Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 7 Rahasia Makam Kuno2

Share

Bab 7 Rahasia Makam Kuno2

Author: Freya
last update Last Updated: 2024-11-17 22:11:13

Suasana malam itu berubah, gundukan tanah dengan batu nisan itu menghilang. Sementara di depannya sedang berlangsung pertarungan yang sengit antar pendekar. Jarak Rangga dengan para pendekar itu cukup dekat hanya berjarak sekitar lima meter saja.

Seorang pendekar yang berpakaian seperti seorang Resi berteriak lantang. Suaranya menggelegar bagai petir mengalahkan suara teriakan pertarungan.

"Sekar kembalikan Kitab Sang Hyang Agni kepada kami. Najis jika kitab itu dipegang manusia sesat macam kalian!"

Terdengar suara wanita yang melengking lantang menusuk telinga. Membuat para pendekar lainnya menutup telinga mereka.

"Ha ha ha ha kamu mimpi Dharmaja, kalahkan dulu para pendekar di sini, baru aku ikhlas menyerahkan kitab ini kepadamu!"

Setelah itu terdengar suara pertarungan sengit.

"Siapa itu Mbah?"

"Dia Resi Dharmaja, salah satu pendeta di Sywa Grha yang diutus merebut kembali kitab itu. Sekarang diamlah, kamu sedang melihat peristiwa duapuluh tahun yang lalu,"tukas Mbah Janti.

Rangga terkejut mendengar penjelasan Mbah Janti.

"Tapi bukankah para pendekar itu sudah mati?"tanya

"Arwah mereka masih gentayangan di sini Rangga. Setiap malam Anggoro Kasih mereka akan menampakan diri seperti ini.

Rangga masih akan bertanya lagi, namun tiba-tiba sebilah pedang dari salah satu pendekar yang bertarung menyambar wajahnya.

"Sreeeet."

Rangga dapat merasakan kesiur angin yang menerpa wajahnya. Dia ingin menghindar namun jarak pedang dan wajahnya begitu dekat sehingga dia sudah tidak bisa menghindar lagi. Rangga memejamkan mata pasrah menghadapi sambaran pedang.

Sejurus kemudian Rangga membuka matanya, ternyata dia masih berada di komplek kuburan kuno.

Rangga tak percaya dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Dipegangnya wajah dan tubuhnya lalu berseru gembira.

"Aku masih hidup...aku masih hidup!"

Mbah Janti tertawa melihat tingkah Rangga.

"Ha ha ha ha, jangan takut pedang mereka tidak akan bisa melukaimu. Mereka hanyalah bayangan yang hanya akan muncul pada malam-malam tertentu."

Rangga kembali menonton pertarungan, tiba-tiba sebilah pisau terbang melayang le arah wajahnya.

"Sreeet."

Sekarang Rangga tidak lagi memejamkan matanya. Dia dapat melihat pisau itu menembus kepalanya namun dia sama sekali tidak merasa sakit atau terluka. Pisau itu hanya seperti bayangan saja.

"Mbah, ternyata pisau ini tidak dapat melukaiku."

"Tentu saja Rangga, karena mereka hanya bayangan dari masa lalu. Bahkan jika kamu masuk di tengah mereka, kamu tidak akan tersentuh dan kamupun tidak dapat menyentuh mereka. Energi-energi mereka yang tersisa di sini masih sangat kuat. Hal itulah yang memudahkan kita untuk melihat kembali apa yang mereka alami di sini sebelum mati."

"Aku mau mencoba berada di tengah mereka!"

Rangga berdiri dari duduknya dan langsung berlari ke gelanggang. Saat di tengah gelanggang, para pendekar itu sama sekali tidak mempedulikan keberadaan Rangga.

Dia mencoba menyentuh salah satu pendekar, namun tangannya hanya menyentuh angin.

Benar kata Mbah Janti, mereka hanya bayangan. Pantas saja tempat ini dianggap angker, batin Rangga.

Tiba-tiba Rangga melihat kabut tipis mulai turun di tengah gelanggang pertempuran.

"Rangga, cepat kemari!"seru Mbah Janti.

"Ada apa Mbah?"

