Rangga terlahir sebagai anak yang bertubuh lemah sehingga tidak becus belajar silat. Bapaknya mengirimnya belajar di Padepokan Mpu Waringin. Ketika belajar di Padepokan Mpu Waringin, terjadi peristiwa pembunuhan terhadap Mpu Waringin dan hilangnya Kitab pusaka perguruan Sang Hyang Agni. Rangga dituduh membantu Gondo Kakak seperguruannya melakukan pembunuhan dan mencuri Kitab Sang Hyang Agni. Terancam akan dibunuh oleh para murid Mpu Waringin, Rangga melarikan diri dari padepokan. Saat terjebak di tengah hutan, sampailah Rangga di komplek makam kuno disebuah tempat yang dikenal sebagai Lembah Hantu. Mbah Janti penunggu lembah hantu dan komplek makam itu telah menyelamatkan nyawanya. Kedatangannya di Lembah Hantu dan pertemuan dengan Mbah Janti pada akhirnya akan mengubah jalan hidupnya. Dalam pengembaraannya, pertemuannya dengan Pendekar Raja Racun akhirnya membuka tabir siapa dirinya sebenarnya.
Lihat lebih banyakRangga belum sempat melihat siapa pelakunya tiba-tiba saja tubuhnya dihantam oleh ombak besar sehingga tubuhnya terpental. Rangga berusaha bangun namun hantaman air gelombang kedua mengenai tubuhnya kembali. "Wuuur wuuur!" Rangga kembali terjatuh setelah dihantam gulungan air. Diliriknya Hasta, ternyata pemuda juga bernasib sama seperti dirinya. Hasta juga jatuh bangun dihantam gelombang air. Hasta yang marah berteriak memaki "Hei perempuan nyinyir, pergilah jangan ikut campur urusan kami! Pergi saja ngurus anak dan suamimu!" Perempuan itu melompat ke arah Hasta "Sembarangan ngomong, aku belum punya suami dan anak!" Sekarang Rangga dapat melihat jelas perempuan itu. Dia seorang perempuan muda yang cantik. Berpakaian serba biru dengan kain batik warna biru indigo. Hasta tersenyum mengejek "Ooh belum punya suami. Pantas saja tidak laku wajahmu juga tidak cantik. Mana ada pemuda yang mau menjadikan kamu isteri. Ha ha ha ha." Tiba-tiba semburan air masuk ke mulut Hasta yan
Sambil berjalan Rangga bertanya pada Resi Raju. "Siapa nama pemimpin pandhita di Sywagrha sekarang?"tanya Rangga. "Sekarang Sywagrha dipimpin oleh Pandhita Kanwa."Seorang gadis berjalan membawa sesaji di atas kepala. Tampaknya dia juga ikut mempersiapkan upacara Hari saraswati. Rangga bertanya pada gadis pembawa sesaji. "Dimana Pandhita Kanwa?" Gadis itu menunjuk ke arah satu bangunan candi yang tertinggi. "Beliau ada di sebelah sana di candi Sywa."***** Di candi Sywa terlihat ada seorang pria tua berpakaian serba putih sedang berbincang bersama orang-orang yang mempersiapkan keperluan upacara. Saat Rangga dan Resi Raju tiba di candi Sywa, mereka langsung mendatangi Pandhita Kanwa. "Rahayu Pandhita Kanwa,"ucap Resi Raju dan Rangga. Pria berpakaian serba putih itu menoleh lalu bertanya "Siapa kalian? Sepertinya anda datang dari india?"tanyanya.Suara Pandhita Kanwa begitu lembut dan menenangkan seperti alunan suara doa. "Ya, kami datang dari India. Saya datang bers
Sementara Rangga langsung menyabetkan pedang menyambut serangan lawan. Kembali terdengar bunyi senjata beradu. "Traang traaang traaang....sreeet!" Musuh mencoba menggaet pedang Rangga, namun Rangga segera menarik pedangnya. Percikan api meletik kala pedang dan clurit beradu. Rangga mundur beberapa langkah, kali ini Rangga menyadari, kemampuan lawannya tidak bisa disepelekan, dia harus berhati-hati jika masih ingin hidup. Musuh kembali mengayunkan clurit menebas ke arah wajah Rangga. Rangga berkelit menjauhi serangan sambil menangkis dengan pedangnya. Kali ini musuh menyabetkan clurit lebih cepat dari serangan awal. Makin lama serangan itu makin cepat. Clurit musuh seolah berada di mana-mana sehingga Rangga sulit membedakan mana clurit yang asli mana yang bayangan. Merasa kesal Rangga juga menambah kecepatan dua kali lebih besar daripada tadi. Kali ini musuh mulai terlihat kewalahan. Rangga yang ingin segera menyelesaikan pertarungan melihat ada celah di serangan lawan. Pedangny
