Saat itu, keluarga Irena begitu panik dan bergegas membawa Musda ke rumah sakit.Musda melahirkan secara normal, bayi berjenis kelamin laki-laki itu begitu lucu dan sangat mirip Roy.Tangis Roy pecah kala menggendong bayinya pertama kali, tangannya gemetar begitu pun suaranya kala mengadzani sang bayi mungil.“Mbak, beri anak Roy nama. Kami berdua sudah sepakat agar Mbak Irena yang memberi nama untuk bayi kami,” ujar Roy.Irena yang tengah menggendong Alana, kini menyerahkan Alana yang manja pada Carlos sedang dirinya mendekat ke arah bayi yang menggeliat dalam dekapan Roy.“Ren, jangan lupa sematkan nama ayah.” Sosok lelaki yang kini menggendong Aldo, sempat-sempatnya mengingatkan sang anak agar menyematkan namanya.Irena mengangguk, “Tentu Ayah.”Wanita cantik itu mengusap pipi dan pucuk kepala bayi yang masih terpejam dan tenang dalam buaian sang ayah.“Ada nama yang ingin disematkan dari kalian?” tanya Irena pada Roy dan Musda.“Muhamad, Roy dan Musda berharap Mbak menyematkan jug
Di Jakarta, kehidupan keluarga Moon berubah ketika Irena dan Carlos memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah lama tinggal di Jerman. Kembali ke tanah air bukanlah keputusan yang mudah bagi Carlos, seorang dokter spesialis yang bekerja di salah satu rumah sakit terkenal di Jerman. Namun, permintaan dari orang tua Irena agar mereka pulang dan menetap di Indonesia menjadi dorongan utama untuk perubahan besar ini. Meski Carlos sempat ragu, kecintaannya pada keluarga membuatnya akhirnya setuju untuk bekerja di rumah sakit swasta di Jakarta. Irena, seperti biasa, tetap menjadi ibu rumah tangga. Itu adalah kesepakatan yang dibuat sejak awal pernikahan mereka, sebuah perjanjian yang Carlos pinta agar Irena dapat lebih fokus pada Alana, anak mereka. Namun, kehidupan baru di Indonesia membawa beberapa pertanyaan dalam benak Alana, yang kini beranjak sepuluh tahun. Di sekolahnya yang baru, Alana berteman dengan Aldo Moon, seorang anak laki-laki yang bersekolah di tempat yang sama. Kebetula
Bersama dalam mengarungi rumah tangga dan tampak selalu bahagia depan pasangan, ternyata tak membuat kata jenuh terhalang oleh cinta yang terucap. (Irena, dalam Pengabdian Terakhir Seorang Istri)_____"Aku tak mau bercerai, Mas! Aku tak mau!" Saat itu wanita yang perlahan bangkit dari duduknya menatap sendu wajah pria yang meneteskan air mata."Tapi aku ingin bahagia. Aku ingin bahagia, Irena!" pekik sang pria."Aku juga ingin bahagia Mas, kita bisa wujudkan itu bersama!" Wanita yang semula memegang perutnya, kini membelai pipi pria yang masih berstatus suaminya itu."Tiga bulan saja Mas, beri aku waktu tiga bulan untuk membuatmu yakin jika aku bisa berubah dan menjadi jalan pulangmu. Biarlah, tiga bulan itu menjadi pengabdianku yang terakhir sebagai istrimu. Kumohon Mas, setelah itu silakan ceraikan aku dan menikahlah dengan wanita yang kau ingin," pinta sang istri.Ya, tiga bulan yang membuat sang suami merasa jika apa yang dilakukannya salah. Tiga bulan yang membuat hatinya kem
LIMA TAHUN RUMAH TANGGA KAMI BAHAGIA, TIBA-TIBA SUAMI MENGAJUKAN PERMOHONAN TALAK. KUKIRA KARENA TAK KUNJUNG HADIRNYA BUAH HATI, TERNYATA ....PTSI 2“Apa ini?” Baru saja Irena hendak membuka semua lampiran itu, ponselnya berdering. “Ya, hallo!” Senyum wanita itu berkembang kala ternyata sang suami yang menelpon.“Irena, tolong antarkan file yang ada di atas meja kerjaku. Aku butuh untuk meeting siang ini,” tukas sang suami, Fandi.“Ah, iya! Ini juga lagi bersiap. Kebetulan menyiapkan bekalmu dan ini … apa ini, banyak kertas berserakan. Aku sedang membersihkannya.” Irena memilih memasukkan semuanya ke dalam tas.“Aku berangkat sekarang, Sayang. Tunggu sebentar lagi,” sanggup Irena.Panggilan itu pun diakhiri, Irena bergegas turun dan meraih kotak makan untuk sang suami yang sudah disiapkannya.Wanita itu sudah yakin tampak cantik, penampilannya memang tak perlu diragukan lagi. Cantik, manis, seorang pengusaha sukses, dan memiliki suami yang dia cinta. Hanya tinggal satu yang belum di