Rangga berlari menghampiri Mbah Janti yang memberi tanda untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu lihat apa yang mereka lakukan setelah kabut itu turun."

Rangga dan Mbah Janti dengan berdebar menunggu apa yang terjadi. Saat gelanggang sudah dipenuhi kabut yang pekat, suasana makin mencekam. Suara pertarungan dan denting senjata mendadak berhenti. Suasana yang hening dan sepi membuat komplek pemakaman di tengah hutan itu semakin mencekam.

"Mbah, mengapa mereka berhenti bertarung, apa sudah selesai?"

"Ini belum selesai,"tukas Mbah Janti.

Tak lama kemudian dari gelanggang pertarungan yang tertutup kabut pekat, terdengar suara teriakan kesakitan bersahutan dari berbagai penjuru. Suara itu begitu memilukan seperti jeritan kematian membuat suasana malam itu semakin menyeramkan.

Rangga tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di gelanggang pertarungan karena kabut yang turun begitu tebal.

"Mbah, apa yang mereka lakukan di dalam kabut?"tanya Rangga ketakutan.

"Nanti juga kamu tahu sendiri,"jawab Mbah Janti.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya suara teriakan itu semakin berkurang dan akhirnya lenyap. Suasana kembali hening dan kabut berangsur mulai menipis.

Seiring dengan menipisnya kabut, perlahan mulai terlihat pemandangan mengerikan di depan mata. Para pendekar itu semua sudah mati, darah menggenang membanjiri gelanggang pertarungan.

Rangga merasa takut sekaligus ngeri

"Mbah, mereka semua mati. Apa yang terjadi pada mereka?"

"Para pendekar itu bunuh diri karena kabut gaib yang dikirim oleh Dewi Sekar."

"Oh, jadi kabut gaib yang mempengaruhi pikiran mereka?"tanya Rangga.

Mbah Janti mengangguk

"Ya, dengan ilmu hitamnya Sekar mengundang demit piaraannya untuk mempengaruhi pikiran para pendekar sehingga mereka berpikir bahwa mereka telah menghabisi lawannya tapi sebenarnya mereka bunuh diri."

Sebuah bayangan putih berkelebat,seorang wanita berpakaian serba putih turun di tengah gelanggang. Dia memeriksa situasi di sekelilingnya, sesekali membungkuk memastikan apakah para pendekar itu sudah mati. Lalu dia berseru lantang dengan nada sombong.

"Huuh kalian para pendekar berilmu rendah bermimpi ingin merebut Kitab Sang Hyang Agni dariku. Sekarang rasakan akibatnya jika melawanku!"

"Itu Sekar,"bisik Mbah Janti.

Di bawah sinar bulan Rangga dapat melihat wanita itu cantik tapi ada aura menyeramkan yang melingkupinya.

Usai berujar memaki para pendekar itu, Dewi Sekar berkelebat pergi meninggalkan gelanggang.

Setelah Dewi Sekar pergi, perlahan penampakan jasad-jasad yang berserakan di komplek kuburan itu semakin kabur kemudian perlahan menghilang dari pandangan.

Mbah Janti memecah keheningan di antara mereka.

"Ngger, kamu sudah melihat peristiwa duapuluh tahun yang lalu saat mereka memperebutkan kitab Sang Hyang Agni. Jauh di masa sebelumnya ketika Gusti Prabu Jayabaya berkuasa, di tempat ini juga pernah terjadi perebutan kitab Sang Hyang Agni."

"Kenapa peristiwa itu selalu terjadi di tempat ini?"tanya Rangga.

"Tempat ini dulunya adalah padepokan Sekte Bhairawa. Pendirinya adalah Nyi Lendi salah satu murid Calon Arang yang melarikan diri ketika Calon Arang dibunuh oleh Mpu Barada penasehat Gusti Prabu Airlangga. Nyi Lendi punya kesaktian yang mampu mengubah liur menjadi api,"tutur Mbah Janti.

"Apakah Nyi Lendi menguasai ilmu Sang Hyang Agni?"tanya Rangga.

Mbah Janti mengangguk

"Kemungkinan begitu, setelah keruntuhan Kerajaan Medang, tidak ada lagi yang melindungi para pendeta di Sywa Grha. Bisa jadi mungkin pada akhirnya Calon Arang yang menguasai kitab itu dan diwariskan pada Nyi Lendi atau Nyi Lendi yang merebutnya dari orang lain aku tidak tahu persis. Yang aku tahu akhirnya Kitab Sang Hyang Agni dikuasai padepokan kami.

"Tapi bagaimana ceritanya kitab itu bisa dikuasai guru saya Mpu Waringin?"

Mbah Janti mendengus wajahnya terlihat kesal.

"Adik sepupuku Dewi Sekar adalah Ketua Padepokan Sekte Bhairawa yang terakhir. Tapi dia bodoh, mau saja dia dirayu Waringin licik. Sehingga akhirnya Waringin menguasai ilmu Sang Hyang Agni dan menjadi pendekar tanpa tanding lalu mendirikan padepokan Sekar Jagad."

Kali ini Rangga merasa gerah mendengar gurunya direndahkan Mbah Janti. Dia ingin marah tapi karena Mbah Janti sudah menolongnya dia tak enak hati jika harus melabrak Mbah Janti.

"Mbah, ada masalah apa antara anda dan guru saya sehingga anda begitu membencinya? Setahu saya Mpu Waringin adalah pendekar golongan putih, dia orang baik,"protes Rangga

Mbah Janti mendengus lalu menatap Rangga dengan pandangan mengejek

"Huuh kamu pikir Waringin itu orang baik? Dia itu dimasa mudanya dikenal sebagai Durjana Pemetik Bunga. Kamu tahu apa artinya itu?"

Rangga menggeleng.

"Saya tidak tahu."

"Itu artinya dia orang yang suka main perempuan. Asal ada yang cantik tak peduli isteri orang, pendeta atau gadis dia sikat setelah itu ditinggal."

Rangga seketika terdiam tak berani protes lagi. Malam semakin larut, udara malam semakin dingin membuat Rangga sedikit menggigil. Tapi anehnya Mbah Janti yang hanya memakai kain dan kemben penutup dada sama sekali tak terlihat kedinginan.

Mbah Janti tertawa melihat Rangga menggigil kedinginan.

"Ha ha ha baru di luar sebentar sudah kedinginan. Sini aku buka cakramu supaya kamu bisa menghangatkan tubuhmu dengan tenaga dalam."

Rangga mendekati Mbah Janti lalu duduk membelakanginya. Mbah Janti mulai menotok beberapa bagian di punggungnya. Tapi ketika menotok jalan darah di punggung bawah Mbah Janti menarik tangannya lalu berkata,

"Aku tidak bisa membuka cakra tenaga dalammu. Ada sesuatu yang menyumbatnya. dan aku tidak tahu cara membukanya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Andres Dycka Shyap
.tamatkahh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 8 Cakra Tenaga Dalam

    "Anda tidak usah membuka cakra tenaga dalam saya Lagipula saya tidak berminat belajar silat. Sebaiknya kita pulang saja Mbah, saya juga sudah lelah dan mengantuk.""Ya ya ya kita pulang, Simbah lupa kalau kamu sebenarnya masih sakit."Mereka berdua kembali menyusuri jalan setapak pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Rangga yang sudah lelah segera merebahkan dirinya di tikar. Namun udara gunung yang dingin membuatnya sulit tidur.Dicobanya memejamkan mata sambil berhitung sehingga lama kelamaan akhirnya dia mulai mengantuk. Antara sadar dan tidak sadar, saat dirinya sudah setengah terlelap, ada satu sosok pria berpakaian serba putih seperti seorang Resi menghampirinya.Resi itu membangunkannya dengan lembut. Saat Rangga membuka matanya, Resi itu tersenyum ramah lalu berkata "Ngger, tadi aku melihatmu bersama Janti di sana."Rangga mengucek-ucek matanya, dia merasa aneh dengan kehadiran seorang Resi secara tiba-tiba di kamarnya. Dia hantu apa manusia? Bagaimana dia bisa masuk kemari?