Rangga sesekali melirik ke arah dua orang tadi. Keduanya masih ada di sana sibuk dengan hidangan di depannya. "Kamu dan aku sama-sama pendatang baru di dunia persilatan. Tapi kalau ada kejadian seperti ini, siapa dan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mengincarku atau mengincarmu terkait dengan Bapakmu di masa lalu,"ucap Rangga."Entahlah, Bapak tidak pernah terbuka dengan masa lalunya.""Kami tidak pernah bertemu atau berseteru dengan sekte Bulan Sabit Emas. Aku curiga, setelah kejadian Nyai Wijil, bisa jadi mereka sedang mengincar pusaka yang kalian miliki. Pedang Inti Air dan Kapak Setan,"tambah Blandhong."Ya tapi kami kan bukan pendekar terkenal. Masa berita tentang pusaka ini sudah tersebar?"tanya Rangga.Blandhong terbahak mendengar pertanyaan Rangga.kalian"Ha ha ha ha kaliang ini lugu sekali. Rangga, berapa kali pedangmu kamu gunakan di depan banyak orang? Ketua, Kapak Setan dalam gembolanmu itu juga menarik perhatian para pemburu pusaka. Apalagi saat berada di pengina
Hasta sedang minum tuak di kapalnya berdama Tunggul dan Gembong saat Rama datang melapor."Kangmas Hasta, sepertinya kali ini lawanmu berat. Rangga ternyata bersahabat dengan Gerombolan Kapak Setan, gerombolan perampok yang paling ditakuti di Pajang.Hasta mengerutkan keningnya, dia baru saja mendengar nama gerombolan Kapak Setan."Ah, masa sih aku belum pernah mendengar kehebatan mereka di Timur,"ucap Hasta dengan nada meremehkan.Rama tersenyum melihat sikap Hasta yang memang suka merendahkan orang."Tapi kalau kamu tahu ilmu andalan mereka, pasti kamu juga menginginkan pusaka Kapak Setan itu. Dulu Liman adalah pemimpin mereka dengan senjata andalannya kapak setan. Di tangan Liman, kapak itu menjadi sebuah kapak yang bahkan mampu membelah bumi,"ungkap Rama."Ah, itu pasti cuma dongeng saja. Memangnya kamu pernah melihat sendiri kehebatan kapak itu?"tanya Hasta sambil menenggak tuaknya.Rama menggeleng"Belum pernah, aku mendengarnya dari Bapakku. Saat itu Liman ketua mereka masih ma
Sebuah kapal besar dan mewah tampak bersandar di dermaga. Pemilik kapal itu pastilah seorang bangsawan atau pedagang kaya. Terlihat Hasta yang berdiri di geladak kapal, sedang melihat kesibukan di pelabuhan Pajang. Di sebelahnya kirinya berdiri Tunggul sahabat sekaligus pengikutnya. Sedangkan di sebelah Tunggul seseorang yang berpakaian seperti pendekar ikut berbincang bersama Hasta. Saat mereka sedang asyik berbincang, Gembong naik ke kapal dengan tergesa-gesa, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan."Gembong, kamu ini kenapa?"tanya Hasta heran."Huuh, aku melihat bocah itu berada di sini juga. Kukira dia sudah mati, tapi ternyata dia masih hidup."Hasta mengerutkan keningnya dan bertanya"Siapa bocah yang kamu maksud?""Rangga, dia ada di sini!""Lho, mau apa dia kemari?"tanya Hasta terkejut."Sudahlah Kangmas Hasta, kedatangan kita ke Pajang ini kan untuk menemui Bhre Pajang lalu menyampaikan surat perintah dari Gusti Ratu Tribuana agar Bhre Pajang mewakili Gusti Ratu T
