.Wanita yang sudah berumur itu tersenyum dan mengusap pipi sang anak su
Terakhir Diperbarui: 2024-09-19
Chapter: 9. Akibat Tak Nafsu Makan."Berisik! Apa yang terjadi di sini? Pagi-pagi sudah rebutan wedang jahe!" Kang Mas Bayu masuk dan meraih wedang jahe itu di tangan sang gadis."Nimas mau?" tanya Kang Mas Bayu padaku. Aku mengangguk pelan, lalu diserahkannya cawan yang berisi wedang jahe itu padaku."Habiskan, biar rahimmu hangat. Anak kita akan tumbuh sehat." Kang Mas Bayu berkata sembari mengelus perut rampingku. "Ap-apa? Jadi benar, Kang Mas sudah menikah?" cecar wanita cantik di depanku."Benar sekali!" sahutnya lugas.Wanita itu menatapku tajam, seolah hendak menelanjangiku. "Mau-maunya sama wanita tua dan tak cantik, tak ayu! Kang Mas sakit mata," sindir wanita itu.Aku hanya menghela napas panjang sembari mengelus dada, sedang Kang Mas Bayu hanya menahan tawa melihatku yang kesal."Kenapa wanita itu?" dengusku kesal. Kini kududuk di samping Kang Mas Bayu yang tengah menyantap nasi tiwul beserta lauk pauknya."Ojo ngedumel, Nimas! Ayu-nya nanti hilang," bujuk Mas Bayu."Lah, siapa sih wanita itu? Iya, dia can
Terakhir Diperbarui: 2023-08-08
Chapter: 8. Kang Mas Bayu Mada."Bandi!" pekikku.Bagaimana aku tak memekik, aku terperanjat kala tubuh ini di angkat dan aku berada dalam rangkulannya."Sttt, jangan berisik. Kita akan segera sampai ke tujuan!" Bandi eh Kang Mas Bayu berbisik, pandangan kami bertaut."Ta-tapi aku takut jatuh," selaku.Bagaimana tidak, Kang Mas Bayu melesat tinggi di udara. Hanya dalam satu pijakan, bisa membuatnya melesat begitu jauh."Peluk Kang Mas kalau takut," bisiknya tepat di telingaku.Aku yang takut, memejamkan mata dan memeluk lehernya erat. Di mana wajahku kubenamkan di ceruk lehernya.Sejurus kemudian, Kang Mas Bayu menurunkanku. "Nimas, kita sampai. Ini padepokan yang tak akan ada yang mengenali kita. Ingat, aku suamimu dan kau istriku. Panggil aku, Kang Mas Bayu," terang Kang Mas Bayu. Aku mengangguk pelan, kugenggam erat jemarinya yang begitu besar."Jangan tinggalkan aku, ya!" celetukku ketika itu.Kami yang masuk ke padepokan tersebut, sempat berhenti sejenak. Mas Bayu menatapku dan mengangguk pelan."Kang Mas j
Terakhir Diperbarui: 2023-08-06
Chapter: 7. Nama dan Status Baru"Kita di mana, Bandi?" tanyaku sekali lagi.Lelaki berhidung mancung itu tersenyum dan kemudian mendekat padaku. "Kita di alamku, Mbak!" jawabnya.Entah mengapa aku tak puas dengan jawabannya."Bandi!" pekikku."Hmm," dengusnya. Aksanya masih setia memandang ke arah jalan. Jalan yang lenggang, tak sedikit pun tampak seperti di kampungku. Di mana kendaraan sesekali lewat. "Tunggu sebentar, ya! Saya harap Mbak tak keluar. Duduk manislah di situ." Bandi keluar setelah meminta aku menunggunya. Aku mengedarkan pandangan ke setiap sudut gubuk ini, gubuk yang beralasan tanah serta beratap daun rumbia. Sebuah tungku batu tersedia di sudut gubuk."Ah, bagaimana bisa aku ada di sini?" Kusentuh kakiku yang tadi terkilir, senyumku merekah kala rasa sakit itu telah hilang. Seolah tak terjadi apa pun, kakiku bisa digerakkan bebas."Rupanya Bandi mahir jadi tukang urut," gumamku yang terkekeh.Beberapa saat kemudian, lelaki tampan itu kembali dengan dua helai kain di tangannya."Mbak, ganti pa