    Last Updated : 2024-11-18
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 9 Kalung Tujuh Batu Cakra

    "Mbah, saya kan tidak berbakat, kenapa Simbah malah memilih saya?" Mbah Janti tersenyum.memandang Rangga lalu menepuk bahunya. "Karena hatimu baik dan kamu cerdas. Simbah percaya setelah ini kamu mampu mengatasi kesulitanmu membuka cakra tenaga dalam. Sekarang duduklah dan ikuti perintahku, aku akan mencoba lagi membuka cakra tenaga dalammu." Rangga duduk bersila sedangkan Mbah Janti berdiri di depannya. "Sekarang kamu hirup udara dalam-dalam dan hembuskan melalui mulut perlahan." Ini persis seperti yang diajarkan Resi Dharmaja, batin Rangga. Karena sebelumnya sudah pernah melakukannya, Rangga tidak menemui kesulitan melakukannya. Mbah Janti lalu duduk di belakang Rangga menempelkan tangan di punggung Rangga. Tapi hanya dalam hitungan detik Mbah Janti menarik tangannya. "Cakra tenaga dalamu sudah terbuka, siapa yang membantumu membukanya?"tanya Mbah Janti dengan nada menyelidik. Rangga tertegun ternyata Mbah Janti sudah tahu, tapi dia masih tidak ingin menceritakan pert

    Last Updated : 2024-11-19
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Penunggu Sungai

    Rangga mendekapkan kitab Sang Hyang Agni ke dadanya lalu menatap Mbah Janti. "Mbah, saya berjanji akan mengembalikan kitab ini pada para pendeta di Sywa Grha setelah saya mempelajarinya. Tapi ajarkan saya membaca huruf Brahmi." Mbah Janti tampak lega mendengar pernyataan Rangga. Dia mengangguk lalu berkata. "Terimakasih Rangga sudah bersedia membantuku. Kitab ini memang sudah seharusnya berada di Sywa Grha. Jika kamu bertemu para pendeta Sywa Grha, sampaikan permintaan maaf kami dari sekte Bhairawa yang sudah menahan kitab itu di sini." Rangga mengangguk "Ya Mbah, saya akan sampaikan pada mereka." "Terimakasih Rangga, aku sudah lega. Sekarang aku akan mengajarkanmu cara membaca huruf Brahmi dan jurus-jurus Sang Hyang Agni." ***** Selama di Lembah Hantu, Rangga selain mempelajari ilmu sang Hyang Agni, Mbah Janti juga mengajarkan ilmu-ilmu dari sekte Bhairawa. "Rangga, aku juga mengajarkanmu ilmu dari Sekte Bhairawa. Bagi para pendekar golongan putih, ilmu ini adalah ilmu

    Last Updated : 2024-11-21
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 11 Minyak Bintang

    Rangga bergegas naik ke tepian sungai, sementara makhluk bersisik seperti ikan itu masih berada di dalam air. Seumur hidupnya belum pernah Rangga melihat wujud makhluk halus atau siluman apapun. Jadi ini adalah pengalamn pertamanya. Rangga berusaha membunuh rasa takut yang mulai menguasai dirinya. Dia mencoba menggertak makhluk di depannya. "Kalau kamu mencari gara-gara denganku, kamu bertemu dengan orang yang salah!" Usai berbicara, Rangga mulai menghimpun tenaga dalam di tangannya, lalu melontarkan sebuah pukulan jarak jauh ke arah makhluk itu. "Hyaaaa!"Rangga berteriak ketika melontarkan pukulan ke arah makhluk seram itu. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras seperti bom meledak "Blaaar!" Pecahan batu berhamburan di sungai. Makhluk seram itu ternyata tidak dapat dipukul, energi pukulan Rangga melesat menembus tubuh makhluk seram itu dan menghantam batu dibelakangnya. Terkesiap Rangga melihat upayanya gagal. "Ha ha ha ha ha, percuma saja kamu berusaha membunuhku man

    Last Updated : 2024-11-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 12 Jangan Buka Pintunya

    "Jadi Dewi Sekar sebenarnya masih hidup tetapi hanya berubah wujud? Tapi bukankah beliau sudah insyaf dan tidak lagi menganut aliran Bhairawa setelah menikah dengan Mpu Waringin?" Rangga serasa tak percaya, isteri Mpu Waringin menjadi budak iblis yang bisa menjelma sebagai siluman ikan. "Benar, memang dia sudah insyaf. Tapi sebelum dia mengenal Waringin, dia telah menggadaikan hidupnya pada Wastya, Raja Siluman Ikan yang menghuni sungai itu. Wastya menjanjikan kecantikan dan kehidupan abadi asal Sekar bersedia menjadi isterinya,"ungkap Mbah Janti. Mbah Janti menyorongkan cawannya yang sudah kosong pada Rangga "Ngger, tolong tuangkan wedhang jahenya." Rangga meraih poci lalu menuangkan wedhang jahe untuk Mbah Janti dan dirinya. Setelah menyeruput minumannya, Rangga bertanya, "Jadi Dewi Sekar akhirnya menikah dengan Wastya? Tapi bagaimana mungkin demit menikahi manusia? Bukankah Sang Hyang Widi melarang pernikahan antara manusia dengan demit?" Rangga hampir tak percaya ada man

    Last Updated : 2024-11-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 13 Permintaan Sekar

    "Ngger, apa yang kamu lakukan di sungai tadi sampai Sekar dan Wastya harus turun tangan sendiri membereskan semuanya?"tanya Mbah Janti. Rangga berusaha mengingat semua peristiwa yang dialaminya saat berendam di sungai. Rangga mencoba mengingat kembali apa saja yang dia lakukan saat itu. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Mbah, tadi waktu berendam di sungai aku...aku pipis," ucap Rangga lirih. "Haaah...kamu pipis di tengah sungai?" "Iya Mbah, aku pipis di tengah sungai," Rangga menundukan kepalanya. Dia merasa malu pada Mbah Janti. Mbah Janti menepuk jidatnya, "Astaga, kamu seharusnya tidak boleh pipis di tengah sungai krena di situlah kerajaan gaib Wastya berada. Aku lupa memberitahumu tadi, maafkan aku Ngger." Hadeeh Mbah...Mbah, Simbah yang lupa kasih tahu aku jadi kena masalah,pikir Rangga dengan hati kesal. "Lain kali kalau kebelet pipis, kamu pipis di tepi sungai, jangan di tengah. Ya sudah nggak apa-apa, besok akan kutemui Sekar untuk minta maaf dan membawakan se

    Last Updated : 2024-11-23
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 14 Cakra Kundalini yang Dahsyat

    Pagi itu matahari bersinar cerah namun udaranya sejuk segar dan tidak terasa panas.. Di bawah pohon bambu Rangga duduk di tikar bersama Mbah Janti. Dia mendengarkan dengan seksama Mbah Janti yang sedang membacakan isi kitab Sang Hyang Agni di lembar terakhir yang kini dikuasai Hasta. Sesekali Mbah Janti berhenti lalu Rangga mengulang lagi kata-kata Mbah Janti. Sampai menjelang siang, Rangga dan Mbah Janti mengakhiri aktivitasnya. "Bagaimana Rangga, kamu sudah hafal isi kitab di halaman terakhir?" "Saya masih belum lancar, tapi sebagian saya sudah hafal. Sebagian isi dari kitab itu sudah saya catat di lontar. Beri saya waktu untuk menghafalndan mencatatnya,"ujar Rangga. Mbah Janti mengangguk puas, bibirnya tersenyum. "Bagus besok kita mulai latihan tahap akhir. Pada tahap ini kamu harus berhati-hati. Salah mempelajarinya bisa fatal akibatnya," Mbah Janti mengingatkan. Rangga tertegun sejenak kemudian bertanya dengan hati-hati "Memangnya kenapa Mbah?" "Kalau kamu salah

    Last Updated : 2024-11-24
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 15 Barisan Penyesat Sukma

    Mbah Janti kembali masuk kamar membawakan makanan dan secawan ramuan herbal yang mengepul panas. "Minumlah ramuan ini supaya perutmu tetap hangat. Ini akan menjaga agar energi Kundalini tidak bergerak liar dan membuatmu sakit." Rangga segera meminum ramuan herbalnya setelah itu perutnya terasa hangat dan tubuhnya terasa lebih baik. "Mbah, kepalaku sudah tidak pusing lagi dan punggungku sudah mulai mendingin." "Rangga, jika kamu kepanasan lagi, bersandarlah di batang pohon atau berbaring di tanah. Itu akan menetralkan panas akibat energi Kundalini." "Jadi tanah dan kayu dapat menetralkan energi Kundalini?"tanya Rangga. "Ya, itu cara yang termudah, dan jangan lupa jaga supaya perutmu tetap hangat." ****** Semenjak berita tentang keberadaan Kitab Sang Hyang Agni tersebar si dunia persilatan, para pendekar berbondong-bondong menuju Lembah Hantu. Hari itu ada sekitar 50 orang pendekar dari berbagai tempat datang ke Lembah Hantu. Siang hari, rombongan pendekar sudah tiba di tep

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 110 Galau

    Gajah Mada tercekat, berita itu membuatnya sedih sekaligus marah. Seseorang telah membunuh Rangga."Hasta...siapa dia?"tanya Gajah Mada."Saya mencari informasi ke salah satu murid Mpu Waringin yang selamat. Ketika dia menyebut nama Hasta, saya langsung menyelidiki soal Hasta. Dia adalah salah satu Senopati di pasukan Araraman dan Ra Kembar adalah pamannya,"jawab Tudjo.Gajah Mada terkejut, tak menyangka Hasta ternyata adalah seorang prajurit Majapahit keponakan Ra Kembar. Gajah Mada yang murka langsung berujar"Kurang ajar, prajurit rendahan saja beraninya dia mengganggu Rangga.""Sabar dulu Gusti Patih, kita harus memastikan dulu apakah Rangga memang sudah mati dibunuh Hasta atau dia sebenarnya masih hidup. Jangan sampai anda balas dendam ke orang yang salah,"Wasis mengingatkan."Tadi sewaktu acara selamatan di rumah Ra Kembar, saya menguping pembicaraan Hasta dan dua anak buah kepercayaannya Tunggul dan Gembong. Menurut informasi murid Mpu Waringin, Tunggul dan Gembong dulunya j

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 109 Shankara Lahir

    Tangisan bayi memecah ketenangan di Kasogatan Dharmasuci siang itu. Para bhiksuni di asrama bersuka cita menyambut kehadiran bayi laki-laki anak Siwi. Siwi tersenyum bahagia melihat anaknya terlahir selamat. Santini mendekatkan bayi yang sudah dibersihkan kepada Siwi. "Anaknya laki-laki, kamu sudah punya nama untuk dia?"tanya Santini Siwi menatap wajah anaknya lekat-lekat. Anak itu mirip dengan Hasta bapaknya. Kemudian dia berkata "Anak ini akan kunamai Shankara yang artinya pembawa keberuntungan. Semoga kelak hidupnya akan selalu beruntung." Senandung doa dari para bhiksuni menggema di seluruh relung Kasogatan Dharmasuci. Bersyukur atas kelahiran Shankara serta mendoakan Siwi dan Shankara. ***** Sementara itu Hasta sedang berada di kediaman keluarga Ra Kembar yang saat itu sedang dalam suasana duka. Sebuah acara selamatan sedang diselenggarakan oleh keluarga Ra Kembar. Saat itu rumah keluarga Ra Kembar dipenuhi oleh sanak saudara, teman dan rekan kerja Ra Kembar. Hast

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 108 Bhiksuni Santini

    Pedagang kue itu menjambak rambut Siwi dengan kasar hingga sanggulnya berantakan."Kamu mau bayar tidak? Kalau tidak kami akan membawamu ke Dhayksa!""Maaf saya lapar tapi saya tidak punya uang? Saya...saya tidak bisa bayar,"ucap Siwi lirih.Mata Siwi memandang ke sekelilingnya namun tak seorangpun yang membelanya.Salah seorang penonton berseru memprovokasi orang-orang disekitarnya."Dia bohong, mana ada maling mau ngaku!""Kita bawa dia ke Dhayksa!"penjual kue bersiap menyeret Siwi pergi."Tunggu!"Seorang laki-laki dengan pakaian yang indah dengan banyak perhiasan mendatangi Siwi. Laki-laki itu wajahnya tampan dan kulitnya bersih. Dia memakai selendang sutera berwarna hijau serasi dengan kipas dari bulu merak hijau di tangannya. Di belakangnya seorang abdi laki-laki berbadan gempal dan pendek mengikuti di belakangnya. Laki-laki itu meraih dagu Siwi dan meneliti wajahnya. Sejurus kemudian dia tersenyum, kecantikan Siwi masih memancar walaupun penampilannya kumal dan wajahnya kotor

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 107 Pencarian Siwi

    "Gusti Putri Alit adalah putri bungsu Bhre Pajang Sureswari. Dia menghabiskan masa kecilnya di goa Selarong di kediaman keluarga bapaknya,"ungkap Rama. Tertegun Hasta mendengar penjelasan Rama, sejurus kemudian raut wajahnya tampak menyesal. "Sial, urusanku dengan Hasta jadi tambah panjang ditambah lagi aku harus berurusan dengan dia. Bhre Pajang sudah mengusirku, besok aku sudah harus pulang ke Trowulan,"ujar Hasta dengan geram. Rama menenangkan Hasta yang kecewa karena diusir dari Pajang "Kangmas Hasta tidak usah kuatir, masalah Hasta biar aku yang mengurusnya. Bhre Pajang boleh saja minta Rangga dibawa dalam keadaan hidup. Tapi aku tidak terima, Rangga dan teman-temannya sudah membunuh saudara-saudara seperguruanku. Mereka harus menerima balasannya!" Seorang abdi tiba-tiba masuk ke ruangan Hasta dengan tergesa-gesa "Ndoro Hasta, Ki Tunggul ingin bertemu dengan anda. Katanya ada berita penting yang harus segera disampaikan." "Suruh dia masuk!"perintah Hasta. Abdi itu

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 106 Gusti Putri Alit

    Saraswati menatap Rangga dengan tatapan cemas, namun sejurus kemudian dia teringat sesuatu. Saraswati berdiri di belakang Rangga lalu menempelkan tangannya ke punggung Rangga. Nyai Bima dan suaminya terkejut melihat tindakan Saraswati. "Hei tunggu apa yang kamu lakukan?!"seru Nyai Bima. Nyai Bima berjalan mendekati Saraswati namun suaminya mencegahnya "Jangan...tunggu, gadis itu tidak bermaksud buruk, dia hanya ingin menolongnya." "Tapi Kangmas, kita tidak tahu apa dia melakukannya dengan cara yang benar atau tidak,"tukas Nyai Bima. Bima memperhatikan Rangga, terlihat wajah Rangga yamg semula merah seperti kepiting rebus, kini berangsur normal. "Dia sudah melakukannya dengan baik dan benar. Lihat wajah Rangga, dia sudah mulai berangsur normal,"ujar Bima. Nyai Bima memperhatikan dengan seksama, Rangga sekarang memang terlihat jauh lebih baik. Perempuan itu lega melihat kondisi Bima sudah mulai pulih. Tapi kemudian dia teringat sesuatu. Cepat sekali Rangga pulih, ilmu apa yang d

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 105 Energi Inti Api

    Saraswati berdiri di tengah mencegah pertarungan berulang kembali.Pemimpin prajurit mulai marah"Kalau kamu tidak minggir, aku akan membunuhmu!"Namun Saraswati tak gentar menghadapi ancaman orang itu, dia malah menantangnya,"Baiklah kalau kamu masih tetap mau menyerang, bersiaplah menghadapi resikonya! Bukankah Gusti Bhre Pajang meminta kalian membawa Rangga dalam keadaan selamat tanpa luka seujung ramputpun?! Tapi sekarang kalian malah mencoba melukainya!"Saraswati mengambil lencana emas dari setagennya lalu ditunjukan ke hadapan pemimpin prajurit.Sontak wajah pemimpin prajurit berubah, buru-buru dia menyarungkan kembali pedangnya dan memberi hormat."Maafkan saya Gusti Putri, baiklah kami akan pergi.""Siapa yang menyuruh kalian menyerang Rangga?"tanya Saraswati."Ndoro Hasta Senopati dari Majapahit itu yang menyuruh kami. Katanya Rangga adalah biang kerok kerusuhan yang terjadi di Sywagrha,"jawab pemimpin prajurit.Saraswati mendengus kesal"Huuh orang Majapahit itu, seenaknya

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 104 Penangkapan

    Semakin jauh dia berjalan, orang-orang yang lewat semakin berkurang. Tak ada lagi kebun atau rumah penduduk. Yang ada hanyalah hutan belantara atau lahan yang penuh semak belukar. *****Pagi-pagi sekali Rangga sudah bangun lalu bersiap pergi. Dia membereskan bawaannya dan merapikan tikar tempat dia tidur. Dari arah dapur sudah tercium aroma makanan yang menggugah selera. Rangga bergegas ke dapur untuk berpamitan dengan Nyai Bima.Di dapur Nyai Bima terlihat sibuk mengaduk makanan di kuali. Rangga menyapa Nyai Bima,"Nyai, saya mau pamit pergi."Nyai Bima menoleh, melihat Rangga yang datang Nyai Bima berkata"Ngger, makanlah dulu, ini aku membuat bubur ganyong,"Nyai Bima menunjuk ke kuali di depannya. Ini makanannya sudah matang, kamu makan dulu ya." Nyai Bima berdiri dari duduknya lalu mengambil mangkuk gerabah, menyendok jenang ke mangkuk kemudian menyodorkannya pada Rangga."Ini makanlah, kamu harus makan karena perjalananmu masih jauh."Rangga menyambut mangkok berisi jenang gan

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 103 Jiwo

    Terdengar suara anjing menggonggong di luar. Setelah itu, seorang pemuda masuk ke dalam rumah menyapa Bimo dan isterinya."Bapak Ibu, hari ini aku membawa kijang hasil berburu.""Aah...Jiwo kamu sudah pulang, hari ini kita ada tamu, dia Rangga murid Eyang Jolodhong,"Bima mengenalkan Rangga pada anaknya.Jiwo mengerutkan keningnya"Eyang Jolodhong? Tidak mungkin usianya masih muda dan Eyang Jolodhong sudah meninggal lama. Jika dia pernah menjadi murid Eyang Jolodhong seharusnya usianya sudah seusia Bapak,"ujar Jiwo sambil memandang Rangga dengan pandangan curiga.Bimo tampak tak enak hati melihat sambutan anak laki-lakinya yang dirasanya kurang ramah."Dia bisa mengamalkan ilmu Bayu Sumilir ilmu keluarga kita. Tidak ada orang di luar keluarga kita yang mampu mengamalkannya,"Bimo mencoba meyakinkan.Namun Jiwo masih saja menampakan sikap yang tidak bersahabat. Dari tatapan matanya terlihat dia mencurigai Rangga sebagai penipu."Bapak, ilmu Bayu Sumilir sudah lama ada sejak kerajaan Med

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 102

    "Siapa namamu Ngger?"tanya bapak-bapak tadi. "Saya Rangga dari Lembah Hantu. Lalu siapa nama Ki Sanak?" Mendengar tempat asal Rangga, wajah bapak itu tampak berubah. "Panggil saja aku Bima dan itu anakku Wening,"bapak itu menunjuk anaknya. Bapak itu mendekati Rangga lebih dekat lalu bertanya lagi "Benar kamu berasal dari Lembah Hantu?" Rangga mengangguk "Ya, apa Ki Sanak tahu tentang Lembah Hantu?" Bima menggeleng "Aku cuma dengar dari berita para pendekar yang datang dari Timur. Di tempat itu dulunya pernah terjadi perebutan Kitab Pusaka Sang Hyang Agni. Semua pendekar yang ada di situ mati dan jiwa mereka ditahan oleh Raja Iblis. Bapakku salah satu pendekar yang mati di sana." "Siapa nama Bapak Ki Sanak?" "Bapakku bernama Jolodhong." Rangga terkejut mendengarnya "Jolodhong? Apa dia memiliki ilmu meringankan tubuh Bayu Sumilir?" Wajah Bima seketika berubah "Darimana kamu tahu? Hanya pendekar-pendekar lama saja yang mengetahui tentang Bapakku,"ujar Bima.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status