Rangga belum melihat sosok Nyai Wijil namun suaranya seolah-olah begitu dekat dengan mereka. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berkelebat di udara. Dari arah belakang perahu muncul Nyai Wijil. Kali ini Rangga terkagum-kagum dengan ilmu meringankan tubuhnya. Nyai Wijil melompat ke sungai. Saat akan mendarat di air, kakinya menutul air sungai laku melompat lagi, bagai berjalan di atas air.Setelah dengan perahu, wanita itu langsung melompat ke dalam perahu."Wijil, kenapa kamu tidak pernah berhenti mengganggu hidupku?"Nyai Wijil melihat ke arah Dhesta yang sedang terbaring di perahu dengan tatapan penuh kebencian."Itu anakmu dengan penari murahan itu kan?"Tapi Liman pura-pura tak mendengar, dia menghadang Nyai Wijil."Dia terkena racun Lali Jiwo milikmu, berikan obat penawarnya!""Aku mau memberikan penawarnya tapi dengan satu syarat!"Liman tertegun, matanya menatap curiga pada Nyai Wijil."Apa yang kamu inginkan dariku?""Tinggalkan penari murahan itu dan ikutlah dengank
"Dhesta!"seru Rangga cemas."Rangga, Dhesta keracunan, aku sudah berusaha mengeluarkan racunnya dari paru-parunya.Tapi hanya sedikit yang berhasil keluarkan."Mendengar suara yang yang sangat dikenalnya, Rangga segera menghampiri orang itu menyapanya."Ki Liman, anda di sini?"Liman tersenyum dan mengangguk, lalu dengan nada cemas dia berkata."Anakku satu-satunya yang selama bertahun-tahun tidak pernah keluar kampung. Tiba-tiba saja meninggalkan rumah pergi merantau. Tentu saja aku sangat mencemaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menyusulnya kemari. Ternyata firasatku benar, pantas saja hatiku tidak tenang. Racun ini hanya orang-orang dari sekte ular hijau yang punya obatnya.""Ya, biar saya coba mengobatinya semoga saja berhasil. Tadi dia terkena asap beracun yang ditiupkan dari lubang di jendela itu. Saya tidak tahu racun jenis apa itu."Rangga segera mengeluarkan peralatannya dan mulai memeriksa Dhesta. Pemuda itu masih pingsan, wajahnya sudah mulai membiru.Celaka, racun itu tel
Para pengeroyoknya terperangah melihat Rangga yang dengan santainya berdiri di atas dahan pohon Hujan yang lemah. Rangga tampak anteng dan tenang di atas dahan pohon. Tak sekalipun dia terlihat kerepotan menjaga keseimbangan. Sesekali tubuhnya bergerak mengikuti gerakan dahan yang terkena angin. Orang-orang itu tersadar, kali ini lawan yang mereka hadapi bukanlah lawan sembarangan. Kini mereka semakin waspada terhadap lawannya. "Hei, jangan cari aman sendiri di atas pohon. Kalau kamu memang pemberani, turunlah lawan kami di bawah!" Rangga berkelebat turun dari pohon lalu berseru. "Ayo majulah, lawan aku!" Para pengeroyoknya langsung menyerang Rangga. Pedang Inti Air berkelebat menangkis serangan mereka. Tenaga dalam sudah dikerahkan ke tangan Rangga, lalu pedangnya membuat gerakan memotong. "Traang traang traang!" "Klontrang klontraang!" Terdengar bunyi besi jatuh disusul bunyi teriakan kematian. "Aaaarrrrghh....aaarrgh....aaargh!" "Bruuuk...bruuuk...bruuuk!" Tubuh para p
Hari ini hari pertama Rangga datang ke Padepokan Sekar Jagad milik Mpu Waringin untuk belajar silat. Dengan diantar oleh Jalu murid senior di padepokan, tibalah mereka di sebuah ruangan besar berlantai paving terakota yang disusun rapi dengan tikar pandan tergelar di atasnya. Beberapa murid menoleh ke arah Jalu dan Rangga, sedangkan yang lainnya acuh tak acuh asyik rebahan bersantai di tikarnya setelah seharian beraktivitas. Jalu menunjuk ke sudut ruangan. "Ini ruang tidurnya, di pojok sana masih ada tempat kosong." "Baik Kangmas, terimakasih,"jawab Rangga. Rangga berjalan menuju pojok kamar sambil membawa buntelan pakaian ganti melewati beberapa murid yang sudah tiduran di atas tikar. "Permisi, permisi numpang lewat." Tiba-tiba, Rangga merasa keseimbangannya hilang. "Brruuuk," Rangga jatuh tersungkur, seseorang telah menjegal kakinya. "Ha ha ha ha....si anak manja jatuh. Aduuh kasian kamu...sakit ya," Hasta salah satu murid di padepokan dan teman-temannya menertawaka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen