Share

PTSI 20

“Pelan-pelan jalannya. Agak licin dan berbatu. Ya begini jalan di kampung, Nak Mantu. Biasakan aja ya.” Ibu mertua Irena menggenggam erat tangan Irena agar tak jatuh.

Di belakang ada Fera dan Fafa, keduanya menggendong anak kembar Fera. Meski sepanjang jalan Fafa menggerutu karena susah untuk membalas pesan dari kekasihnya.

“Sini, sama saya saja.” Irena hendak menggendong Naya, adiknya Nayla. Anak kembar Fera.

“Gak usah Mbak, biar Fafa aja. Ini sengaja ngambekan biar dapat jatah jajan lagi dari Mbak Fera, masa’ Mbak Irena terus yang ngasih jajan.” Fafa melirik Fera yang siap mencubit pipinya.

“Kerja makanya, gunain tuh gelarmu yang banyak ‘S’-nya itu. Lulus kok bukannya cari kerja malah pacaran aja Mulu,” gerutu Fera.

Irena hanya bisa tersenyum mendengar Fera dan Fafa saling sahut.

“Sudah, biarin aja mereka,” bisik ibu mertuanya.

Pengajian itu dihadiri oleh hampir ibu-ibu di kampung, mereka ada yang sambil menyuap anak makan, ada yang menyusu1, ada yang menenangkan anak yang rewel dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status