Terakhir Diperbarui: 2023-08-04
Chapter: 6. Terungkap Hingga Kelepasan."Tolonglah Mbak, terus teranglah pada Una. Setidaknya Una akan menuruti perkataan Mbak," pintaku pada Mbak Ina.Mbak Ina lalu berjalan ke arahku dan memelukku erat, dituntunnya aku ke kursi rotan hasil karya Ayah dulu di saat senggangnya."Mas, tunggu di teras ya," pinta Mbak Ina pada Mas Irgi.Lelaki itu mengangguk dan sejurus kemudian telah berada di teras rumah, punggungnya terlihat dari kaca jendela.Mbak Ina menggenggam tanganku, tangisnya mulai terdengar kembali ... bahkan kini airmatanya menetes hingga membasahi tanganku yang digenggamnya."Una, kejadian beberapa tahun silam merupakan salah mbak. Mas Irgi hanya korban keegoisan mbak saja, waktu itu di mana mbak pulang dari Taiwan. Ayah mengatakan kalau mbak harus kembali ke Taiwan lagi, karena begitu kamu wisuda ... ayah akan menikahkanmu dengan mas Irgi. Mbak saat itu marah pada ayah, mbak lelah harus menjadi tulang punggung keluarga. Saat itu, mbak sudah menyarankan ayah agar menjual sapi dan beberapa lahan saja sebagai modal
Terakhir Diperbarui: 2023-07-29
Chapter: 5. Sumpah Ibu Pada Mbak Ina."Ga ada orang? Lah, tadi Una ngomong sama siapa?" tanya ku pada Mbah Juju."Hmmm, awas demit tho Na, mbok yo kamu pake ramah aja sama semua makhluk. Kamu ga curiga gitu," sahut Mbah Juju.Aku hanya menggeleng, seketika bulu kudukku meremang."Ih, kok seketika Una jadi merinding, ya!" tukaskuSejurus kemudian, aku memilih duduk di kursi kasir saja hingga pagi tiba.Beberapa warga mulai ke toko di saat subuh, Ibu-Ibu yang hendak mencuci ke sungai mulai berdatangan ke toko guna membeli sabun dan peralata mandi."Ndok, mbah mau sabun colek dua dan sabun mandi merk anu satu ya," ujar Mbah Tukiyem.Seorang sepuh yang kerap menjadi dukun beranak di kampung ini.Dengan cekatan, segera kuraih sabun sesuai permintaan Mbah Tukiyem."Mbah mau nyuci ya?" sapaku ramah.Mbah Tukiyem tersenyum sembari mengangguk pelan, "Nggeh, mbah mau mencuci kain jarik yang di pakai pasien mbah yang melahirkan di rumah mbah semalam," sahut Mbah Tukiyem."Tumben Mbah, lahirannya di rumah Mbah. Biasanya kan Mbah yang
Terakhir Diperbarui: 2023-07-29
Chapter: 4. Siapa Kang Mas? "Mbak!"Lelaki itu memanggilku dari kejauhan sembari melambaikan tangannya, senyumnya merekah membuat ketampanannya semakin terpancar."Mengapa lelaki itu terlihat semakin tampan, ya?" gumamku.Tak lama lelaki itu telah berada di depanku, masih dengan senyum manisnya."Mbak," ucapnya lagi."Bandi, kamu kok masih ga ganti baju sih, itu ga dimarahi yang punya kostum gitu?" tanyaku yang penasaran.Keningnya mengernyit, "Baju, Mbak? Wong ini baju saya dan cuma punya satu ini, apa baju ini ga buat sya ganteng gitu di mata Mbak? Kalo ga ganteng saya ganti baju dulu, tapi baju siapa, ya?"Bandi membuatku bingung, rasanya ingin berkata dirinya orang gila.Tak ingin pusing karena tingkah konyol lelaki itu, aku pun masa bodo padanya, nyatanya kini lelaki itu membawa sekantung kembang dan mulai memakannya di depanku.Aku hanya dapat menggelengkan kepalaku saja melihat tingkah tak biasanya.Malam semakin merangkak naik, angin semilir menusuk tulang, aku mengenakan jaket yang selalu ada dalam ta
Terakhir Diperbarui: 2023-07-29