LIMA TAHUN RUMAH TANGGA KAMI BAHAGIA, TIBA-TIBA SUAMI MENGAJUKAN PERMOHONAN TALAK. KUKIRA KARENA TAK KUNJUNG HADIRNYA BUAH HATI, TERNYATA ....PTSI 3“Duh, pusing! Kenapa sekarang mudah pusing ya?” Irena yang sudah selesai menata meja makan ditemani sang pembantu, kini masuk ke kamar dan duduk di depan meja rias.“Pucat sekali aku,” ucapnya lagi.Baru saja dirinya hendak mengenakan lipstick, tiba-tiba perutnya bergejolak dan Irena bergegas ke kamar mandi untuk muntah.“Kenapa aku? Apa aku—” Matanya terbelalak dan bergegas membuka kotak obat di dekat wastafel kamar mandinya.Diraihnya alat tes kehamilan, saat itu … jantungnya berdegup kencang. “Apa aku hamil? Apa aku hamil?” Berulang kali wanita cantik itu memejamkan mata lalu membukanya kembali untuk memastikan apa yang terjadi.Tangannya gemetar kala meraih benda tersebut, hingga senyumnya begitu lebar kala melihat garis dua yang artinya dia sedang mengandung.“Aku kasih tahu Mas Fandi sekarang, apa—” Wanita itu langsung meraih kota
LIMA TAHUN RUMAH TANGGA KAMI BAHAGIA, TIBA-TIBA SUAMI MENGAJUKAN PERMOHONAN TALAK. KUKIRA KARENA TAK KUNJUNG HADIRNYA BUAH HATI, TERNYATA ....Irena amat menyukai musik, jadi jika sedang melakukan sesuatu … musik adalah hal yang akan menemani kegiatannya.Seperti saat ini, sepulangnya sang ibu. Irena langsung masuk ke kamar dan berdandan cantik, ditatapnya hasil pemeriksaan berupaUSG yang masih samar terlihat. Ternyata, kehamilannya sudah masuk minggu ke delapan.“Mas, penantian kita di tahun kelima. Akhirnya hadir juga, aku semakin mencintaimu, Mas!” Irena memeluk baju tidur sang suami yang disediakannya.Memang, saat ini sudah memasuki jam petang. Jam di mana Fandi akan pulang kerja.“Ah, iya! Ruang kerjanya belum dibersihkan.” Wanita cantik yang selalu mengusap perutnya itu, kini melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.Irena merapikan, hingga tak menyisakan sebutir pun debu di sana.Saat dirinya hendak meraih gelas kosong di meja. Irena tak sengaja menyenggol keyboard sehingga
LIMA TAHUN RUMAH TANGGA KAMI BAHAGIA, TIBA-TIBA SUAMI MENGAJUKAN PERMOHONAN TALAK. KUKIRA KARENA TAK KUNJUNG HADIRNYA BUAH HATI, TERNYATA ....“Sayang, ini gak—” Fandi meraup wajahnya kasar, napasnya terdengar panjang terhela.“Aku—” Kini ditatapnya Irena yang luruh di lantai sembari memegang perutnya.Andai Fandi tahu, saat ini Irena mengandung anaknya.“Apa kurangku, Mas? Apa karena kita belum punya anak?” Irena mencecar Fandi.Fandi sendiri tak tahu harus berkata apa, sebenarnya rasa sesal itu ada sudah terburu-buru mengajukan permohonan talak tersebut. “Apa karena status sosial kita? Yang menurutmu tak sepadan ini?” Irena terus menduga-duga.Fandi hanya dapat memeluk Irena erat, dirinya berulang kali meminta maaf.“Maaf, sepertinya aku lelah dengan kehidupan kita. Bisa dibilang karena status sosial kita yang berbeda. Aku dan kamu bagai langit dan bumi,” alasan Fandi.“Kenapa kamu gak bertanya sama aku, Mas? Kenapa tak dibicarakan hal seperti ini? Padahal, andai engkau membawa a
LIMA TAHUN RUMAH TANGGA KAMI BAHAGIA, TIBA-TIBA SUAMI MENGAJUKAN PERMOHONAN TALAK. KUKIRA KARENA TAK KUNJUNG HADIRNYA BUAH HATI, TERNYATA ....Hari itu, hidup keduanya terasa kelabu, seperti cuaca pagi ini. Mendung, meski tak pula hujan.Keputusan keduanya adalah kembali bersama, dan Fandi akan mengakhiri semua dengan Indah.“Mas berangkat kerja dulu.” Dikecupnya kening Irena. Di mana sang istri masih berbaring tak bersemangat untuk melakukan aktifitas.Matanya sayu, sembab.Irena mengabaikan panggilan sang suami saat dirinya akan berangkat kerja.Wanita cantik itu terus mengusap perutnya yang rata.“Maafkan bunda, Sayang. Kehadiranmu diiringi tangis pilu bunda.” Irena kembali melow, wanita hamil itu memang sedang sensitif perasaannya.*Fandi menghela napas kala mengetahui Indah yang tak masuk kerja.“Ke mana dia?” tanya Fandi para anak magang lain.Tentunya mereka mengetahui hubungan Indah dan Fandi.“Katanya sih sakit,” jawab sang anak magang itu.Fandi meraup wajahnya kasar, dir